Isu Ukraina hingga Perdagangan Warnai Kunjungan Macron ke Jerman
Di abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Jerman-Perancis saling menyerbu dan menduduki. Kini mereka kerap berbeda pendapat.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
AFP/POOL/LUDOVIC MARIN
Presiden Perancis Emmanuel Macron (kiri) dan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Istana Elysee, Paris, Minggu (22/1/2023).
BERLIN, MINGGU — Presiden PerancisEmmanuel Macron memulai kunjungan kenegaraan ke Jerman pada Minggu (26/5/2024). Inilah kedua kali di abad ke-21, Kepala Negara Perancis datang untuk lawatan bilateral. Berbagai lawatan sebelumnya untuk perkara multilteral.
Agenda pertama Macron di Jerman adalah menemui Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier di istana kepresidenan Schloss Bellevue. Selanjutnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz akan mendampingi Macron berkeliling Dresden, Muenster, dan Meseberg.
Macron menjadi Presiden Perancis kedua yang datang ke Jerman pada abad ke-21 untuk urusan bilateral. Kunjungan sejenis terakhir kali dilakukan Jacques Chirac pada Juni 2000. Lalu pada Juli 2000 sampai Mei 2024, aneka lawatan Presiden Perancis ke Jerman hanya terkait urusan multilateral.
Scholz mengatakan, isu pertahanan akan dibahas juga dalam pertemuannya dengan Macron. Ia mengusulkan agar Uni Eropa meningkatkan kemampuan pertahanan. Ia juga mengusulkan Eropa lebih berkontribusi di dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
AP/NATACHA PISARENKO
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kedua dari kiri) menerima Presiden Perancis Emmanuel Macron (kedua dari kanan) dan Kanselir Jerman Olaf Scholz (kanan) di Kyiv, Ukraina, pada Juni 2022.
Adapun Macron meminta agar persenjataan nuklir Perancis dimasukkan dalam debat pertahanan Eropa. ”Nuklir memang bisa menjadi penggentar. Akan tetapi, lebih baik kita menguatkan pertahanan tradisional dan non-tradisional dulu,” kata Scholz.
Peneliti di Komite Hubungan Perancis-Jerman (Cerfa) Jeanette Suess mengatakan, Perancis-Jerman selalu berbeda pendapat soal nuklir. Sebab, Jerman mau lepas dari nuklir.
Sebaliknya, Perancis tidak hanya memiliki bom nuklir. Perancis juga mendapatkan hingga 70 persen listriknya dari nuklir. ”Nuklir ini bisa dibilang seperti hubungan Paris-Berlin. Ada ganjalan besar, tetapi kedua pihak selalu berusaha berkompromi,” tuturnya kepada Euronews.
Selalu berbeda
Pertemuan pemimpin kedua negara terkaya UE itu bisa menentukan arah Eropa selanjutnya. Jerman dan Perancis berkontribusi pada 48 persen produk domestik bruto UE dan didiami 32 persen penduduk UE. ”Hubungan Perancis Jerman selalu soal ketidaksetujuan dan mencoba mencari jalan tengah,” sejarawan khusus Jerman pada Sorbonne University, Helene Miard-Delacroix.
AFP/POOL/LUDOVIC MARIN
Presiden Perancis Emmanuel Macron (kanan) menerima Kanselir Jerman Olaf Scholz di Istana Elysee, Paris, pada Januari 2023.
Sejak dulu, hubungan Perancis dan Jerman naik turun. Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, mereka saling menyerbu dan menduduki. Pada abad 21, mereka berbeda dalam beragam isu. Perang Ukraina, nuklir, pertahanan Eropa, hingga perjanjian dagang UE dengan kawasan lain hanya sebagian dari perbedaan mereka.
Suess dari Cerfa mengatakan, pertemuan Macron dengan Steinmeier-Scholz penting untuk mendapatkan titik temu Jerman-Perancis. Isu-isu masa depan, seperti teknologi, inovasi, dan kecerdasan buatan, bisa menjadi pokok pembahasan. Demokrasi dan kaum muda juga bisa menjadi pokok bahasan.
Lawatan Macron, menurut Suess, wujud upaya merevitalisasi hubungan Berlin-Paris. Hubungan itu tidak selalu baik-baik saja. Perbedaan Berlin-Paris, antara lain, soal Ukraina. Bersama Amerika Serikat, Jerman merupakan kontributor terbesar persenjataan ke Ukraina. Di sisi lain, Jerman juga terus menyatakan tidak mau terlibat langsung dalam perang itu.
Scholz terus menolak mengirimkan rudal Taurus. Sebab, ia khawatir Ukraina memakai rudal itu untuk menyerang jauh ke wilayah Rusia. Ia juga menolak pengiriman tentara ke Ukraina. Di sisi lain, Jerman terus mengirim aneka persenjataan lain. Salah satunya tank Leopard.
Sebaliknya, Macron terus menyatakan tidak keberatan mengirim tentara ke Ukraina. Paris juga tidak terlalu ragu mengirim aneka persenjataan ke Kyiv. ”Sampai sekarang, (Paris) menolak mengungkap apa yang sebenarnya dikirim,” kata Guru Besar Sciences Po Paris, Carolyn Moser.
Perang Ukraina menempatkan Jerman dalam kesulitan. Pasokan gas murah dari Rusia menjadi penyebab Jerman berani meninggalkan nuklir. Perang membuat pasokan gas Rusia berhenti dan Jerman harus membeli dari sumber lain dengan harga lebih mahal. Akibatnya, harga aneka hal di Jerman naik gara-gara lonjakan harga energi.
Perjanjian dagang
Jerman-Perancis juga berbeda pendapat soal perjanjian dagang. Dengan 87 persen PDB terkait ekspor, Berlin amat berkepentingan pada perjanjian dagang UE dengan berbagai kawasan atau negara lain.
AFP/CHRISTOPHE ARCHAMBAULT
Unjuk rasa petani Perancis di Agen pada Januari 2024.
Sementara kontribusi ekspor pada PDB Perancis hanya 60 persen. Karena itu, Paris bisa lebih kaku soal klausul-klausul dalam perjanjian dagang. ”Paris yakin standar perlindungan lingkungan hidup (dalam perjanjian dagang yang sedang dirundingkan) tidak cukup,” kata Direktur Riset pada Institute for International and Strategic Relations (IRIS) Jacques-Pierre Gougeon.
Apalagi, Perancis beberapa bulan ini diguncang unjuk rasa petani dan peternak. Mereka memprotes banjir pangan murah dari luar UE. Macron berjanji akan lebih melindungi petani.
Unjuk rasa petani Perancis dan kenaikan aneka harga di Jerman hanya sebagian dari masalah ekonomi di UE. Isu ekonomi menjadi salah satu penyebab dukungan pada kelompok ekstrem kanan terus naik di Perancis dan Jerman.
Kunjungan Macron ke Jerman ini juga untuk membahas mengenai risiko apabila kelompok ekstrem kanan menguat. Gejala ini terasa di Eropa. Polandia dan Hongaria adalah dua negara yang pemerintahannya dikuasai oleh kelompok ekstrem kanan yang populis. Baik Macron maupun Scholz semakin berkurang kepopulerannya. (AFP/REUTERS)