JAKARTA, KOMPAS — Kaum perempuan diminta melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) dan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis). Sadari dan Sadanis berguna untuk mendeteksi kanker payudara secara dini.
Hal itu disampaikan Lily Sulistyowati, Direktur Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, pada Media Briefing: ”Ayo Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Sadari dan Sadanis” di Gedung Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (19/9).
”Kanker payudara merupakan salah satu prevalensi kanker tertinggi di Indonesia, yaitu 50 per 100.000 penduduk. Angka kejadian tertinggi ada di Yogyakarta, yaitu 24 per 10.000 penduduk,” ujar Lily.
Ia menambahkan, berdasarkan riset Penyakit Tidak Menular 2016, perilaku masyarakat dalam deteksi dini kanker payudara masih rendah. Masyarakat yang tidak pernah melakukan Sadari berjumlah 53,7 persen dan hanya 46,3 persen yang melakukan Sadari. Sementara jumlah penduduk yang tidak pernah melakukan Sadanis sangat besar, yaitu 95,6 persen, dan hanya 4,6 persen yang sudah melakukannya.
”Sadari dan Sadanis dapat dilakukan setiap bulan pada hari ke-7 hingga ke-10 terhitung sejak hari pertama haid atau pada tanggal yang sama untuk perempuan yang sudah menopause. Sadari dan Sadanis membantu mendeteksi dini kanker payudara sehingga dapat meningkatkan angka harapan hidup penderitanya,” tutur Bob Andinata, narasumber dari Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia, pada acara tersebut. (DD03)