Ketua Umum Himpunan Wastraprema, Adiati Arifin Siregar memberikan sambutan dalam acara pengukuhan pengurus Himpunan Wastaprema di Museum Tekstil Jakarta, Selasa (27/2).
JAKARTA, KOMPAS - Indonesia memiliki beragam kerajinan tekstil yang kian berkembang dengan pengrajin yang kian kreatif pula. Sebagai sebuah seni tradisional, tekstil memiliki filosofi dan nilai kebudayaan yang tinggi dan perlu dipelajari secara turun-temurun agar tetap lestari.
Ketua Umum Himpunan Wastraprema, Adiati Arifin Siregar, mengatakan, tekstil merupakan warisan budaya dari nenek moyang yang perlu terus dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, kaum muda diharapkan mengenal kerajinan tekstil sebagai pewaris kebudayaan Indonesia.
"Tekstil ini lahir dari ungkapan-ungkapan batin nenek moyang dengan nilai seni dan kreativitas yang sangat tinggi. Sebagai generasi penerus, kaum muda punya misi untuk mempelajari dan melestarikannya. Itu sebagai ungkapan penghargaan," ujar Adiati seusai acara pengukuhan pengurus Himpunan Wastaprema di Museum Tekstil Jakarta, Selasa (27/2). Kini, himpunan pencinta batik itu telah berusia 42 tahun, setelah berdiri sejak 28 Januari 1976.
Koleksi kain di museum tekstil Indonesia kian meningkat. Dari awal dibangun pada tahun 1976, museum tekstil menyimpan sekitar 500 tekstil dari berbagai daerah. Saat ini, jumlah kain di museum tersebut mencapai 3.000 tekstil, yang terdiri kain batik, kain tenun, kain kulit kayu, dan kain ikat celup.
Adiati menuturkan, setiap kain memiliki filosofi menurut asal daerah dan adat istiadatnya. Menurut dia, hal itulah yang semakin mewarnai kebudayaan Indonesia.
"Kita punya kerajinan tekstil yang sangat beragam dan terus berkembang. Pengrajin juga kian kreatif untuk terus mengembangkan kain-kainnya," kata Adiati.
Tekstil Indonesia juga mulai dikenali oleh pasar internasional. Adiati menyebut, pada tahun 2019, Indonesia akan menjadi tuan rumah acara pameran tekstil terbesar di Asia, "Asian Textile Art". Sebelumnya, pameran tersebut pernah digelar di beberapa negara Asia lain, seperti di Filipina, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Brunei Darussalam.
"Jangan sampai kita kalah dengan negara lain. Negara lain lebih tertarik mendalami tentang kain kita, bikin buku dan penelitian tentang kain-kain kita. Seharusnya, kita yang bangga dan belajar mengenali kebudayaan kita sendiri," ujar Adiati.
Kepala Unit Pengelola Museum Seni Jakarta, Esti Utami, mengatakan, pihaknya akan terus meningkatkan tata pamer di museum-museum seni di Jakarta, salah satunya museum tekstil. Hal itu untuk meningkatkan minat masyarakat, terutama kaum muda untuk mau mengenali latar belakang tekstil di Indonesia.
"Informasi yang ada di dalam museum akan lebih edukatif lagi, seperti cerita dibalik koleksi itu. Sehingga, pengunjung mendapatkan ilmu baru, betapa kayanya Indonesia, kain tradisional kita, cara pembuatan, dan filosofi di balik itu," tutur Esti.