Secuil Moskwa di Pulau Dewata
Kabar tersiar bahwa ada kampung eksklusif bagi warga negara Rusia di Ubud, Gianyar, Bali. Kompas datang ke lokasi dan menginap di sana untuk membuktikan ada-tidaknya eksklusivitas tersebut.

Suasana di area kolam renang Parq Ubud di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu (9/4/2023). Sebagian besar pengunjung Parq merupakan warga negara asing.
Denting piano menggema dari dalam restoran di kawasan Parq Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, Sabtu (8/4/2023) malam. Jari jemari Igor (25) dengan lihai memainkan nada-nada lagu Chandelier milik penyanyi Sia. Selain musik pop, dia juga memainkan musik lain bergenre klasik. Bahkan, dia juga memainkan lagu ciptaannya sendiri. Tak lama, dia beringsut dari tempat duduknya dan turun dari panggung.
Ia kemudian memperdengarkan musik gubahannya yang tersimpan di laptop. Berbeda 180 derajat, kali ini musik bertempo cepat dibumbui dentuman bass seakan menghadirkan nuansa lantai disko tempat hiburan malam. “Jadi, sebagian diriku menulis untuk piano, sebagiannya lagi menulis untuk bum, bum, bum!” ujar Igor penuh semangat.
Musik bukanlah mata pencaharian bagi Igor untuk saat ini. Ia bekerja sebagai manajer proyek di sebuah perusahaan besar bidang teknologi informasi yang berkantor pusat di Moskwa.
Igor berasal dari Donetsk, wilayah timur Ukraina yang berbatasan dengan Rusia. Saat ini, dia memiliki dua paspor yakni Ukraina dan Rusia meskipun kedua negara tersebut sedang berperang. Donetsk merupakan salah satu wilayah Ukraina yang sempat dikuasai Rusia.
Kala ditemui, Igor sudah hampir tiga bulan tinggal dan bekerja jarak jauh di Bali. Ia dengan fasih merekomendasikan sejumlah obyek wisata, seperti Danau Batur di Kintamani, Kabupaten Bangli, Pantai Lovina di Buleleng yang punya pesona lumba-lumba, serta kawasan wisata spiritual air terjun Sebatu di Gianyar.
Namun, Igor tidak tinggal di kawasan hunian Parq. Ia memilih menjalani pekerjaan rutin di ketenteraman Nusa Dua, yang berjarak lebih dari 40 kilometer atau 1,5-2 jam perjalanan dari Ubud. Ia hanya ke Parq setiap akhir pekan untuk “menyerap” energi dari para warga negara asing (WNA) yang kerja jarak jauh di sana.
Baca juga :Nomaden Digital Diizinkan Tinggal sampai Dua Bulan dengan Visa Tujuan Sosial Budaya
Menurut Igor, profesi warga negara asing di Parq antara lain wirausahawan, pekerja kreatif, dan jual-beli kripto. Kesibukan mereka di depan layar komputer jinjing setiap hari mempengaruhi dia untuk turut bersemangat bekerja.
Igor sudah memiliki Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) yang berlaku dua tahun dan menurutnya bisa digunakan untuk bekerja dan berbisnis di Bali. Ia mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya karena lelah dengan perusahaan Rusia.

Suasana di area dalam restoran di Parq Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu (9/4/2023). Sebagian besar pengunjung Parq merupakan warga negara asing.
Energi produktif betul terasa di Parq, seperti diungkapkan Igor. Hingga akhir pekan, masih banyak WNA yang berkutat di depan laptop sambil menikmati sajian dari restoran dan kafe di kawasan itu.
Selain yang bekerja, ada juga yang benar-benar menghabiskan liburan di Parq Ubud. Seperti yang dilakukan Gregory, warga negara Rusia. Lelaki 37 tahun ini lebih banyak merebahkan badan sambil menekuni jagad maya lewat ponsel pintar.
Ia tinggal di Bali karena undangan dari teman-temannya. Mereka membantunya untuk mendapatkan akun rekening bank di Bali agar tetap bisa bertransaksi di tengah pengucilan keuangan terhadap Rusia sebagai sanksi karena menginvasi Ukraina
Gregory dan kawan-kawannya mengobrol dalam Bahasa Rusia, yang cukup jamak terdengar di Parq. “Saya dari kota yang lumayan besar di Rusia, Saint Petersburg (Sankt Peterburg),” jawab Gregory ketika ditanya asalnya.
Ia tinggal di Bali karena undangan dari teman-temannya. Mereka membantunya untuk mendapatkan akun rekening bank di Bali agar tetap bisa bertransaksi di tengah pengucilan keuangan terhadap Rusia sebagai sanksi karena menginvasi Ukraina.

Suasana di area dalam restoran, kafe, dan coworking space Parq Ubud di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu (9/4/2023). Sebagian besar pengunjung Parq merupakan warga negara asing.
Gregory awalnya tinggal di Bali bulan September-awal November 2022, lalu pindah mengunjungi Thailand. Ia ke Bali lagi pada Maret lalu. Menyewa unit apartemen Parq tipe Sunset loft (ukuran sekitar 60 meter persegi dengan tarif Rp 18,6 juta-Rp 24,8 juta per bulan), ia lebih banyak menghabiskan waktu dalam kawasan jasa pariwisata tersebut.
Menghindari wajib militer
Gregory juga berlibur ke Bali untuk menghindari wajib militer di negara asalnya. Ia pun tidak tahu sampai kapan akan tinggal di Ubud.
"Saat perang dimulai, saya beranjak ke Bali menghindari konflik dan wajib militer. Usia saya saat ini 37 tahun dan masih masuk dalam kategori wajib militer," katanya.
Gregory merasa senang tinggal di Ubud karena dimanjakan pemandangan sawah yang indah. Ia tidak memiliki izin bekerja sehingga hanya menghabiskan waktu untuk berlibur di Parq.

Kawasan wisata dan hunian Parq Ubud yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali, terlihat dari udara, pada April 2023 silam. Parq Ubud seluas 4,5 hektar memiliki 100 kamar hunian apartemen dan dilengkapi beragam fasilitas seperti kafe, restoran, coworking space, pusat kebugaran, dan spa. Pengunjung Parq Ubud didominasi warga negara asing, terutama turis asal Rusia.
Bersantai di tepi kolam bukanlah hak eksklusif penyewa apartemen Parq. Ada yang hanya berkunjung untuk menikmati makanan atau minuman yang dijual di sana, seperti halnya Alena, juga asal Rusia. “Saya tinggal di Canggu, saya ke tempat teman yang tinggal di Ubud, tapi bukan di Parq. Dekat sini,” ucap dia.
Alena berasal dari Kazan, ibu kota Republik Tatarstan yang merupakan subyek federal Rusia. Mayoritas penduduk Kazan beragama Islam, termasuk ayahnya.
Saat perang dimulai, saya beranjak ke Bali menghindari konflik dan wajib militer. Usia saya saat ini 37 tahun dan masih masuk dalam kategori wajib militer
Ia sudah delapan bulan di Bali dan berencana tinggal dalam waktu panjang. Ia sudah mengurus izin untuk menetap selama lima tahun, yang berarti izin tinggal tetap.
Di area restoran dan kafe, himpunan-himpunan orang asing terdengar bercakap dalam bahasa yang mirip digunakan Gregory dan kawan-kawan. Bahkan, ada pula restoran spesialis hidangan negara “Beruang Merah.” Beragam menu seperti sirniki, pelmeni, dan borsch dijual dengan kisaran harga Rp 75.000- Rp 150.000.

Area sawah bersisian dengan bangunan-bangunan akomodasi wisata di Junjungan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin (10/5/2023).
Kampung Rusia
Banyaknya warga negara asal Rusia di lokasi ini, membuat Parq Ubud seolah menjelma jadi secuil Moskwa di Bali. Bahkan, kawasan ini sempat disebut “Kampung Rusia” karena banyaknya warga Rusia yang tinggal di apartemen maupun bekerja di coworking space Parq.
Maret 2023 lalu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menyebutkan, ada kampung eksklusif WNA tertentu di Ubud, Gianyar. Menurut dia, perlu ada penertiban jika terjadi pelanggaran izin usaha di kampung eksklusif tersebut.
Namun, media massa sudah banyak datang dan melihat langsung apa yang ada di dalam kawasan ini. Ini tempat umum untuk publik. (I Gusti Ngurah Eka Sidhimantra, pemilik usaha Parq Ubud)
Pernyataan Wagub ini segera direspons Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bali Anggiat Napitupulu. Anggiat beserta tim kemudian melakukan operasi imigrasi ke Parq Ubud.
Hasil dari operasi ini tidak ditemukan adanya pelanggran di Parq Ubud. Oleh sebab itu, kawasan ini masih boleh beroperasi seperti biasanya.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (tengah) didampingi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho (kiri) dan Kepala Bidang Humas Polda Bali Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto (kanan) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Kota Denpasar, Kamis (9/3/2023).
Putu Agus, salah satu warga di Ubud mengatakan, julukan Kampung Rusia memang sangat melekat pada kawasan Parq. Ia pun tidak mempermasalahkan keberadaan kampung tersebut selama tidak mengubah nilai dan norma masyarakat lokal.
"Dulunya kawasan Parq merupakan sawah yang kurang bagus irigasinya, sehingga tanahnya dijual oleh pemiliknya," ucap Putu.
Untuk membuktikan ada-tidaknya eksklusivitas Rusia, Kompas menginap di unit apartemen Parq. Saat memasuki lobi, rasa was-was sedikit muncul karena terdapat dua orang aparat berseragam menenteng senjata laras panjang.
Staf di resepsionis tetap melayani penyewaan meski konsumen lokal, namun pegawai itu meminta izin memotret wajah konsumen beserta bukti pembayaran. Padahal tak ada permintaan foto wajah di penginapan lain di Bali.

Suasana kolam renang di Parq Ubud, Bali pada Minggu (9/4/2023). Parq Ubud yang disebut-sebut warga lokal sebagai Kampung Rusia ini menyajikan beragam fasilitas seperti kolam renang, restoran, pusat kebugaran, serta kamar penginapan.
Bangunan Parq berdesain modern minim corak arsitektur Bali. Hamparan sawah masih mengapit area seluas 4,5 hektar dengan jumlah 100 kamar disewakan. Kawasan komersial menyerupai area pariwisata terpadu. Selain apartemen, kafe, dan restoran juga terdapat coworking space, pusat kebugaran, dan spa.
Sewaktu malam, kami leluasa memilih tempat duduk untuk menikmati kopi, teh, dan kudapan. Namun, sejauh mata memandang dari area dalam hingga ruang terbuka, hanya kami yang merupakan wisatawan lokal yang menginap di Parq hari itu. Warga lokal lain yang terlihat hanya staf kafe dan pegawai hunian. Suasana di tempat itu serasa di luar negeri.
Baca juga :Tegakkan Aturan dalam Penanganan Orang Asing di Bali
Terkait banyaknya warga Rusia yang berkunjung ke Ubud dan munculnya julukan Kampung Rusia, Kompas sudah coba menghubungi pihak Kedutaan Besar Rusia di Jakarta dan mengirimkan pertanyaan namun belum direspons hingga tulisan diturunkan.
Pemilik usaha Parq Ubud I Gusti Ngurah Eka Sidhimantra mengatakan, julukan Kampung Rusia yang melekat di Parq Ubud ini tidak merugikan dari segi bisnis. Ia menampik jika Parq Ubud terkesan ekslusif hanya untuk WN Rusia.
"Kami tidak ingin masyarakat berasumsi negatif, mungkin banyak masyarakat berpikir apa yang ada di balik tembok tinggi Parq. Namun, media massa sudah banyak datang dan melihat langsung apa yang ada di dalam kawasan ini. Ini tempat umum untuk publik," katanya.
Eka menjelaskan, jumlah turis asing asal Rusia di Bali memang mendominasi. Hal tersebut berdampak pada jumlah kunjungan WN Rusia yang tinggal di Parq.
"Ketika pandemi Covid-19, memang banyak sekali warga Rusia yang tinggal di Parq. Namun, jumlahnya saat ini sudah berkurang," ucapnya.