Betapa malang nasib penyintas anak yang diperdagangkan hingga ke luar negeri. Mimpi membantu perekonomian keluarga pupus dalam cengkeraman pelaku perdagangan orang.
Oleh
DIV/JOG/FRD/ILO
·5 menit baca
ARSIP KOMPAS
EH (22) saat ditemui di Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (7/1/2023). EH adalah penyintas perdagangan anak yang sempat dibawa ke Malaysia, Dubai, Turki, Sudan, Suriah, dan Irak.
Betapa malang nasib para peyintas anak yang diperdagangkan ke luar negeri sejak masih belia. Mimpi membantu perekonomian keluarga justru menjatuhkan mereka dalam cengkeraman pelaku perdagangan orang. Hidup mereka bagaikan budak.
EH (22) masih geram setiap mengingat pengalaman kelam dirinya bekerja di luar negeri, sekitar Juni 2018. Usianya kala itu belum genap 18 tahun. Namun, hidupnya terkatung-katung karena terjebak sindikat perdagangan orang melintasi Malaysia, Dubai, Turki, Sudan, Suriah, hingga Irak selama berbulan-bulan.
EH yang ditemui Sabtu (7/1/2023), tak pernah menyangka tawaran bekerja itu justru menjadikan dirinya sebagai budak yang diperdagangkan lintas negara. Perempuan asal Desa Benyawakan, Kabupaten Tangerang, Banten, ini hanya ingin keluarganya bebas dari jeratan utang seorang tetangga, yang kebetulan adalah agen sponsor pekerja migran.
Kisah tragis EH bermula saat Hayati, tetangganya, kerap kali menawarkan lowongan pekerja migran dengan gaji berkisar Rp 5 juta per bulan. Penawaran itu sesekali disertai kemudahan pinjaman uang bagi EH dan keluarga. Pinjaman diberikan dengan satu syarat, yakni EH pasti berangkat menjadi pekerja lewat Hayati.
Selang beberapa waktu dengan jeratan utang, EH akhirnya menyanggupi tawaran dengan memberi berkas akta dan kartu keluarga. Dia lalu dibawa untuk cek kesehatan. Seluruh berkas sisanya diurus oleh pihak sponsor.
Tak lama berselang, EH pun diantar oleh kolega Hayati, tanpa pembekalan bahasa asing atau keterampilan apapun. Saat berangkat, keluarga diberi uang Rp 5 juta sebagai imbalan.
KOMPAS
EH (22) dan SK (17) pernah menjadi korban perdagangan anak yang dijual ke luar negeri sebagai pekerja migran Indonesia (PMI). Sejak usia belia, mereka terpaksa jauh dari rumah demi membantu perekonomian keluarga. Akan tetapi, mereka malah jatuh dalam cengkraman perdagangan anak.
EH ternyata ditampung di sebuah hotel di Surabaya, Jawa Timur selama belasan hari. Dari sana, EH mendadak dibawa untuk dipekerjakan ke Malaysia tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
"Suatu malam, saya diberitahu untuk berangkat ke Malaysia karena sudah dapat majikan. Diberangkatkan saja, tanpa ada persiapan apa-apa," tutur EH.
Berpindah negara
Baru bekerja sekitar tiga hari, EH lalu dibawa lagi ke negara lain tanpa pemberitahuan oleh pihak agen. Belakangan, EH baru tahu dirinya berada di Dubai dan dipekerjakan untuk majikan baru.
Hanya berselang beberapa hari, EH lalu dipindahkan lagi ke Turki dan Sudan. Di masing-masing negara itu, EH hanya bekerja beberapa hari sampai akhirnya dibawa ke Suriah.
Di Suriah, EH bekerja hingga sekitar tiga bulan tanpa digaji. Dia pun sempat berinisiatif melarikan diri ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus, tetapi justru ditolak oleh seorang staf. EH malah dikembalikan kepada agen penyalurnya.
"Saat dikembalikan ke agen, saya malah dipukuli dan disiksa habis-habisan. Saya sudah berkali-kali minta pulang, namun saat itu saya justeru dipindahkan lagi ke Irak," tutur EH.
ARSIP KOMPAS
EH (22) saat ditemui di Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (7/1/2023). EH adalah penyintas perdagangan anak yang sempat dibawa ke Malaysia, Dubai, Turki, Sudan, Suriah, dan Irak.
Di Irak, penderitaan EH seakan tiada henti karena mendapat penyiksaan dan pelecehan seksual. EH menjadi korban perkosaan oleh anak dari majikan. Saat melapor, EH justru dituduh memfitnah dan dilaporkan ke polisi. EH pun dipenjara dalam kondisi tengah mengandung hingga akhirnya keguguran.
Beruntung pada 2019, EH mendapat bantuan dari rekan pekerja dari Filipina untuk berkontak dengan SEED Foundation. LSM ini kemudian berkomunikasi dengan lembaga perlindungan pekerja migran Migrant Care di Indonesia. Kasus EH pun akhirnya dapat diproses hukum.
Meski telah melalui proses hukum, EH hanya mendapat luka dan kerugian. Selama berpindah negara, juga berpindah agensi, janji upah yang sempat disebut agen tak pernah ia dapatkan.
ARSIP KOMPAS
SK (17) saat ditemui di Blitar, Jawa Timur, Kamis (12/1/2023). Perempuan ini adalah penyintas perdagangan anak yang sempat dibawa hingga ke Malaysia.
Mencoba bunuh diri
Kisah serupa juga dialami SK (17) yang berangkat ke Malaysia, sekitar 2019 silam. Perempuan asal Blitar, Jawa Timur, ini masih berusia 14 tahun saat diberangkatkan oleh agen.
SK sebelumnya ditawari pekerjaaan dari seorang kenalan jauh di desa tetangga. DSK ditawari gaji berkisar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta per bulan.
Segala urusan berkas, termasuk usia SK yang masih dibawah umur saat itu diurus oleh pihak agen. SK tidak diizinkan melihat berkas itu.
SK lalu diberangkatkan dengan pesawat ke Batam. Di Batam, dia diantar naik kapal hingga tiba di sebuah pelabuhan. Dari pelabuhan, dia dijemput mobil hingga sampai di kompleks perumahan di kawasan Malaka.
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Salah satu sisi rumah SK (17) saat dikunjungi di Blitar, Jawa Timur, pada Kamis (12/1/2023).
Selama di Malaysia, SK bekerja untuk salah satu agen. SK berpindah-pindah majikan sampai enam kali tanpa digaji selama empat bulan. Selama bekerja, dia kerap tak diberi makan atau obat saat sakit.
SK pun mendapat kekerasan fisik dari majikan dan agen. Sebagian perlakuan itu menyebabkan luka, salah satunya di lengan, yang membekas sampai sekarang.
"Dari urusan gaji sampai pekerjaan, tidak ada yang sesuai dengan janji di awal. Malah sempat dapat pukulan itu, sudah kayak pasrah pengen mati saja. Saya bahkan sempat coba bunuh diri dengan minum pewangi baju," (SK)
SK yang sudah tak tahan dengan perlakuan itu akhirnya kabur dan sempat hidup luntang-lantung di Malaysia. Awal 2020, dia tertangkap razia oleh petugas setempat hingga akhirnya dideportasi.
"Dari urusan gaji sampai pekerjaan, tidak ada yang sesuai dengan janji di awal. Malah sempat dapat pukulan itu, sudah kayak pasrah pengen mati saja. Saya bahkan sempat coba bunuh diri dengan minum pewangi baju," tutur SK.
Kisah EH dan SK hanyalah sedikit dari cerita perdagangan anak yang sampai ke luar negeri. Nyatanya, menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), hampir setiap tahun ada ratusan kasus anak yang diperdagangkan baik di luar maupun dalam negeri.
ARSIP KOMPAS
SK (17) saat ditemui di Blitar, Jawa Timur, Kamis (12/1/2023). Perempuan ini adalah penyintas perdagangan anak yang sempat dibawa hingga ke Malaysia.
Minim informasi
Koordinator Bantuan Hukum Migrant Care Nurharsono mengatakan, minimnya informasi terkait tata cara bermigrasi yang benar menyebabkan kasus perdagangan orang kerap terjadi. Tak jarang kasus itu menimpa anak-anak.
Nurharsono membenarkan, pihak sponsor pekerja migran ilegal kerap mendekati calon korban lewat pendekatan secara langsung sebagai tetangga atau sesama warga desa. Dari situ, iming-iming gaji tinggi, proses cepat, dan tanpa biaya mulai disampaikan ke calon korban.
Dia menjelaskan, dampak bagi korban yang masih anak-anak bisa jadi lebih parah karena trauma hingga stigma buruk dari masyarakat. Belum lagi jika anak tersebut mengalami kekerasan fisik hingga pelecehan seksual.
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Anis Hidayah mengatakan, anak-anak berada dalam posisi rentan yang sulit untuk melawan pelaku. Saat sudah terjerat sindikat perdagangan orang, mereka kerap sulit mencari jalan keluar.
Anis menilai, upaya advokasi dan pendampingan kepada para korban, terutama anak-anak, menjadi sangat penting. Dengan posisi rentan anak dalam tindak pidana perdagangan orang, advokasi dan penegakan hukum harus berpihak kepada korban.