Pemalsu Oli Tiru Teknologi dan Kemasan Oli Resmi
Sebagian pelumas sepeda motor palsu yang beredar di pasaran terus berkembang agar identik dengan produk oli resmi, terutama dari segi kemasan dan teknologi label.

Stiker label pada oli palsu yang meniru merek Yamalube tampak masih menempel setelah dikelupas, Selasa (15/11/2022). Pada merek asli, stiker label yang dikelupas tidak bisa lagi menempel di botol.
JAKARTA, KOMPAS - Kemasan pelumas sepeda motor palsu yang beredar di pasaran sebagian di antaranya semakin menyerupai produk oli resmi. Pembuat oli palsu tidak hanya meniru sejumlah ciri-ciri pada kemasan tetapi juga berinovasi dengan menjiplak teknologi label yang dikembangkan produsen oli merek ternama.
Kompas membeli berbagai merek oli sepeda motor di sejumlah bengkel di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Semarang sepanjang Oktober-November. Salah satu yang dibeli adalah oli MPX2 untuk sepeda motor matik yang diproduksi Astra Honda Motor (AHM).
Merujuk materi edukasi yang disebarkan di laman resmi PT Wahana Makmur Sejati, dealer utama sepeda motor Honda di Jakarta, terdapat sejumlah ciri-ciri produk oli resmi MPX2, antara lain, kemasan botol oli AHM berwarna putih cerah sehingga masyarakat diminta waspada jika membeli oli baru namun dengan botol kusam.
Ciri lain adalah bagian jendela (bagian yang transparan untuk mengetahui volume oli dalam botol) pada botol asli berukuran sempit sedangkan pada yang palsu umumnya lebih lebar. Selain itu, pada tutup botol, terdapat kode pengaman yang sama dan sejajar, sedangkan di botol oli palsu tidak sejajar atau bahkan sama sekali tidak ada kode pengaman.

Kuasa Hukum Internal PT AHM Edward saat menjelaskan detail kemasan oli merek MPX di Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Kode QR
Kendati demikian, memeriksa tampilan botol tidak langsung membuat yakin bahwa oli tersebut palsu. Untuk memudahkan pengecekan oli keluaran AHM tersebut asli atau palsu, konsumen dapat mengecek kode keamanan atau kode QR (Quick Response Code) yang berada pada label kemasan di bagian belakang botol. Ketika dipindai, kode pada botol asli bakal menautkan ke situs beralamat ahm.to yang merupakan laman resmi AHM.
Pada sejumlah oli MPX2 yang dibeli di bengkel mandiri maupun toko suku cadang di sejumlah lokasi, ciri-ciri pada kemasan seperti warna botol, tutup botol, hingga jendela botol cukup identik dengan produk oli MPX2 resmi. Bahkan, stiker label yang menempel di bagian belakang botol juga terdapat kode QR. Namun, saat kode QR itu dipindai akan terkoneksi ke laman ahmto.top.
Baca juga : Oli Palsu Dijual Bebas, Konsumen Dirugikan
Alamat laman ahmto.top ini hampir sama dengan laman resmi milik AHM yakni ahm.to. Jika konsumen tidak teliti mengamati alamat laman yang tertera, maka akan mudah terkecoh dan menganggap bahwa oli itu asli mengingat tampilan pada situs ahmto.top sangat mirip dengan tampilan situs resmi AHM yang memperlihatkan produk oli sekaligus dengan nomor seri produknya.
Pada sebagian oli MPX2 yang dibeli di sejumlah bengkel di Jakarta Barat, Kota Tangerang, dan Kota Semarang, Jawa Tengah, kode QR pada kemasan oli menautkan ke laman ahmto.top. Artinya, oli tersebut diduga kuat palsu.

Tautan kode respons cepat (qr code) dari kemasan oli asli MPX2 dan oli palsu yang menyerupai MPX2 (kiri-kanan) tampak sama persis walaupun mengarah ke alamat laman yang berbeda. Menurut keterangan resmi PT AHM, tautan dari laman ahm.to adalah satu-satunya situs resmi yang dimiliki PT AHM.
Kendati demikian, pengecekan oli dengan memindai kode pada kemasan tidak dapat menjadi patokan baku. Sebab, terdapat beberapa oli MPX2 palsu yang dibeli di salah satu bengkel di kawasan Larangan, Kota Tangerang, kode QR botol menautkan ke laman resmi AHM.
Upaya pemalsu meniru kode QR oli AHM juga terlihat pada botol-botol oli palsu barang bukti penggerebekan polisi, seperti kasus pemalsuan oli di Kota Semarang, yang diungkap Oktober lalu. Kompas turut mengecek tiga lokasi pengemasan dan penyimpanan oli palsu yakni di dua bangunan di Kecamatan Semarang Utara, serta satu properti di Kecamatan Semarang Timur.
Pelumas ini dipalsukan secara detail, baik itu tulisan di etiketnya, kode SNI, maupun QR code yang menunjukkan siapa produsennya, secara sekilas itu semua sama. (Tri Yuswidjajanto)
Label pada botol-botol oli AHM di lokasi-lokasi itu turut dilengkapi dengan kode QR. Saat kode pada kemasan oli itu dipindai, tidak sedikit yang menautkan ke situs ahm.to atau laman resmi AHM. Meskipun ada juga yang menghubungkan ke laman ahmto.top.
Label kode QR pada botol-botol oli MPX2 palsu yang jadi barang bukti penggerebekan Kepolisian Sektor Bekasi Timur, Kota Bekasi juga mengarahkan ke situs ahm.to.
Pembaruan kemasan
Kuasa Hukum Internal PT Astra Honda Motor Edward, mengatakan, desain kemasan oli MPX2 termasuk di dalamnya teknologi kode QR yang menautkan ke laman resmi AHM adalah bagian pembaruan desain dan teknologi kemasan oli AHM yang dirilis pertengahan tahun ini. Hal ini dilakukan agar produk AHM tidak mudah dipalsukan. Biaya investasi untuk membuat desain kemasan, termasuk teknologi kode QR tersebut mencapai puluhan miliar rupiah.
Namun, inovasi tersebut kembali ditiru oleh para pemalsu. Bahkan, hanya dalam jangka waktu dua bulan. "Botol dan kemasan baru AHM ini dirilis pada Mei 2022 tetapi saya sudah mendapat adanya informasi pemalsuan (terhadap kemasan yang baru) pada Juli 2022," kata Edward.
Kendati demikian, Edward menyebut ada sejumlah ciri-ciri oli palsu yang masih bisa diidentifikasi lewat kemasannya. Mulai dari tutup botol, oli palsu memiliki warna yang lebih terang, tidak rapat, dan memiliki sisa lem. Sementara oli asli cenderung rapi dan sangat rapat.
Ciri-ciri produk palsu juga dapat diamati dari bentuk jendela botol yang tidak presisi serta bagian bawah botol oli. Pada bagian bawah botol oli asli terdapat empat simbol, sedangkan pada oli palsu hanya terdapat tiga simbol.
Tim Kompas juga mengecek oli sepeda motor matik merek lain, yakni Yamalube keluaran Yamaha Motor Co., Ltd. Pelumas Yamalube berbotol oranye didapatkan dari salah satu bengkel di Kota Tangerang seharga Rp 55.000. Oli Yamalube ini diduga palsu.
Berdasarkan informasi di laman www.yamaha-motor.co.id, Yamaha menangkal pemalsuan produk mereka dengan menggunakan teknologi in mould label (IML), berupa label bertumpuk pada botol. Tanda bahwa konsumen membeli Yamalube asli ialah sobekan label pada depan botol akan selalu utuh, tidak mudah rusak, dan tidak bisa ditempel kembali. Setelah itu, gambar dan tulisan di balik label tersebut tidak mudah dihapus dan digores.
Baca juga : Kerugian Beruntun Akibat Oli dan Suku Cadang Palsu
Pemalsu meniru teknologi ini. Pada botol Yamalube yang dibeli Kompas, label depan disobek dan terlihat ada kode QR di baliknya. Saat dipindai, kode menautkan ke situs yamalubepromo.com, laman resmi untuk mengecek keaslian oli Yamalube. Namun, ciri-ciri lain menguatkan dugaan bahwa oli Yamalube itu palsu. Tutup botol longgar dan amat mudah diputar, serta bentuk desainnya berbeda dengan tutup botol oli dari bengkel resmi. Selain itu, label pada muka botol bisa ditempel lagi setelah dilepas. Dugaan palsu makin kuat karena oli dibeli dari bengkel yang terbukti menjual oli-oli palsu.
Teknologi yang diaplikasikan pada Yamalube palsu juga ditemukan pada kemasan oli palsu hasil penggerebekan polisi di Semarang. Teknologi IML turut ditiru, dan pemindaian kode QR di balik label yang sudah disobek mengarahkan ke situs yamaha-motor.co.id. Ini situs resmi Yamaha namun bukan untuk mengecek keaslian oli.

(kiri-kanan) Tutup botol kemasan oli palsu dan asli saat dibandingkan di Jakarta, Senin (14/11/2022). Desain timbul pada tutup botol kemasan palsu tampak tidak simetris. Selain itu, tutup botol juga terlihat lebih kusam dibandingkan yang asli.
Kompas meminta konfirmasi ke Yamaha menanyakan perihal Yamalube yang diduga palsu dan dibeli dari bengkel di Kota Tangerang. Foto botol oli dikirim sebagai pendukung.
Kuasa hukum Yamaha Motor Co., Ltd. Purnomo Suryomurcito mengakui, sulit bagi Yamaha untuk menunjukkan asli-tidaknya produk berdasarkan foto kiriman Kompas, mengingat botol-botol oli palsu belakangan dibuat dengan baik. Yamaha meminta pelanggan mencocokkan dengan ciri-ciri oli asli sesuai yang sudah diinformasikan perusahaan asal Jepang tersebut, salah satunya terkait teknologi IML.
Botol dan kemasan baru AHM ini dirilis pada Mei 2022 tetapi saya sudah mendapat adanya informasi pemalsuan pada Juli 2022. (Edward)
Adapun terkait oli bawaan motor Suzuki, Spare Parts Department Head PT Suzuki Indomobil Sales, Christiana Yuwantie, mengatakan Suzuki baru menerima satu laporan pemalsuan pelumas yang bernama Ecstar. Ia menjelaskan, label pada botol oli versi palsu mudah dilepas, sedangkan di botol Ecstar asli sangat rekat.
Selain itu, ciri oli palsu antara lain, alamat vendor pengisian oli tidak sesuai dengan yang sekarang bermitra dengan Suzuki, kemudian ukuran huruf pada tulisan di label juga tidak standar serta tidak memiliki lapisan pelindung dalam tutup botol (induction seal).

Ketua Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo) Andria Nusa
Sulit dibedakan
Ketua Asosiasi Pelumas Indonesia Andria Nusa mengakui, konsumen yang tidak biasa berurusan dengan oli bakal kesulitan membedakan pelumas asli dan palsu. Cara paling valid adalah melalui uji laboratorium. Padahal, biaya uji oli berkisar Rp 6 juta-Rp 12 juta.
Baca juga : Cermati Detail Oli dan Suku Cadang yang Anda Beli
Andria menilai, salah satu kunci menekan peredaran oli palsu adalah penguatan pengawasan dan penegakan hukum. Namun, hal ini terbentur berbagai keterbatasan. Sebagai gambaran, Andria memperkirakan total ada sekitar 200.000 bengkel mobil dan sepeda motor se-Indonesia. “Siapa yang ngawasin 200.000 bengkel?” ujar Andria.
Ketua Umum Masyarakat Pelumas Indonesia, Tri Yuswidjajanto menilai, sulit bagi publik membedakan oli palsu dan oli resmi secara kasat mata. Apalagi, desain kemasan dan teknologi label juga sangat mirip. Oli juga tidak dapat dibedakan hanya dengan melihat kekentalannya secara kasat mata.

Ketua Umum Masyarakat Pelumas Indonesia (Maspi) Tri Yuswidjajanto
”Pelumas ini dipalsukan secara detail, baik itu tulisan di etiketnya, kode SNI, maupun QR code yang menunjukkan siapa produsennya, secara sekilas itu semua sama," ujar Tri.
Seorang pengguna sepeda motor matik, Andy Prastiyo (38), mengaku tidak pernah tahu indikator keaslian oli mesin yang dibelinya. Padahal, ia rutin ganti oli sebulan sekali di bengkel mandiri, bukan bengkel resmi sesuai merek motornya.
Baca juga : Mudahnya Menemukan Oli Palsu di Pasaran