JAKARTA, KOMPAS – Pemahaman soal hidup bersih dan sehat perlu ditanamkan sejak dini. Kehadiran dokter kecil di sekolah menjadi sangat penting untuk ikut mengampanyekan gaya hidup sehat berawal dari lingkungan terkecil, yakni rumah, sekolah, dan teman-teman sebayanya.
Dokter kecil memiliki peran penting untuk berkontribusi dalam menggalakkan kampanye kesehatan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan terkecil. Dengan semangat gaya hidup sehat yang tertanam sejak dini, hal itu diharapkan mampu ditularkan kepada masyarakat di sekitar, bahkan keluarganya.
“Dokter kecil ini akan menjadi role model bagi teman-teman sebayanya, juga orang-orang di sekitarnya. Pemahaman dan kesadaran mereka tentang pola hidup sehat di usia yang masih sekolah seharusnya juga diikuti oleh orang yang lebih dewasa dari mereka,” ujar Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Ilham Oetama Marsis.
Marsis mengatakan hal tersebut dalam konferensi pers “Satu Dekade Dokter Kecil Award” di kantor PB IDI, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (17/4/2018). Acara kemudian dilanjutkan dengan pendidikan kesehatan bagi dokter kecil pada 17-20 April 2018 di Camp Huu Cai, Ciawi, Bogor.
Sebanyak 21 dokter kecil dari siswa-siswi sekolah dasar dari Sabang sampai Merauke akan mengikuti pendidikan tersebut. Mereka telah melalui seleksi dari tingkat kabupaten dan provinsi di IDI wilayah masing-masing. Para dokter kecil terbaik provinsi kemudian maju mewakili daerahnya untuk bersaing di tingkat nasional.
Ketua Pengarah Satu Dekade Dokter Kecil Award, Ulul Albab, mengatakan, kegiatan tersebut akan menjadi pengalaman berbagi dan diskusi tentang pengalaman dan permasalahan tentang kampanye kesehatan di daerahnya masing-masing.
Dalam diskusi tersebut, IDI telah menyiapkan psikolog untuk memberikan masukan dalam memotivasi pola hidup sehat bagi teman-teman, dan keterampilan mengampanyekan kesehatan melalui media sosial.
“Kami ingin agar komunikasi tentang kesehatan yang ditularkan itu efektif, bagaimana cara menegur orang dengan cara yang efektif. Kami ingin mereka belajar menyuarakan pendapatnya,” ujar Ulul.
Materi yang diberikan kepada dokter kecil selama pendidikan kesehatan juga bukan hanya untuk menjadi seorang dokter. Dari sisi ilmu kedokteran awal, para dokter kecil akan diajarkan tentang PHBS, mulai dari cara mencuci tangan dengan benar dan menjaga kebersihan di lingkungan sekitar.
“Peran mereka mungkin terlihat kecil, namun berdampak sangat nyata bagi kesehatan generasi penerus bangsa dan sekitarnya. Kami ingin adik-adik ini bukan sebagai obyek tetapi subyek. Jadi setelah mereka tahu, dia harus menularkan kepada anak lainnya,” ucap Ulul.
Cita-cita
Salah satu peserta pendidikan kesehatan, Muhammad Zaki Fauzan Zahir (11), dokter kecil dari Sekolah Dasar Negeri 3 Sinjai, Sulawesi Selatan, mengaku senang terpilih menjadi dokter kecil apalagi proses seleksi menjadi dokter kecil sangat ketat. Anak yang bercita-cita menjadi dokter ini mengatakan, perlu cara tersendiri untuk mengampanyekan kesehatan untuk teman sebayanya.
“Saya bicara gaul saja dengan teman sebaya, tidak usah bicara susah-susah, bicara baik-baik dan menjelaskan bahaya, manfaat, dan kegunaan untuk kesehatan,” ujar Zaki.
Dokter kecil dari SD IT Yabis Bontang, Kalimantan Timur, Salsabila Putri (13), mengatakan, sejak kelas 4 SD dirinya sudah menjadi dokter kecil. “Cuma pingin ikut awalnya karena menjadi dokter kecil kok keren, ketika ikut serius ternyata seru bisa berbagi pengalaman, bantu orang, dapat ilmu baru,” ucapnya.
Salsabila mengaku bahwa bukan hal yang mudah untuk mengampanyekan PHBS kepada teman-temannya yang sudah terbiasa hidup tidak teratur. Namun, itu adalah tantangan tersendiri baginya.
“Itu jadi tantangan untuk saya bisa tetap memberi tahu gaya hidup sehat dengan cara-cara yang menyenangkan, cara sambil nyanyi atau bercerita berpantu. Sambil beri tahu, manfaat dan kerugiannya buat kesehatan,” kata Salsabila.
Guru pendamping Salsabila, Larastuti, mengatakan, untuk menyeleksi seorang dokter kecil, dirinya telah melihat bakat seorang anak sejak kelas 2 SD, sebelum akhirnya diangkat menjadi dokter kecil pada kelas 4 SD. Bakat itu terlihat dari perkembangan tingkat laku anak dalam berkomunikasi dengan teman-temannya dan menjadi pionir dalam gaya hidup sehat di sekolah, seperti menjaga kebersihan ruang kelas.
“Banyak anak pintar tetapi dia tidak mau berbagi. Karena itu, yang terpenting itu sikap kepribadian, dan perilaku dia hidup bersih, ada kemauan mengajak teman-temannya,” ujar Larstuti.