JAKARTA, KOMPAS – Penyakit anemia masih dianggap sebagai hal yang sepele pada masyarakat. Padahal, anemia bisa menyebabkan berkurangnya zat besi dalam tubuh yang dikenal dengan anemia defisiensi besi. Ibu dengan anemia defisiensi besi bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak menjadi tidak optimal.
Salah satu pencegahan terhadap kurangnya zat besi pada bayi bisa dilakukan saat dalam kandungan. Ibu harus memiliki zat besi yang kuat supaya pertumbuhan anak bisa optimal.
“Jika ibu anemia, sudah pasti anak yang dikandung akan mengalami gangguan karena transfer oksigen dan nutrisi ke anak menjadi terbambat. Pertumbuhan organ anak tidak akan bisa optimal,” kata Zaida N Gamila, seorang ginekolog asal Filipina, pada Merck Pediatric Forum, Minggu (22/7/2018), di Jakarta.
Menurut Zaida, dampak lain anemia adalah terganggunya sistem kekebalan tubuh pada bayi. Adapun, zat besi juga sangat penting dalam pembentukan saraf anak. “Jika tidak dicegah, kurangnya nutrisi zat besi pada anak juga akan terus berdampak hingga dewasa,” tambah Zaida.
Ketua Satuan Tugas Anemia Defisiensi Besi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Murti Andriastuti, mengatakan, anemia defisiensi besi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak. Beberapa gangguan yang biasa terjadi antara lain perkembangan psikomotor dan kognitif anak menjadi terganggu.
Bayi dan remaja putri adalah kelompok dengan risiko tinggi mengalami anemia defisiensi zat besi. Gejala penyakit ini cenderung sulit dikenali. Bagi bayi, salah satu cara mendeteksi adalah dengan melakukan screening.
“Jika remaja gejalanya bisa pucat, lemah, lesu. Untuk bayi memang harus discreening. Jika penanganannya terlambat, hemoglobin bisa dinaikkan, tapi dampak pada tumbuh kembang anaak berlangsung permanen,” ungkap Murti.
Salah satu upaya memenuhi zat besi pada anak adalah dengan memberikan lauk dan sayur yang mengandung zat besi. Selain itu, suplementasi zat besi juga bisa diberikan untuk mencegah anak mengalami anemia defisiensi besi.