Ibarat pisau bermata dua, Keluarga dapat menjadi benteng sekaligus pintu masuk anak ke dalam dunia malam. Kepekaan keluarga dalam memberi perlindungan mesti ditumbuhkan.
Oleh
FRD/JOG/ILO/DIV
·4 menit baca
ARSIP KOMPAS
UNA (16) korban perdagangan anak menjadi terapis di salah satu spa plus di Jakarta.
Alunan musik dangdut koplo dari sebuah rumah sederhana di Desa Sidamulya, Bongas, Kabupaten Indramayu memecah keheningan malam pada Kamis (26/1/2023). Nampak di ruang tamu, CS (14) dan TR (15) sedang menemani beberapa tamu pria sambil menenggak anggur merah.
Dari teras rumah, ibunda CS, KH, duduk melamun di kursi kayu. Tak nampak ekspresi keresahan di wajahnya meski anak perempuan satu-satunya tengah berpesta minuman dengan para tamu di rumahnya. Malahan, KH lah yang membelikan anggur merah untuk mereka.
Sudah lebih dari setahun ini, CS dan TR yang masih di bawah umur menjadi pemandu karaoke di sejumlah kafe di Indramayu. Kebetulan malam itu tak ada panggilan dari si pemilik kafe sehingga mereka leluasa menjamu tamu di rumah CS.
"Kalau saya yang ngajakin si TR. Tadinya nyoba-nyoba, terus ketagihan," kata CS yang masih duduk di bangku kelas IX SMP.
ARSIP KOMPAS
RA (16) korban anak yang diperdagangkan lewat media sosial di Jakarta.
CS mengaku biasa mendapatkan uang sekitar Rp 300.000 per malam dari hasil memandu karaoke. Meski tak seberapa, dia tetap menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk diberikan kepada sang mimi, panggilan CS untuk sang ibu.
Tak jarang, CS dan TR juga diminta oleh para tamunya untuk memberikan layanan plus-plus. Meski tak menyebut berapa tamu yang sudah pernah menggunakan jasanya, keduanya mengaku tak ingin memberikan layanan itu dengan harga murah.
Ingin jadi penerus mimi. Jadi germo sukses. Uangnya banyak. Biar bisa nyenengin mimi. (CS)
Di usianya yang masih sangat polos, CS meyakini menjadi pemandu karaoke adalah pilihan yang tepat dalam hidupnya. Dia berharap dapat menimba pengalaman di kafe agar suatu saat bisa menjadi germo yang sukses seperti miminya dulu.
"Ingin jadi penerus mimi. Jadi germo sukses. Uangnya banyak. Biar bisa nyenengin mimi," ungkap CS sambil menunjuk foto KH muda yang terpajang di dinding ruang tamu.
ARSIP KOMPAS
IA (28) saat ditemui di Jakarta Utara, Selasa (3/1/2023). IA adalah penyintas perdagangan anak yang pernah disekap di daerah Bekasi, Jawa Barat.
Sekitar 15 tahun yang lalu, KH memang mengaku pernah memiliki kafe di kawasan pertambangan emas daerah Kalimantan Selatan. KH yang awalnya menjadi buruh cuci, memiliki ide untuk mengelola kafe.
Dia kemudian menyewa bangunan semipermanen dua lantai senilai Rp 10 juta pertahun di kawasan tambang. Ruangan di lantai bawah difungsikan sebagai tempat karaoke, sedangkan lantai atas yang terdapat tujuh kamar digunakan untuk praktik prostitusi.
Di sana, KH sekaligus menjadi germo bagi perempuan asal Indramayu dan perempuan asli Kalimantan. Dia juga menyebut beberapa perempuan yang dipekerjakan masih berusia anak seperti halnya CS saat ini. Selain bertugas menemani para tamu minum dan karaoke, anak-anak itu juga diminta melayani jasa prostitusi.
"Untuk tarif check-in terserah anaknya. Pokoknya mereka wajib bayar sewa kamar Rp 30.000 untuk sekali main atau Rp 100.000 untuk menginap," ujarnya. KH mengaku bisa mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 1 juta per malam dari bisnisnya itu.
Kejayaan KH di masa lalu itulah yang terus terngiang di memori CS hingga membuatnya ingin menjadi penerus KH. Apalagi sejak usia 3 tahun, CS memang sudah terbiasa dengan kehidupan di kafe milik ibunya itu.
KOMPAS/RYAN RINALDY
Suasana di Kecamatan Bongas, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (26/7/2019).
Pengaruh lingkungan
CS mengaku dirinya kadung terjerumus dalam pergaulan bebas. Terbukti dia sudah pernah berhubungan badan dengan pacarnya saat masih duduk di bangku kelas VIII SMP. CS bahkan menceritakan secara terang-terangan pengalaman itu kepada sang ibu.
Pengalaman itu pula yang membuat CS bertekad untuk bekerja di dunia malam. Apalagi, di lingkungan tempat tinggalnya sudah cukup terbiasa dengan fenomena anak yang bekerja di dunia malam.
Tak sedikit teman-teman CS yang sudah menjadi pemandu karaoke sepertinya meski masih duduk di bangku SMP. Bahkan, ada pula teman CS yang menawarkan jasa prostitusi daring melalui aplikasi Michat.
Keberadaan kafe remang-remang memang sangat mudah dijumpai di daerah Indramayu. Tak hanya di sekitar jalur Pantura, kafe-kafe tersebut menjamur hingga ke pelosok-pelosok desa, seperti di sepanjang Jalan Raya Haurgeulis-Patrol.
ARSIP KOMPAS
Suasana malam di sebuah kafe di Gang Royal, Rawa Bebek, Jakarta Utara, Senin (16/1/2023) dini hari. Di sepanjang gang ini berjejer kafe-kafe yang menjadi lokasi prostitusi saat malam hari.
Bahkan, salah satu kafe yang sempat kami sambangi lokasinya berseberangan dengan sebuah pondok pesantren ternama. Meski begitu, para perempuan penghibur di kafe tersebut tanpa ragu mejeng di kursi depan kafe dengan pakaian seksi.
Sosiolog dari Universitas Airlangga, Bagong Suyanto menilai tidak semua keluarga memiliki kemauan dan kesempatan untuk membentengi anak-anak dari pengaruh dunia malam. Di sinilah pentingnya dukungan komunitas seperti kelompok pengajian atau kelompok gereja untuk menumbuhkan kepekaan para orangtua.
"Kelompok pengajian misalnya bisa diminta dan digandeng untuk membuat orangtua lebih peka, bisa bersahabat dengan anak," katanya.