Kerusakan daerah hulu di kawasan konservasi berdampak pada hilangnya sebagian mata air yang menjadi sumber air minum warga. Selain itu, sungai turut mengering dan membuat sawah tak terairi.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA, INSAN ALFAJRI, ICHWAN SUSANTO, PANDU WIYOGA, JOHANES GALUH BIMANTARA, ADITYA DIVERANTA, FAJAR RAMADHAN, HARRY SUSILO
·5 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Petugas PDAM Kota Jayapura mengecek pipa di dekat salah satu titik perambahan hutan di cagar alam Pegunungan Cycloop, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Jumat (26/11/2021). Maraknya perambahan hutan mengancam sumber mata air utama di kawasan itu.
JAYAPURA, KOMPAS - Warga yang tinggal di Kota Jayapura dan sebagian Kabupaten Jayapura, Papua, di ambang krisis air bersih akibat kerusakan lingkungan di Cagar Alam Cycloop. Deforestasi di kawasan konservasi ini memicu hilangnya sebagian mata air yang menjadi sumber air bersih Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Dharma.
Dari penelusuran Kompas ke kawasan Cagar Alam Cycloop, akhir November 2021 silam, kerusakan lingkungan terlihat di sejumlah lokasi. Di Kelurahan Bhayangkara, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, misalnya, perkebunan warga sudah merangsek ke dalam kawasan Cagar Alam Cycloop. Hutan ditebang lalu berganti kebun nanas.
Padahal, di lokasi ini terdapat dua sumber air atau intake PDAM Tirta Dharma Jayapura yang debit airnya sangat tergantung dari kelestarian hutan. Menggunakan kamera drone, terlihat jelas bahwa beberapa bukit di sekitar sumber air sudah gundul.
Di Distrik Heram, Kota Jayapura pembalakan terlihat di beberapa titik sepanjang jalur pipa PDAM Tirta Dharma Jayapura. Beberapa batang pohon yang sudah ditebang tergeletak begitu saja di pinggir akses jalan menuju sumber air atau intake PDAM Kojabu.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Perambahan hutan di cagar alam Pegunungan Cycloop masih marak terjadi seperti terlihat di sekitar mata air Kampwolker, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Jumat (26/11/2021).
Direktur PDAM Tirta Dharma Jayapura Entis Sutisna mengungkapkan, Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura terancam krisis air bersih pada lima tahun mendatang akibat kerusakan lingkungan di area sumber mata air dan penyambungan saluran air secara liar. Kondisi ini ditambah pelik karena belum adanya tambahan sumber mata air baru selama 20 tahun terakhir.
Terdapat 19 intake yang dimiliki PDAM Jayapura saat ini dengan kapasitas produksi air mencapai 895 liter per detik. Kapasitas 895 liter per detik ini meliputi 795 liter per detik di Kota Jayapura yang terdiri dari 18 intake dan 100 liter per detik di Intake Pos Tujuh, Kabupaten Jayapura.
Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura terancam krisis air bersih pada lima tahun mendatang akibat kerusakan lingkungan di area sumber mata air dan penyambungan saluran air secara liar. Kondisi ini ditambah pelik karena belum adanya tambahan sumber mata air baru selama 20 tahun terakhir
Entis mengungkapkan, debit air menurun drastis hingga 50 persen dari kapasitas 895 liter per detik pada saat musim kemarau dari bulan Mei hingga Agustus. Bahkan salah satu intake di daerah Entrop, Distrik Jayapura Selatan mengalami kekeringan. Kondisi terjadi penurunan debit air mulai terjadi sejak tahun 2000.
Dari temuan PDAM Tirta Dharma Jayapura, adanya aktivitas perambahan hutan yang di catchment area atau daerah tangkapan air berupa pembukaan ladang, penebangan pohon untuk pembuatan kayu arang dan adanya masyarakat yang bermukim di sekitar area tangkapan air.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Petugas PDAM Kota Jayapura mengecek salah satu mata air di cagar alam Pegunungan Cycloop masih marak terjadi seperti terlihat di sekitar mata air Kampwolker, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Jumat (26/11/2021). Maraknya perambahan hutan mengancam sumber mata air utama di kawasan itu.
Pipa rusak
Temuan lainnya adalah perusakan pipa milik PDAM Jayapura untuk penyambungan liar di sejumlah intake dan kepemilikan sumber mata air oleh masyarakat pemilik ulayat dan pihak swasta. Kondisi ini menyebabkan jumlah air yang dialirkan kepada pelanggan PDAM semakin berkurang.
“Seluruh intake milik PDAM Jayapura sudah terbuka 100 persen untuk diakses masyarakat. Terdapat tiga intake yang mengalami kerusakan terparah karena masalah-masalah ini, yakni Bhayangkara, Entrop dan Borgonji,” ungkap Entis.
Entis menuturkan, sudah terdapat Perda Kabupaten Jayapura No.9 Tahun 2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Selain itu, Pemerintah Kota Jayapura telah membentuk tim bersama pihak kepolisian untuk mencegah perambahan hutan dan pengerusakan pipa milik PDAM Jayapura.
“Sudah ada regulasi dan upaya yang dilaksanakan kedua pemda di Jayapura. Akan tetapi, upaya ini belum optimal karena masih bersifat temporer dan parsial. Diperlukan keterlibatan masyarakat adat selaku pemilik hak ulayat untuk mencegah kerusakan lingkungan di Cycloop,” tutur Entis.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Anak-anak bermain di Sungai Dobokurung yang berhulu di cagar alam Pegunungan Cycloop melintasi kawasan Doyo Baru, Sentani, Jayapura, Minggu (28/11/2021). Pada tahun 2019, terjadi banjir bandang di sungai Dobokurung yang menyebabkan 105 orang tewas dan kerugian mencapai Rp 506 miliar.
Entis berharap adanya sinergi dari berbagai pihak untuk mencegah ancaman krisis air di Jayapura. Idealnya adanya perlindungan di kawasan tangkapan air yang menjadi sumber bagi intake milik PDAM Jayapura. Selain itu masyarakat yang bermukim di sekitar area tangkapan air harus segera direlokasi.
Ia menambahkan, PDAM Jayapura juga berencana mengelola air dari Danau Sentani yang memiliki kapasitas 300 liter per detik pada tahun 2024. Namun, diperlukan bantuan dari pemerintah pusat untuk penyediaan lahan serta sarana infrastruktur untuk pengolahan air baku menjadi air yang layak untuk dikonsumsi warga Jayapura.
Susah air
Di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, kerusakan hutan di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) turut memicu kekeringan saat musim kemarau. Sejumlah sungai yang mengering membuat sawah masyarakat tak terairi sehingga berdampak pada anjloknya hasil panen padi.
Kondisi ini dialami Aswir (42), petani di Nagari Tanjung Pondok, Pesisir Selatan. Tahun lalu, hasil panen sawah seluas 4000 meter persegi miliknya anjlok dari seharusnya 600 liter gabah menjadi hanya 400 liter.
"Sekarang air susah gara-gara hutan di gunung, TNKS sana, habis ditumbang. Banyak (petani) yang beralih tanam jagung, karena air makin susah," kata Aswir yang ditemui di sawahnya.
RIAN SEPTIANDI
Area Pesawahan di Tapan mengalami kekeringan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Kamis (12/5/2022). Kekeringan terjadi karena di hulu sungai rusak oleh pembalakan dan pembukaan lahan.
Panen berkurang
Pemilik sawah di Nagari Kampung Tengah, Amirdurin (65) mengatakan, kekeringan membuat hasil panen padi anjlok drastis. Tahun lalu, sawah seluas 1 hektar milik dia hanya menghasilkan 700 liter gabah, dari normalnya 1.500 liter.
"Dulu dalam satu tahun normalnya bisa dua kali panen, tetapi sejak 2020 dapat satu kali panen pun susah," ucapnya.
RIAN SEPTIANDI
Area Pesawahan di Tapan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Kamis (12/5/2022).
Wakil Ketua Kerapatan Adat Nagari Tapan, Amirudin Syam mengatakan, maraknya pembalakan liar dan perambahan hutan di dalam kawasan TNKS juga membuat debit air sungai-sungai di daerah Tapan berkurang. Dampaknya, para petani mengeluhkan hasil panen padi yang terus menurun.
"Sekarang, lahan padi semakin berkurang. Penyebabnya kalau musim penghujan sawah kena hantam banjir dan gagal panen. Kalau kemarau sawah kekeringan dan hasil panen berkurang. Bagaimana kami mau (bercocok) tanam," ujar Amirudin.