Tidak Ada Rencana Darurat yang Berjalan di Kanjuruhan
Puluhan kamera pemantau atau CCTV merekam menit-menit mencekam di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Rekaman itu memperlihatkan tak berjalannya rencana darurat ketika situasi kacau.

Kamera pemantau (CCTV) dari tribune duduk sisi timur merekam tiga penonton yang masuk ke lapangan permainan diikuti dua petugas keamanan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Kamera pemantau (CCTV) dari tribune duduk sisi timur merekam tiga penonton yang masuk ke lapangan permainan diikuti dua petugas keamanan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Puluhan kamera pemantau atau CCTV merekam menit-menit mencekam di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Rekaman itu memperlihatkan tak berjalannya rencana darurat ketika situasi kacau. Aparat negara nyaris tak hadir. Selama satu jam, ribuan orang berjuang menyelamatkan nyawa sendiri.
Investigasi Harian Kompas menganalisis 258 potong video dari 32 titik kamera CCTV pada malam terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Seluruh rekaman dimulai dari Sabtu (1/10) pukul 21.00 hingga Minggu (2/10) pukul 03.00. Pukul 21.00, situasi di sekitar stadion berjalan wajar, ramai tetapi tak ada kericuhan. Malam itu, Arema FC menjamu Persebaya FC. Suporter Arema tak henti datang hingga akhir babak kedua.

Rekaman video CCTV Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur saat tragedi yang menewaskan 135 orang Sabtu (1/10/2022). Beberapa petugas kepolisian sempat membantu pintu yang macet oleh sesaknya penonton yang panik hendak keluar. Upaya membuka pintu geser gagal. Kondisi makin parah dengan lampu penerang di lorong anak tangga padam di tengah upaya penyelamatan tersebut.
Kamera merekam kenakalan klasik penjaga pintu pertandingan sepak bola. Sejumlah orang diperbolehkan masuk tanpa pemeriksaan tiket. Di Pintu 12 pada pukul 21.00, misalnya, arus penonton yang masuk terlihat masih padat. Saat itu pertandingan memasuki babak kedua ketika petugas checker tiket tidak melakukan tugasnya.
Puluhan orang merangsek masuk tanpa ada pemeriksaan satu per satu. Mereka hanya mengangkat lengan di mana tiket gelang seharusnya dipakai. Hampir di semua pintu masuk pemandangan itu terjadi, steward mengecek adanya gelang, sebagian membiarkannya masuk tanpa pengecekan.
Rekaman itu memperlihatkan tak berjalannya rencana darurat ketika situasi kacau. Aparat negara nyaris tak hadir. Selama satu jam, ribuan orang berjuang menyelamatkan nyawa sendiri
Longgarnya pemeriksaan tiket terpantau di Pintu 4 pada pukul 21.27, 21.36, dan 21.47. Di Pintu 14 dan beberapa pintu lain juga terlihat kelonggaran tersebut. Kamera pemantau menunjukkan pukul 22.00 ketika pertandingan usai. Massa mulai terlihat keluar dengan tenang di pintu-pintu stadion.

Tangkapan layar video CCTV Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, ini merekam permainan tiket di pintu masuk. Ada sejumlah penonton masuk tanpa menunjukkan tiket gelang ke petugas.
Para steward yang tadinya waspada berjaga mulai melepas ketegangan. Mereka terlihat bercengkerama satu sama lain. Tugas mereka menjaga pintu selama pertandingan sudah usai. Pukul 21.48, pintu-pintu bilah nomor 1-14 pun dibuka, sepuluh menit sebelum peluit akhir. Pertandingan malam itu berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Persebaya. Tidak ada yang aneh dari visual kamera luar hingga pukul 22.05.
Tak terlihat kekecewaan suporter meski Arema FC kalah. Arus orang keluar semakin ramai. Petugas kepolisian di luar juga terlihat santai mengobrol satu sama lainnya. Tak ada yang menduga bahwa dalam 10 menit, malam itu akan berubah menjadi malam panjang dan mencekam.
Pada pukul 22.03, kamera di bawah papan skor memperlihatkan suasana lapangan yang mulai dimasuki suporter. Disusul beberapa suar yang dinyalakan penonton. Saat itu, puluhan suporter sudah berada di lapangan. Titik awal Pukul 22.08.59 hingga 22.09.37, dari kamera papan skor, terlihat delapan tembakan gas air mata dilepaskan ke arah tribune selatan. Momen ini titik awal dimulainya satu jam mencekam berikutnya. Pintu-pintu bilah dengan anak tangga curam dan lorong sempit jadi jebakan maut.

Tangkapan layar kamera pemantau (CCTV) merekam tembakan gas air mata pertama kali yang diarahkan aparat ke tribun selatan pukul 22.10.59. Dalam rekaman ini juga terlihat konsentrasi massa di area lapangan permainan.
Puluhan tubuh orang dewasa dan anak-anak terlihat tidak berdaya di sembilan pintu, yaitu pintu nomor 1, 3, 7, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14. Kamera menunjukkan, pemandangan mencekam itu dimulai pada pukul 22.10. Kepanikan terlihat di pintu-pintu keluar. Di menit-menit berikutnya, arus penonton yang keluar terhenti.
Baca juga : Hasil Uji Lab : Gas Air Mata Picu Kematian
Orang-orang terjepit terlihat di sembilan pintu itu. Di Pintu 13, arus orang keluar yang awalnya tersendat terhenti total pukul 22.12. Wajah-wajah orang yang kesakitan dan lemas tertumpuk di mulut pintu. Beberapa detik sebelumnya, kamera di bawah papan skor menangkap tembakan gas airmata yang meledak dekat dengan mulut lorong tangga ke Pintu 13. Asap putih langsung menguar ke lorong.
Puluhan orang yang sudah sulit bergerak tak bisa menghindar. Nestapa korban di lorong Pintu 13 itu tergambar jelas di rekaman video telepon seluler milik B (20), salah satu penonton yang ikut terjebak di sana. Dampak gas air mata pada penonton yang berdesakan itu begitu cepat. Dalam tiga menit sejak jatuhnya gas air mata, beberapa orang mulai terlihat kesulitan bernapas. Beberapa orang terlihat lemas sambil terus mendongak dengan napas tersengal-sengal. Lantunan doa, seruan Allahu Akbar, terdengar di antara makian dan jeritan kesakitan, baik lelaki maupun perempuan.

Rekaman video CCTV Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur saat tragedi yang menewaskan 135 orang Sabtu (1/10/2022). Beberapa petugas kepolisian sempat membantu pintu 13 yang macet oleh sesaknya penonton yang panik hendak keluar. Upaya membuka pintu geser gagal.
Enam menit setelah tembakan itu, terlihat sekelompok suporter remaja mulai memberi pompa jantung pada rekannya yang sudah tak bergerak. Wajah rekannya itu terlihat pucat dan tak bernapas. Video itu menjadi gelap. ”Saya sendiri waktu itu sudah tidak bisa melihat dengan jelas lagi, tak bisa bernapas, terus sempat tidak sadar. Tetapi, lalu seperti ditarik ke atas, tiba-tiba sudah di tribune lagi,” kata B.
Pemandangan memilukan semacam ini terlihat di berbagai penjuru Stadion Kanjuruhan. Di Pintu 12, pada pukul 22.42, terlihat tubuh anak-anak dibopong keluar dari pintu. Tubuh tak bergerak itu lalu dibaringkan di lantai di sebelah pintu. Saat itu, massa masih berusaha menyelamatkan orang-orang yang terjepit di pintu. Wajah bocah itu pucat, tak terlihat tanda kehidupan. Dengan mimik muka prihatin, seorang pria terlihat mencoba melakukan pertolongan dengan pompa jantung, tetapi tak ada reaksi. Di sebelah tubuh bocah itu, ada dua tubuh lain yang tak bergerak. Sementara beberapa lainnya dijajarkan di jalan tanpa pertolongan.
Tangan kosong
Di tengah kondisi mengerikan itu, para suporter memang bergerak sendiri tanpa ada bantuan berarti. Mereka hanya menggunakan tangan kosong saat berusaha menolong para korban. Awalnya, di beberapa pintu, seperti Pintu 11, 12, dan 13, masih ada polisi yang membantu. Namun, sekitar pukul 22.15, para polisi itu ditarik masuk ke dalam. Tanpa ada personel pemerintah atau aparat keamanan yang terlatih evakuasi dan berkoordinasi, kondisi evakuasi bergantung kepada massa.

Rekaman video CCTV Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur saat tragedi yang menewaskan 135 orang Sabtu (1/10/2022).
Tanpa alat apa pun dan tak ada pertolongan medis. Meski dengan maksud membantu, massa yang berkumpul di depan pintu justru membuat ruang kian sesak dan jalur evakuasi terhambat. Kondisi dibuat kian runyam dengan lampu yang padam di beberapa pintu, yaitu Pintu 12, 13, dan 14, pada pukul 22.12 dan 22.17.
Akibatnya, saat itu, lorong yang sempit dan penuh oleh orang tersebut menjadi gelap. Kondisi ini yang membuat frustrasi. Emosi berulang kali tersulut. Pertikaian-pertikaian terjadi tepat di depan pintu saat puluhan orang bertaruh nyawa. Dengan tangan kosong dan alat seadanya, massa berusaha menarik korban yang terjebak di pintu. Di berbagai titik, terekam massa suporter berusaha membuka pintu bilah pelat baja. Mereka menggedor, membanting, dan menarik. Semua gagal. Tak ada satu pun pintu itu bergerak.
Di Pintu 13, massa menggunakan alas beton tiang Peduli Lindungi sebagai palu untuk menghancurkan dinding roster. Tinggi roster itu sekitar 160 sentimeter dari lantai. Dengan usaha keras, akhirnya dinding berongga itu berhasil dijebol. Beberapa orang menggunakan pagar besi yang sudah penyok sebagai tangga darurat. Pagar besi itu juga sebelumnya dijebol bersama-sama hanya dengan menarik memakai tangan. Lalu, mereka memasukkan meja kayu berat dari lubang untuk pijakan korban yang terjebak di dalam. Dari rongga itu, mereka berhasil mengeluarkan beberapa orang yang terjebak. Beberapa sudah tak bergerak lagi.

Rekaman video CCTV Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur saat tragedi yang menewaskan 135 orang Sabtu (1/10/2022). Terlihat lampu di lorong anak tangga bagian Pintu 12 dalam justru padam di tengah orang-orang yang terjebak berusaha menyelamatkan diri.
Seharusnya, pintu bilah berukuran 200 cm x 85 cm itu merupakan anak pintu dari pintu geser setinggi 4 meter. Jika pintu geser itu bisa dibuka, tentunya jumlah korban bisa berkurang drastis karena pintu jauh lebih lega. Dalam satu jam, 29 korban tak bergerak digotong keluar dari Pintu 11, 49 korban dari Pintu 12, dan 25 dari Pintu 13. Di pintu lain, belasan korban tak bergerak digotong keluar. Nugroho Setiawan, anggota TGIPF Kanjuruhan, menuturkan, sejak ia melakukan verifikasi pada 2008, pintu geser di Pintu 1-14 Stadion Kanjuruhan sudah tidak berfungsi.
Sampai kejadian kemarin, tanggal 9 Oktober saya keliling lagi di Kanjuruhan tidak ada perubahan sama sekali
Padahal, fungsi pintu geser itu dibuka lebar setelah pertandingan selesai. Pintu geser itu terdiri atas empat bilah sehingga ada akses 4 meter saat dibuka. ”Hingga saat melakukan pemeriksaan untuk TGIPF, kondisi pintu tak berubah. Sampai kejadian kemarin, tanggal 9 Oktober saya keliling lagi di Kanjuruhan tidak ada perubahan sama sekali, termasuk Pintu 1-14 yang desainnya pintu gesernya. Pintu geser tidak berfungsi,” katanya.
Layanan medis Kamera depan mushala pukul 22.12 merekam tidak siapnya layanan medis untuk peristiwa itu. Selama satu-dua jam ke depan, selasar itu menerima 67 korban yang tak bergerak. Ada yang tak memperlihatkan tanda kehidupan, ada yang dalam kondisi kejang atau bernapas dengan tersengal. Adapun korban yang masih sadar diarahkan keluar. Di tempat itu hanya terlihat delapan tenaga medis. Satu tenaga medis sempat menangani dua korban sekaligus.

Tangkapan layar kamera pemantau (CCTV) merekam tembakan gas air mata pertama kali yang diarahkan aparat ke tribun selatan pukul 22.10.59. Dalam rekaman ini juga terlihat konsentrasi massa di area lapangan permainan.
Salah satunya bocah berusia sekitar 10 tahun yang akhirnya diberi pijat jantung. Satu-satunya veldbed yang ada digunakan bergantian, 2-3 orang sekaligus dalam satu waktu. Satu tenaga medis menangani satu korban perempuan selama satu jam penuh. Korban itu awalnya digotong masuk dengan napas tersengal-sengal, tetapi lama-kelamaan diam tak bergerak.
Tandu yang ada tak sampai 10 buah. Satu tabung oksigen ukuran kecil baru terlihat dibawa petugas sekitar pukul 23.00. Beberapa dari korban yang terlihat bernapas tersengal-sengal hanya dikipasi dengan selembar kardus atau kaus untuk memberikan udara tambahan oleh suporter lain.
Dengan pengetahuan seadanya, banyak juga suporter yang mencoba memberikan pompa jantung pada korban yang sudah tak bernapas, tetapi banyak yang tak membuahkan hasil. Hingga hampir tengah malam, tak terlihat tambahan tenaga atau alat medis ke dalam area stadion.

Rekaman video CCTV Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur saat tragedi yang menewaskan 135 orang Sabtu (1/10/2022). Terlihat lampu di lorong anak tangga bagian Pintu 12 dalam justru padam di tengah orang-orang yang terjebak berusaha menyelamatkan diri.
Kendati telah bekerja keras, puluhan korban tetap tak tertangani oleh tenaga medis yang malam itu bertugas. Belasan korban yang lain akhirnya ditutup dengan kain dan dibawa keluar ruangan. Kamera lobi VIP Utara pukul 23.15 juga merekam enam tubuh tak bergerak tergeletak tanpa ada penanganan.
Satu jam kemudian, sekitar pukul 00.16, tubuh-tubuh itu baru diangkat meninggalkan lokasi. Hingga pukul 00.00, sejumlah tubuh korban yang tak sadar atau meninggal digeletakkan saja di lantai tanpa tindakan apa pun. Beberapa korban yang tak bergerak harus menunggu selama 30 menit hingga 1 jam sebelum memperoleh penanganan yang layak.
Nugroho mengatakan, Stadion Kanjuruhan memang tak mempunyai skema evakuasi yang baik jika terjadi kericuhan. Buruknya pengamanan pertandingan membuat banyak jatuh korban pada satu jam yang mencekam itu. Malam itu, puluhan ribu orang datang ke Stadion Kanjuruhan untuk mendukung klub kebanggaannya dan 135 orang di antaranya tak pernah pulang lagi.