JAKARTA, KOMPAS – Sebagian besar kasus obesitas atau kegemukan, yaitu mencapai 80 persen, dipengaruhi oleh pola makan. Karena itu, untuk mengatasi obesitas adalah dengan mengatur pola makan, yaitu dengan manajemen diet yang baik sehingga bisa diperoleh tidak hanya berat badan ideal tetapi juga tubuh yang bugar.
Menurut data riset kesehatan dasar tahun 2013, sebanyak 19,7 persen laki-laki dewasa dan 32,9 persen perempuan di Indonesia mengalami obesitas. Obesitas merupakan keadaan saat indeks masa tubuh seseorang berada di atas standar indeks masa tubuh ideal. Indeks masa tubuh dihitung berdasarkan hasil pembagian berat badan dengan kuadrat tinggi badan.
Sekretaris Indonesian Nutrition Association sekaligus dosen ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Saptawati Bardosono, mengatakan, obesitas terjadi karena jumlah asupan kalori dalam tubuh lebih besar dibanding jumlah kalori yang dibakar melalui aktivitas fisik. Gaya hidup sedentair atau kurang aktivitas fisik juga menjadi penyebab banyaknya lemak di dalam tubuh.
“Jadi, 80 persen obesitas dipengaruhi oleh pola makan, sedangkan 20 persen dipengaruhi oleh aktivitas fisik,” kata Muliaman Mansyur, Kepala Medical Kalbe Nutritionals, dalam simposium peran nutrisi dalam pencegahan dan terapi obesitas, di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Minggu (29/7/2018).
Faktor genetik dan hormonal juga dapat menjadi penyebab seseorang terkena obesitas. Kedua penyebab obesitas tersebut menyebabkan seseorang mengalami kelebihan berat badan sejak usia kanak-kanak.
Pengaturan pola makan
Dokter spesialis gizi klinik dari Rumah Sakit Siloam Semanggi, Samuel Oetoro, mengatakan penanganan obesitas dapat dilakukan dengan pengaturan pola makan melalui diet seimbang. Terdapat beberapa cara diet, sebagai contoh diet lemak , diet rendah kalori, dan diet dengan penggantian makanan.
Setiap cara diet memiliki tingkat efektivitas masing-masing jika dilakukan sesuai aturan. Pada prinsipnya, diet dilakukan dengan tetap perlu memperhitungkan asupan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh. Diet yang berlebih dapat menyebabkan tubuh mengalami defisit nutrisi dan berdampak buruk bagi kesehatan.
“Diet bukan berarti makan makanan tidak enak, seperti tanpa garam atau bumbu lain, bumbu di Indonesia terbukti punya antioksidan,” kata Samuel.
Diet dengan hanya mengkonsumsi satu jenis makanan saja, misalnya sayur atau buah tanpa makanan lain juga menyebabkan tidak adanya keseimbangan gizi. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan dan kebugaran tubuh meskipun berat badan ideal dapat dicapai.
“Diet harus dilakukan sesuai kondisi tubuh, sehingga hasilnya tidak hanya kurus tetapi asupan nutrisi juga cukup,” ujar Samuel. Sebagai contoh lain, penggantian kalori dengan hanya makan lemak saja, jika dilakukan tidak sesuai aturan dapat menyebabkan tingginya kadar lemak dalam tubuh (dislipidemia), oleh sebab itu diperlukan manajemen diet yang baik.
Empat cara
Manajemen diet dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu pengurangan jumlah porsi, pemilihan jenis makanan yang bernutrisi seimbang, frekuensi makan yang sesuai yakni tiga kali sehari, dan cara memasak. Selain itu, juga perlu dilakukan aktivitas fisik supaya tubuh tetap bugar.
Samuel menganjurkan pengurangan jumlah porsi makan bagi orang diet sebanyak 25 persen. “Jangan lewati sarapan atau makan malam, tetap tiga kali tetapi dengan porsi yang dikurang seperempat,” ujarnya.
Saptawati, mengatakan kebutuhan kalori dapat diganti dengan makan makanan yang memiliki kandungan protein tinggi. “Protein dapat menunda rasa lapar lebih lama, diet jadi lebih efektif,” ujarnya.
Muliaman Mansyur, mengatakan diet dapat dilakukan dengan penggantian makanan yang memiliki jumlah kalori dan nutrisi terukur sesuai kebutuhan tubuh. Pada orang diet, jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 1.500 kilo kalori hingga 1.700 kilo kalori.
“Selama proses diet jangan lupa makan buah yang bervariasi, zat warna pada buah mengandung antioksidan,” kata Saptawati. Antioksidan pada buah dapat menangkap radikal bebas yang menjadi salah satu pemicu tumbuhnya sel kanker. Orang dengan obesitas memiliki potensi tinggi terserang kanker.
Obesitas tidak hanya mengganggu penampilan, tetapi juga dapat memicu timbulnya penyakit.
Samuel Oetoro, mengatakan obesitas dapat menyebabkan kenaikan kadar trigliserida dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) serta menurunkan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dalam darah. Selain itu, obesitas juga dapat menyebabkan resistensi insulin yang menyebabkan kenaikan gula darah. Kenaikan kolesterol dan gula darah dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah).