Para pengendara merugi berlipat karena menggunakan suku cadang palsu. Barang palsu yang dibeli dengan harga murah itu tak sebanding dengan keselamatan berkendara di jalan.
Oleh
ADITYA DIVERANTA, JOHANES GALUH BIMANTARA, FAJAR RAMADHAN, HARRY SUSILO
Β·4 menit baca
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Antrean reparasi sepeda motor di bilangan Kembangan, Jakarta Barat, Senin (17/10/2022).
Para pengendara sepeda motor mengalami kerugian berlipat karena sepeda motor tambah rusak hingga nyaris celaka saat terjebak pemakaian suku cadang palsu. Barang palsu yang dibeli dengan harga murah itu tak sebanding dengan keselamatan berkendara selama di jalan.
John Vamela (35) masih ingat momen ketika sepeda motornya melaju dengan berat pada akhir Januari 2021. Roda belakang motornya terus memunculkan bunyi gemertak di sepanjang jalan. Dalam kemacetan, dia masih memaksakan motor itu berjalan meski dipenuhi kekhawatiran.
Laju sepeda motor yang semakin lambat membuat John menepi ke sebuah bengkel. Setelah dicek, ternyata bagian dalam komponen boks transmisi motor matiknya rusak.
Montir bengkel saat itu menyebut ada celah pada bagian rumah roller yang menyebabkan bunyi gemertak pada motor. Rumah roller adalah komponen dalam sistem transmisi CVT yang berfungsi membuat kendaraan bertenaga untuk bergerak maju. Montir pun menunjukkan, komponen rumah roller di motor John bukanlah suku cadang resmi yang semestinya dipakai untuk motor matik merek Honda.
John kesal bukan main karena rumah roller yang rusak itu sebenarnya baru diganti sebulan lalu. Penggantian itu pun dilakukan atas saran montir bengkel langganan dia. Namun, belakangan diketahui bahwa rumah roller yang dipasang di bengkel langganannya itu adalah suku cadang palsu.
"Ternyata pas dibongkar, lubang pada bagian rumah roller itu enggak sama, telihat agak kegedean. Padahal, waktu itu kemasan (suku cadang)-nya persis banget dengan orisinal, ada barcode-nya, tapi ternyata palsu," ujar pria yang berdomisili di Depok, Jawa Barat, ini.
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
John Vamela (32) bercerita pengalaman saat mendapati suku cadang palsu di sepeda motornya, Senin (3/10/2022). Suku cadang palsu menyebabkan kerusakan masif pada motor miliknya.
Cerita John mungkin mewakili pengalaman sebagian orang yang menjadi korban suku cadang palsu. Seperti John, banyak pengendara yang sehari-hari menggantungkan mobilitas pada sepeda motor. Namun, mereka tidak menyadari kerap terjebak suku cadang palsu.
John pun merasakan hal itu. Dia bercerita kalau saat itu tak ada maksud membeli barang palsu. Warga asal Sumatera Selatan ini pun memastikan ke montir bengkel agar hanya diberi suku cadang asli. Meski begitu, nyatanya dia tetap mendapat barang palsu untuk motornya.
"Padahal, waktu itu kemasannya persis banget dengan orisinal, ada barcode-nya, tapi ternyata palsu," (John Vamela)
Rumah roller yang dibeli tidak sampai Rp 100.000 itu menyebabkan rugi berlipat. Saat kerusakan motornya pada 2021, dia harus mengganti ulang komponen yang berkaitan dengan rumah roller, sabuk pada mesin (v-belt), serta sejumlah komponen lainnya di boks transmisi. Total dana yang mesti dikeluarkan kala itu berkisar Rp 400.000.
Kerusakan itu tergolong parah karena telah menjalar ke beberapa komponen lain di boks transmisi. Dari kelalaian mencermati barang palsu itu, John tidak menyangka kerusakan bisa merembet hingga separah itu.
"Dari bagian yang berbunyi tak, tak, tak, itu ternyata merembet ke bagian yang lain. Beruntungnya, yang rusak parah waktu itu hanya di bagian roller-nya, tidak sampai merembet ke kampas ganda," tutur pekerja di agensi periklanan wilayah Jakarta Pusat ini.
John membayarkan harga murah suku cadang palsu yang tidak sebanding dengan keselamatan saat berkendara. Sepeda motornya yang mengalami kerusakan itu sangat mungkin mengantarkan dirinya pada kecelakaan.
Kecelakaan
Peredaran suku cadang palsu tak jarang pula menyebabkan pengendara nyaris mengalami kecelakaan. Hal tersebut dialami Kurnia Pradana Putra (30) yang mengganti sabuk v-belt untuk mesin motornya pada Juli 2019.
Suku cadang yang dibeli seharga Rp 100.000-an di lapak lokapasar itu hampir menyebabkan Kurnia celaka di jalan. Selang dua hari penggunaan, motornya mendadak mogok saat melalui Jalan Raya Pasteur di Bandung, Jawa Barat. Motornya tidak kunjung berjalan meski sudah tancap gas.
"Waktu sehari setelah pasang v-belt itu, saya sudah merasa motor jadi ada getaran kasar. Puncaknya waktu di Jalan Pasteur yang lurus, saya puntir gas sekalian, malah enggak maju-maju motornya," jelas warga Bandung ini.
Stiker produk yang ditempelkan pada kardus untuk mendekati produksi aslinya menjadi barang bukti Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Jawa Tengah atas kasus pemalsuan oli kendaraan di Kelurahan Kuningan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/10/2022).
Beruntung karena Kurnia saat itu masih bisa menepi dari kepadatan jalan lalu membawa motornya ke bengkel. Saat di bengkel, baru diketahui kalau sabuk v-belt itu ambyar hingga membelit bagian katrol pada mesin.
Akibat hal tersebut, Kurnia harus mengganti sejumlah bagian pada boks transmisi motor. Dia mengeluarkan dana sedikitnya Rp 500.000 untuk perbaikan motor saat itu.
Kurnia tidak menyangka, niat berhemat dengan membeli suku cadang dari lokapasar daring justru hampir mencelakakan dirinya. Suku cadang yang dibelinya itu hanya berumur satu hari sampai akhirnya rusak seketika.
"Waktu itu bahkan karet v-belt kayak menyembur dari lubang ventilasi di boks transmisi. Sampai montir yang memperbaiki waktu itu tanya ke saya, 'Kang, ini asli?', dari situ saya baru tahu barang yang saya beli adalah palsu," ujar pengusaha di bidang jasa ini.
Santoso (28) menunjukkan kondisi mesin bersih dengan gambar kondisi mesin yang berlumuran cairan pekat di Jakarta, Rabu (5/10/2022). Gambar mesin yang kotor karena cairan pekat itu karena penggunaan oli berkualitas rendah.
"Sampai montir yang memperbaiki waktu itu tanya ke saya, 'Kang, ini asli?', dari situ saya baru tahu barang yang saya beli adalah palsu." (Kurnia Pradana Putra)
Santoso (28), pengusaha bengkel Berkah Motor Santoso di Jakarta, mengatakan, sebagian korban suku cadang palsu umumnya bermula karena mereka mencari harga murah. Dari banyak kasus yang ditangani, sebagian pengendara kerap kali mengesampingkan kualitas saat mencari harga murah.
Sebagai pengusaha bengkel mandiri, Santoso kadang merasa kasihan dengan orang yang menggantungkan penghidupan dengan sepeda motor, namun justru kerap terjebak oleh suku cadang palsu. Penggunaan barang palsu ini jelas membuat motor rusak parah dan seringkali merembet ke bagian-bagian yang lain.