Korban Kolateral Judi ”Online”
(Tulisan 17 dari 19). Judi tidak hanya menimbulkan masalah kecanduan bagi pelakunya, tetapi juga bisa merusak relasi sosial mereka. Keluarga dan teman bisa menjadi korban kolateral.
Rukiyah (37), bukan nama sebenarnya, selama tiga bulan terakhir ini semakin intens mengenakan masker ke mana pun pergi. Bukan karena terbawa kebiasaan masa pandemi, melainkan karena ia kini amat malu menunjukkan wajahnya. Rasa malu tak tertahan setelah ia dan keluarga kecilnya diusir dari rumah kontrakan di kawasan Srengseng, Jakarta Barat, sekitar tiga bulan lalu.
”Saya sekarang maskeran terus ke mana-mana, bukan apa, karena malu sekali. Jelek sudah nama saya dan keluarga,” keluhnya dengan mata nanar, Minggu (19/11).
Minggu pagi itu Rukiyah datang di tempat perjanjian wawancara di kawasan Srengseng, Jakarta Barat. Ia datang dengan kerudung panjang yang rapat dan masker, yang membuat wajahnya hanya tampak bagian mata. Hari itu, di siang harinya, jadwalnya bekerja sebagai pekerja rumah tangga, membersihkan rumah di suatu kompleks perumahan di kawasan tersebut. Di kompleks itu pula suaminya, Rohim (52), bukan nama sebenarnya, bekerja sebagai petugas keamanan selama lebih dari 10 tahun. Namun, suaminya hari Minggu itu tengah libur.
Baca juga: WNI Kendalikan Judi ”Online” dari Kamboja
”Cerita saya dan keluarga diusir dari rumah kontrakan sudah nyebar. Satpam-satpam lain di kompleks udah pada tahu juga, makanya saya malu banget keluar masuk kompleks setiap kerja,” tambah Rukiyah, yang asal Tegal, Jawa Tengah.
Rukiyah bercerita, pengusiran dirinya dan keluarga dari rumah kontrakan tiga bulan lalu adalah puncak drama akibat ulah suaminya yang kecanduan judi online. Pemilik kontrakan melabrak mereka karena menunggak sewa rumah 10 bulan. Sore itu, hampir semua tetangga kontrakan di deretan kanan dan kiri menyaksikan Rukiyah dan Rohim dilabrak. Rukiyah tentu saja syok. Ia mengira selama ini suaminya tertib membayar uang sewa kontrakan sebesar Rp 1,2 juta per bulan. Namun, rupanya, uang Rohim melulu tersedot untuk bermain slot di situs judi online.
”Waktu pemilik kontrakan melabrak, suami tuh bengong aja mukanya, kayak orang bego. Kayak otaknya udah rusak, ” ujar Rukiyah.
Berselang beberapa hari dari kejadian itu, Rukiyah, Rohim, dan anak balita laki-laki semata wayang mereka yang baru berusia empat tahun pun langsung pindah dari rumah kontrakan yang tertunggak tersebut. Rukiyah memodali sewa sebulan pertama dari simpanan uang hasil ia bekerja selama ini sebagai PRT harian di kompleks perumahan.
Curiga sejak lama
Sebelum keluarganya dilabrak pemilik kontrakan itu, Rukiyah sudah mulai curiga suaminya ketagihan judi online. Ia kerap memergoki suaminya bermain semacam gim di ponselnya. Saat mencuci pakaian, ia kerap menemukan kertas bukti transfer via ATM di saku celana Rohim. Transferan itu ke nama-nama yang tak ia kenali, mulai dari Rp 100.000 sampai Rp 500.000. Ia curiga transferan itu untuk deposit judi online.
”Kalau saya tanya soal itu, dia selalu berkelit, malah balik marah-marah ke saya. Setelah kejadian diusir dari kontrakan itu, dia udah enggak bisa berkelit lagi,” kata Rukiyah.
Yang tak kalah mencengangkan Rukiyah, melalui ibu mertuanya, ia kemudian akhirnya tahu bahwa rumah Rohim di kampung halaman di Tegal telah digadai ke bank untuk pinjaman senilai Rp 75 juta. Uang itu menurut pengakuan Rohim kepada Rukiyah digunakan untuk membayar utang ke teman dan saudara. Rupanya, selama ini Rohim kerap berutang untuk bermain slot. Rumah di Tegal itu selama ini dikontrakan dan hasilnya diberikan untuk ibu mertuanya.
Saat Idul Fitri, April 2023 lalu, Rukiyah dan keluarganya nyaris tidak bisa pulang kampung. Ini di luar kebiasaan selama pernikahan mereka. Ia heran, mengapa suaminya mengaku THR dari tempat kerjanya sudah habis untuk berbagai keperluan yang tidak jelas. Rukiyah akhirnya memutuskan mengambil kerja sebagai PRT infal di kompleks perumahan tempat Rohim bekerja. Upah dari kerja infal itu yang lalu ia pakai untuk pulang kampung setelah lewat hari Idul Fitri.
Baca juga: Kisah Hidup ”Rungkad” Pejudi ”Online”
Sejak awal pernikahan mereka di tahun 2018, Rohim memang yang mengurus keuangan urusan rumah tangga, seperti bayar kontrakan, listrik, dan air. Rukiyah tak pernah menerima utuh gaji Rohim sebagai satpam, tetapi hanya menerima jatah bulanan untuk belanja keperluan dapur saja. Rukiyah merasa cukup lega selama ini ia sendiri punya penghasilan dari pekerjaannya sebagai PRT harian.
”Tapi, rumah tangga macam apa seperti ini. Punya suami tapi kok malah bikin saya pusing, stres. Saya belum minta pisah karena keluarga dia, ibu mertua, pada baik sama saya. Walau ibunya sendiri sudah bilang, katanya, kalau saya minta pisah sama suami, sudah ikhlas karena ibunya sendiri sadar anaknya kayak begitu,” ucap Rukiyah.
Saat ini, Rukiyah hanya berharap suaminya bisa sembuh dari ketagihan bermain judi online. Soal rumah di kampung yang sudah telanjur tergadai, Rukiyah tak berani berharap tinggi. ”Suami saya sebenarnya orang baik, enggak aneh-aneh sebelumnya. Merokok saja enggak. Tapi, sejak kena judi online jadi berubah, otaknya kayak rusak,” keluh Rukiyah menutup obrolan.
Dikelabui pejudi
Hans (31), bukan nama sebenarnya, adalah pemilik usaha rental sepeda motor di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Usaha tersebut dirintis sejak 2017 silam. Semua berjalan lancar seiring geliat pariwisata di Nusa Tenggara Barat.
Pandemi membuat berbagai sektor lesu, termasuk pariwisata. Usaha rental sepeda motor milik Hans yang bergantung pada kunjungan wisatawan turut merasakan kondisi itu. Namun, pukulan tidak hanya dari pandemi. Pada saat yang sama, usaha Hans juga terimbas merebaknya judi online. Hal itu karena ia menjadi korban penipuan dari pemain judi online.
”Kejadiannya pada Juli 2022. Pelaku mengaku punya usaha perjalanan wisata. Lalu, menurut dia, pelanggannya perlu sepeda motor. Awalnya dia mengambil dua unit, lalu bertambah hingga enam unit,” kata Hans.
Menurut Hans, pelaku berinisial YD (22) sebenarnya adalah kenalan saudara kandungnya. Hal itu membuat dia yakin jika saudaranya punya relasi yang baik. Apalagi adiknya mau menjamin. ”Usaha jasa perjalanan wisata juga, kan, terkait dengan rental motor. Jadi, saya kasih rental semuanya (enam sepeda motor),” kata Hans.
Sayangnya, alih-alih dikembalikan, pelaku justru menggadai sepeda motor milik Hans. Malah, ia memberikan mobil milik rental lain sebagai jaminan. ”Ternyata, setelah kami dalami, orang ini berkasus. Ia mengaku judi online dan kalah,” kata Hans.
Menurut Hans, hingga saat ini, empat dari enam motor telah dikembalikan. Sisanya dua unit lagi senilai Rp 40 juta. Selain dengan kerabat saudaranya, sepeda motor rental milik Hans juga digadai karyawannya sendiri, RI (25).
”Di keluarga, dia memang ada masalah. Kemudian cari jalan pintas dan pilih judi online, tetapi kalah,” kata Hans.
Hans mengatakan, RI menggadaikan tiga sepeda motor rental untuk kebutuhan bermain judi online jenis slot. Selain itu, RI juga menggelapkan uang rental sejak akhir 2022.
”Jika ditotal, nilainya sudah sekitar Rp 20 juta. Dia sudah saya pecat. Sebagai ganti, keluarganya memberi saya tanah 5 are di Lombok Utara,” kata Hans.
Setelah dua kejadian itu, Hans menjadi sulit percaya kepada orang lain. Termasuk ke calon penyewa sepeda motor rental miliknya. Ia menjadi lebih ketat. Jika sebelumnya hanya meminta identitas penyewa, sekarang ia juga meminta bukti menginap hingga rencana perjalanan penyewa sepeda motornya.
Baca juga: Rekening Hasil Jual Beli Menopang Judi ”Online”
Lain lagi cerita Suri (38), pekerja rumah tangga di Jakarta. Ia kini kebingungan menghadapi keponakan laki-laki, LK (22), yang telah habis-habisan akibat berjudi. Padahal, menurut Suri, LK punya pekerjaan cukup baik sebagai buruh di sebuah pabrik perakitan otomotif ternama. Namun, sejak sekitar satu tahun lalu mengenal judi online, kondisi keuangan LK terguncang. LK yang biasanya rutin mengirim uang ke ibunya di kampung tak lagi melakukannya.
”Akhirnya dia ngaku ke keluarga punya utang puluhan juta sama pinjol (pinjaman online) gara-gara main judi. Ibunya sampai jual simpanan perhiasan emas untuk nutup utang, tapi masih sisa Rp 30 juta,” cerita Suri.
Menurut Suri, saat ini keluarga besar sedang kebingungan bagaimana bisa menutupi sisa utang dari pinjaman online itu. Sementara upah LK sendiri tidak mungkin bisa menutup utang tersebut dalam waktu cepat. Rongrongan dari pinjol membuat LK hampir kehabisan akal. ”Saya khawatir sekali karena ngomong-nya udah ngaco, pengin bunuh diri,” ucap Suri.