Terenggutnya Ceruk Hidup Kami
Sepeda motor menjadi alat kerja rakyat jelata untuk mengais nafkah. Ketika sepeda motor dicuri, ceruk penghidupan mereka sontak lumpuh.
Polisi Ungkap Sindikat Curanmor yang Telah Beroperasi Ratusan Kali
Rakyat jelata ibarat kalah telak gara-gara fenomena pencurian sepeda motor. Bagaimana tidak, sepeda motor selama ini menjadi alat kerja mereka untuk mengais nafkah. Ketika sepeda motor mereka dicuri, ceruk penghidupan sontak lumpuh.
Parjoko Ali Sidik (52), seorang pengemudi ojek sepeda motor daring (online), merasakan pengalaman pahit itu pada April 2023. Sepeda motor Honda Vario tahun 2018 yang sehari-hari menjadi alat kerjanya lenyap dari gang di depan rumahnya di Pejompongan, Jakarta Pusat.
Ia mengingat betul pagi yang membuat lututnya lemas itu. ”Itu saya ingat betul sudah dekat puasa, malamnya hujan, jadi saya kering-keringkan jas hujan, motor lalu saya parkir di depan rumah seperti biasa. Paginya, sekitar pukul lima, waktu saya mau mulai muter, motor sudah tidak ada,” katanya di tempatnya mangkal di Jakarta Pusat, Minggu (20/8/2023).
Kisahnya begitu tragis, saat ia sudah bisa bernapas lega seiring lunasnya cicilan sepeda motor. Sialnya, barang paling berharga miliknya itu dicuri.
Pagi itu, ayah tiga anak tersebut langsung merasa bagaikan lumpuh. Badannya lemas dan tidak bisa berpikir. Maklum, ia satu-satunya pencari nafkah di keluarganya. Istrinya tak bekerja, sementara satu anaknya masih duduk di bangku SMK sehingga butuh biaya harian. Ia tak menduga jadi korban walau kerap mendengar pencurian sepeda motor di lingkungannya.
Parjoko memeras keringat untuk bisa melunasi sepeda motor itu dengan mencicil Rp 27 juta selama dua tahun. Selama itu, ia harus menyisihkan Rp 1,125 juta dari penghasilannya sebagai pengemudi ojek daring yang rata-rata Rp 4 juta sebulan. Jumlah yang amat mepet untuk hidup di Jakarta, apalagi ia masih harus mengontrak rumah petak untuk bernaung keluarganya.
Kisahnya begitu tragis, saat ia sudah bisa bernapas lega seiring lunasnya cicilan sepeda motor. Sialnya, barang paling berharga miliknya itu dicuri. ”Saya sebenarnya dalam posisi enak banget waktu itu, sudah tidak perlu mencicil. Jadi, uang cicilan seharusnya bisa untuk keperluan keluarga yang lain,” katanya.
Baca juga: Polisi Mengungkap Sindikat Curanmor yang Telah Beroperasi Ratusan Kali
Seluruh kerja kerasnya untuk melunasi sepeda motor terasa sia-sia. Tiada uang pengganti karena ia tak mengasuransikan sepeda motornya. Selama ini, penghasilannya tak lagi tersisa untuk membayar premi asuransi sepeda motor karena sudah habis untuk mencicil dan menghidupi keluarga.
Sejak kehilangan sepeda motor itu, selama sebulan penuh Parjoko tak bisa bekerja. Keuangan keluarganya langsung ambruk karena mereka juga tak punya tabungan. Dengan usianya yang tak lagi muda dan tak punya keahlian lain, Parjoko merasa tak punya harapan mencari pekerjaan lain. Selama tanpa pemasukan, keluarga itu terpaksa menjual barang-barang yang bisa dijual untuk menyambung hidup sehari-hari.
Dengan berbagai pertimbangan itu, meskipun berat, Parjoko memutuskan untuk kembali membeli sepeda motor dengan cara kredit demi mencari nafkah lagi. Untuk membayar uang muka pembelian sepeda motor, ia menjual telepon genggam istri dan anaknya. Telepon genggam miliknya dia pertahankan untuk bisa kembali menggunakan ojek daring.
”Tidak ada pilihan lain, uang dan barang lain sudah habis karena memang sudah tidak ada uang sama sekali saat itu. Jadi, ya, harus kredit motor lagi. Itu saya cari-cari dan nego-nego untuk dapat kredit yang ringan,” katanya.
Saat ini, lelaki itu lagi-lagi terlilit kredit sepeda motor lebih tinggi, sebesar Rp 1,38 juta sebulan. Jumlah ini untuk melunasi cicilan sepeda motor Honda Vario dengan cicilan total Rp 40 juta selama dua tahun. Parjoko hanya bisa mengecam keras pencurian sepeda motor itu.
Baginya, kejahatan tersebut betul-betul mematikan penghidupan keluarga dan menjadi beban berkepanjangan. ”Bukan saya saja yang jadi korban, anak dan istri saya pun jadi korban,” katanya.
Ganti pekerjaan
Kisah pilu yang sama juga dialami warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, Firmansyah (28). Sarjana ekonomi dari perguruan tinggi di Rangkasbitung itu kehilangan sepeda motor yang menjadi alat kerja utamanya pada pertengahan 2022. Sepeda motor Honda Scoopy tahun 2020 itu dicuri dari gang di depan rumahnya di Rangkasbitung. ”Kejadiannya pukul empat subuh, saya tahu pas baru mau keluar untuk ngojek,” katanya.
Padahal, sore sebelum hilang, ia baru saja membayar cicilan ke-20 sebesar Rp 1,2 juta sebulan serta mengganti ban dan oli. Keluarga Firmansyah turut terpukul karena kehilangan itu. Mereka berasal dari keluarga sederhana yang tinggal di gang di Rangkasbitung. Bagi mereka, cicilan Rp 1,2 juta sebulan bukan jumlah yang ringan.
Total harga sepeda motor yang sudah dibayarkan Firmansyah Rp 24 juta. Sebelum dicuri, ia menggunakan sepeda motornya untuk modal kerja serabutan sehari-hari. Selain bekerja sebagai pengojek pangkalan, Firmansyah juga kerap menerima beragam pekerjaan lain. Penghasilannya saat itu sekitar Rp 4 juta sebulan tergantung jenis pekerjaan yang datang. ”Semua, ya, ke mana-mana naik sepeda motor itu,” ujarnya.
Baca juga: Indekos di Kota Tangerang Sasaran Empuk Pelaku Curanmor
Firmansyah tak bekerja selama dua bulan penuh karena kehilangan sepeda motor itu. Ia kebingungan karena kehilangan modal kerja utama. Ia telah melaporkan kehilangan itu ke kepolisian, tetapi tak berharap sepeda motor itu kembali. Sebagai pelipur lara, ia masih memperoleh uang asuransi Rp 12 juta dari total cicilan yang sudah ia bayarkan Rp 24 juta. Namun, ia tetap rugi Rp 12 juta dan kerugian terbesar adalah kehilangan pekerjaan.
Awalnya, ia berniat membeli sepeda motor baru. Namun, ibunya melarang. Uang asuransi ia berikan kepada ibunya yang dulu ikut membantu biaya untuk melunasi kredit kendaraan tersebut. Firmansyah akhirnya terpaksa berganti kerja. Ia terpaksa merantau ke Ibu Kota, lalu menjadi sopir di sebuah kantor di Jakarta Selatan. Penghasilannya turun menjadi Rp 3,5 juta. Mahalnya biaya hidup di Jakarta membuat uangnya tidak pernah tersisa.
”Saya sebenarnya sangat tidak betah bekerja di Jakarta ini. Uang gaji selalu habis buat bayar utang kantin, buat makan. Saya jadi tidak bisa bantu keluarga lagi. Dulu di Rangkas (Rangkasbitung), saya bisa bantu biaya ke keluarga,” kata Firmansyah.
Beragam kalangan
Korban pencurian sepeda motor terentang mulai dari orang tak berpunya hingga kelas menengah. Kehilangan kendaraan bagi mereka adalah pukulan telak karena menyulitkan aktivitas mencari nafkah sehari-hari. Salah satu korban pencurian motor adalah Alam Endang (53). Pria ini kehilangan motor Honda Beat pada Sabtu (22/7/2023) dini hari, saat motor sedang diparkir di gang depan rumah. Setelah melapor pengurus warga setempat, baru diketahui bahwa motor mereka dicuri oleh dua pemuda tak dikenal.
Padahal, motor tersebut kerap dipakai anaknya bekerja sebagai kurir jasa ekspedisi. Akibatnya, anaknya sempat terhambat bekerja dan sempat meminjam motor dari orang lain. Cicilan motor sebenarnya baru lunas beberapa bulan. Motor satu-satunya milik keluarga itu dicicil sejak 2021 atas jerih payah anaknya menyisihkan gaji. Setelah mencicil sebanyak 17 kali setiap bulan, motor itu malah hilang. "Ya, kita sudah susah payah nyicil tiap bulan. Udah lunas, malah diambil orang," ujar warga Pademangan, Jakarta Utara, ini.
Pencurian motor juga merugikan Indah Budiarti (56). Ibu tiga anak ini kehilangan motor Honda Beat pada Minggu (13/8/2023) di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Hal itu turut membuat keluarga terpuruk lantaran keadaan ekonomi yang sedang pas-pasan.
Selama ini, motor yang dibeli sejak 2017 itu digunakan untuk banyak keperluan seperti berbelanja ke pasar, mengantar anak kuliah, serta pergi ke tempat kursus wirausaha. Akibat kehilangan motor, Indah terpaksa merogoh kocek lebih dalam untuk naik ojek daring. Biaya bepergian sehari yang biasanya cukup dibayar dengan bensin senilai Rp 35 ribu, kini jadi membengkak lebih dari Rp 60 ribu per hari. "Waktu perlu pergi keluar, terpaksa harus pakai jasa ojek daring. Pakai ojek daring ini terasa banget pengeluarannya bisa menjadi tiga kali lipat," katanya.
Sepeda motor yang digunakan para pengemudi ojek daring, yaitu jenis automatic, juga paling banyak jadi sasaran pencurian.
Igun juga mengimbau para pengemudi ojek daring untuk selalu memasang kunci tambahan pada kendaraan mereka. Sebab, sepeda motor yang digunakan para pengemudi ojek daring, yaitu jenis automatik, juga paling banyak jadi sasaran pencurian.
”Kami dengar banyak aduan. Sebab, sepeda motor yang dipakai driver daring ini, kan, jenis matik (automatik). Ini, kan, juga favorit pencuri,” katanya.
Karena maraknya kasus, pencurian sepeda motor menjadi kejahatan yang seolah dianggap lumrah. Padahal, banyak korbannya merupakan kalangan jelata yang menggantungkan penghidupan dari sepeda motor. Sudah sepatutnya kejahatan ini ditangani lebih serius oleh penegak hukum, juga kalangan produsen dalam pemutakhiran sistem keamanan produk mereka.