JAKARTA, KOMPAS — Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengimbau masyarakat agar bijak mengonsumsi antibiotik. Tenaga medis pun diminta lebih tepat memberikan antibiotik kepada pasien. Penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi antimikroba atau kekebalan bakteri terhadap antibiotik.
”Resistensi antimikroba menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dunia. Selain menyebabkan biaya perawatan menjadi lebih mahal, resistensi ini dapat memperpanjang lama perawatan hingga berisiko pada kematian. Untuk itu, baik tenaga medis maupun masyarakat jangan asal menggunakan antibiotik,” ujar Nila di sela-sela acara Simposium Nasional bertema ”More Protection, Less Antimicrobial” di Jakarta, Selasa (27/2).
Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Nila menyampaikan, pada 2014, angka kematian akibat resistensi antimikroba mencapai 700.000 jiwa per tahun. Apabila tidak dikendalikan, pada 2050 akan ada sekitar 10 juta orang meninggal akibat resistensi antimikroba.
Untuk itu, semua pihak diminta lebih serius menghadapi permasalahan ini. Pemerintah, masyarakat, dan tenaga medis diminta lebih bijak dalam mengendalikan penggunaan antibiotik. ”Resistensi antimikroba ini tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga butuh manajemen koordinasi lintas sektor antara kesehatan manusia dan hewan, ketahanan pangan, dan melibatkan transdisiplin keilmuan,” kata Nila.
Dalam Rencana Aksi Nasional untuk mengatasi resistensi antimikroba, Kementerian Kesehatan telah membuat lima rencana aksi, yaitu meningkatkan kesadaran ke pemahaman resistensi antibiotik, meningkatkan surveilans dan penelitian yang terkait, melakukan upaya pencegahan infeksi, mengoptimalkan penggunaan obat-obat antibiotik, serta memastikan investasi berkelanjutan dalam melawan antimikroba. (DD04)