Maraknya praktek joki karya ilmiah membuat kalangan akademisi kesulitan untuk menilai mana karya ilmiah asli atau palsu.
Oleh
DHANANG DAVID, INSAN ALFAJRI, IRENE SARWINDANINGRUM, ANDY RIZA HIDAYAT
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Maraknya joki karya ilmiah membuat kalangan dosen dan akademisi sulit membedakan mana karya asli yang dikerjakan mahasiswa dan mana yang tidak. Hasil karya ilmiahnya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat lolos dari kasus plagiasi.
Sejumlah joki karya ilmiah memberikan garansi pengerjaan skripsi, tesis, disertasi, dan artikel ilmiah aman dari pengecekan plagiasi. Mereka meyakinkan klien bahwa produknya sesuai permintaan.
”Saya mengerjakan permintaan klien dengan memanfaatkan internet, buku, dan jurnal-jurnal yang sudah terbit. Untuk menghindari plagiasi, saya lakukan parafrasa. Lalu, saya sertakan sumber bahan yang saya ambil,” kata joki karya ilmiah yang juga mahasiswa tingkat akhir di sebuah kampus negeri di Jakarta berinisial HAS, Minggu (11/12/2022). HAS menjadi joki sejak 2021 dan belum pernah mendapat keluhan bahwa karyanya terkena kasus plagiasi.
Dia menerima pengerjaan skripsi, tesis, serta jurnal ilmiah mahasiswa S-1 dan S-2 dengan tarif mulai dari Rp 400.000 untuk artikel dan Rp 3 juta untuk paket skripsi dari awal pengerjaan sampai selesai. Sudah ada ratusan karya ilmiah yang ia kerjakan.
”Ada yang meminta saya agar dibuatkan artikel ilmiah untuk dilombakan dan ternyata artikel yang terbit di jurnal itu menang sebuah kompetisi karya ilmiah. Semua bahan, mulai judul dan isinya, saya yang buat,” katanya. HAS bangga, karyanya terbukti berkualitas dan lolos dari seleksi panitia.
Bebas Plagiasi
Layanan serupa diberikan joki dari CV Sanggar Indonesia. Mereka menyediakan fasilitas pengecekan agar hasil karyanya bebas plagiasi. ”Ada beberapa paket yang kami tawarkan dengan ketentuan gratis kami revisi, bebas plagiasi, dan bimbingan mulai dari pemilihan judul,” ujar salah satu admin CV Sanggar Indonesia, Jumat (6/1/2023).
CV Sanggar Indonesia juga menyediakan jasa untuk mengerjakan kuesioner, validitas ahli, dan lembar observasi. Mereka juga menggunakan referensi dari jurnal Indonesia dan jurnal internasional untuk pengerjaan karya ilmiah. ”Ada juga jasa untuk analisis data kualitatif atau pun kuantitatif dengan metode Anova, Lisrel, Evious, dan Amous,” jelas admin tersebut.
Agar parafrasa karya terlihat mulus, seorang joki di Yogyakarta bernama Dodo harus membaca bahan riset berkali- kali. ”Kalau mau rapi, berkali-kali membaca bahannya, lalu mengubah sejumlah kalimat agar terlihat baru,” kata Dodo.
Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Olivia Lewi, mengaku kesulitan membedakan mana karya ilmiah asli yang dikerjakan mahasiswa dan yang dikerjakan joki. Untuk membedakan karya asli dengan plagiasi, Olivia menggunakan aplikasi Turnitin.
”Sayangnya, aplikasi ini punya kelemahan karena hanya bisa mengecek batas normal plagiasi 25 persen. Jika joki tersebut mampu menyarikan kata-kata (parafrasa), akan sulit terlacak aplikasi,” ujarnya.
Selain dengan Turnitin, Olivia juga mengecek hasil karya ilmiah tiap mahasiswanya dengan cara presentasi. Ia meminta mahasiswanya menjelaskan secara detail isi karya ilmiah yang dibuatnya.
Di level dosen, untuk mengantisipasi karya yang hasil perjokian, seorang asesor harus mengikuti perkembangan dunia publikasi karya ilmiah. ”Asesor harus teliti. Caranya dengan mengecek tempat penerbitannya. Artikelnya sesuai dengan disiplin ilmunya apa tidak,” ucap asesor dari Universitas Negeri Medan Erond Damanik.