Meski ada pabrik susu formula di Klaten, Jawa Tengah, kampanye ibu menyusui justru gencar di daerah ini. Klaten adalah contoh baik daerah yang giat mengampanyekan pentingnya air susu ibu ekslusif bagi bayi.
Oleh
INSAN ALFAJRI, IRENE SARWINDANINGRUM, ANDY RIZA HIDAYAT, DHANANG DAVID
·3 menit baca
"Tidak Menerima Promosi Susu Formula Apa Pun." Demikian pengumuman di klinik bidan Sri Budiati (56). Pengumuman terbaca jelas bagi siapa saja datang ke tempat praktik bidan Budi, di Klaten, Jawa Tengah.
Ruang periksa dipenuhi gambar ibu menyusui, dengan visual perbandingan cara menyusui yang benar dan salah. Sebuah poster di depan pintu ruangan semakin menegaskan bahwa air susu ibu adalah pilihan terbaik buat bayi. Poster itu menggambarkan botol susu berisi lembaran Rp 50.000 dan ditambahkan tulisan: ASI terbaik dan gratis, buat apa yang mahal?
Tidak hanya di tempat bidan Budi, larangan mempromosikan susu formula wajib dipatuhi semua bidan di Klaten. Pesan penolakan pada susu formula itu disampaikan ke bidan yang ingin memperpanjang Surat Izin Praktik Bidan (SIPB). Kalau mbalelo, mereka tak bisa memperpanjang (SIPB).
Sikap organisasi profesi ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Perda Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2008 tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif. Aturan ini melarang tenaga kesehatan memberikan makanan atau minuman apa pun selain ASI ke bayi yang baru lahir kecuali atas indikasi medis.
Sebelum adanya Perda ASI, pada 2006 muncul gerakan pro-ASI. Gerakan ini lahir setelah gempa melanda Klaten saat bidan-bidan di sana mendapat pelatihan menyusui gelaran Yayasan Sentra Laktasi Indonesia (Selasi). “Di situlah muncul komitmen-komitmen, bahwa seorang ibu sangat mampu menyediakan ASI untuk bayinya,” ujar Bidan Budi.
Pengetahuan menyusui itu mengikat pertemanan antartenaga kesehatan yang kemudian melahirkan Ikatan Konselor Laktasi (Iklan) tahun 2014. Iklan menjadi forum untuk melawan gencarnya promosi susu formula. “Ini cerita dari tidak tahu menjadi tahu dan akhirnya berkomitmen,” tambahnya.
Ruang periksa dipenuhi gambar ibu menyusui, dengan visual perbandingan cara menyusui yang benar dan salah. Sebuah poster di depan pintu ruangan semakin menegaskan bahwa air susu ibu adalah pilihan terbaik buat bayi
Iklan juga menjadi wadah saling mengingatkan agar bidan agar kembali ke jalan “yang benar.” Tidak menghakimi, tetapi membangun kesadaran bersama. Demikian prinsipnya. Di Klaten, Perda ASI memungkinkan adanya kesinambungan antarfasilitas kesehatan dalam memastikan pemberian ASI eksklusif.
Bila harus merujuk pasien, Budi tahu akan merujuk ke mana dan siapa tenaga kesehatannya. Pasien yang tak bisa ditangani di Puskesmas akan dirujuk ke Rumah Sakit Islam Klaten, salah satu rumah sakit rujukan laktasi di sana. Di rumah sakit ini, sudah menanti dokter spesialis anak Chatijah Alaydrus.
Rawat gabung
Sejak perda ASI terbit, RSI Klaten langsung berbenah. Di setiap persinggahan bayi, Chatijah memastikan tersedia konselor agar ibu bayi yang mengalami kesulitan bisa langsung ditangani.
Saat si ibu masih hamil, dokter kandungan dibantu asisten yang berstatus sebagai konselor ASI. Bila kebetulan tidak ada konselor ASI sedang bertugas, para dokter kandungan di rumah sakit itu akan meneruskan pasien ke Chatijah untuk mendapat "indoktrinasi" menyusui.
"RSI sejak awal memang tidak pernah bekerja sama dengan produsen susu, jadi tidak ada ganjalan," jelasnya.
Rumah sakit ini menggunakan pola rawat gabung dari kelas III hingga VIP. Perawatan yang menyatukan ibu satu ruangan dengan bayinya ini memicu keberhasilan menyusui. Jika bayi harus mendapat perawatan di ruang khusus, si ibu tetap bisa ikut Karena di samping ruang rawat bayi disediakan kamar untuk si ibu.
Dalam kasus bayi belum bisa menyusu langsung, perawat akan menolong ibu memberikan ASI ke bayi tanpa menggunakan dot. Salah satu keberhasilan rumah sakit ini adalah memberikan ASI kepada bayi dengan berat lahir 1,2 kilogram. "Tidak satu tetes pun dia kemasukan susu formula dan kini usianya sudah 11 tahun," kata Chatijah.
Perda ASI di Klaten lahir dari komitmen pemerintah daerah yang mendukung program ini. Komitmen ini didukung kesadaran dan kekompakan tenaga kesehatan dari berbagai organisasi profesi. "Menyangkut kode etik pemasaran susu formula, kami saling mengawasi dan saling mengingatkan jika ada yang melanggar. Kami tidak menghakimi, tetapi membangun kesadaran bersama," Ketua Iklan dokter Agus Widianto.