Seagull, Mobil Listrik China yang Ditakuti Amerika
Aliansi Perusahaan Manufaktur AS mengingatkan, masuknya mobil China bisa menjadi membawa kepunahan pada otomotif AS.
Seagull menjadi produk mobil listrik berbasis baterai (BEV) buatan perusahaan China, BYD, yang membuat penasaran banyak orang. Harga Seagull dibanderol hanya sekitar 12.000 dollar AS di China atau Rp 193,2 juta untuk mobil dengan kapasitas baterai 38,8 kilowatt-hour (KWH). Mobil dengan baterai itu diklaim bisa menempuh jarak hingga 405 kilometer.
Sementara harga Seagull dengan baterai berkapasitas sekitar 30,08 KWH jauh lebih murah, yaitu 9.700 dollar AS atau sekitar Rp 156,2 juta. Bila baterai terisi penuh, mobil ini diklaim bisa menempuh jarak sekitar 305 kilometer.
Dengan harga di bawah 15.000 dollar AS per unit, Seagull menjadi ancaman bagi perusahaan otomotif AS. Apalagi, apabila kendaraan itu mendapatkan subsidi dari Pemerintah China, ini akan menjadi bencana bagi pabrikan otomotif AS.
Baca juga: BYD Merebut Mahkota Tesla
”Perusahaan otomotif mana pun, yang tidak memperhatikan mereka sebagai pesaing, akan kalah ketika mereka memasuki pasarnya,” kata Sam Fiorani, Wakil Presiden AutoForecast Solutions Philadelphia, AS.
Dia meramalkan produk-produk BYD akan masuk pasar AS. ”Masuknya BYD ke pasar AS bukanlah suatu hal yang mustahil. Tinggal menunggu waktu saja,” ujar Fiorani.
Munculnya pabrikan otomotif baru yang memproduksi kendaraan listrik saat ini mirip dengan peristiwa serupa pada tahun 1970-an ketika perusahaan otomotif Jepang masuk ke pasar global di tengah krisis minyak dunia. Jika pabrikan mobil AS dan Eropa mengandalkan kapasitas mesin yang besar dan boros bahan bakar, Jepang menantang dominasi itu dengan memproduksi kendaraan irit bahan bakar.
Situasi sekarang ini membuat para pengambil kebijakan di AS melihat produk otomotif asal China sebagai pengancam serius pabrikan lokal, seperti General Motors dan Ford. Aliansi Perusahaan Manufaktur AS sudah mengeluarkan peringatan alarm bahaya jika produk otomotif China itu berhasil menembus pasar AS.
”Masuknya kendaraan China bisa menjadi membawa kepunahan pada otomotif AS,” tulis organisasi tersebut dalam sebuah laporan.
Baca juga: China Gugat AS ke WTO gara-gara Mobil Listrik
Elon Musk, bos Tesla, perusahaan kendaraan listrik asal AS, malah mengatakan hal yang lebih seram. ”Mereka akan menghancurkan sebagian besar perusahaan mobil lain di dunia,” kata Musk.
Banyak perusahaan otomotif selain China yang menawarkan kendaraan listrik mereka dengan harga beberapa kali lipat di atas mobil China, rata-rata di atas 20.000 dollar AS atau bahkan lebih tinggi. Sebaliknya, perusahaan China, termasuk BYD, menawarkan produknya jauh di bawah harga pabrikan Eropa dan Amerika. Pilihan mobilnya pun beragam.
Mobil China diselisik
Penasaran dengan kemampuan BYD memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai yang terjangkau, Caresoft Global, sebuah perusahaan konsultan otomotif di Detroit, membeli satu unit Seagull di China dan mengirimnya ke kantor mereka di Detroit. Di dalam sebuah garasi besar, mereka membongkar, mempreteli satu per satu komponen penyusun Seagull.
Seusai pembongkaran, Terry Woychowski, mantan chief engineer truk pikap GM yang kini memimpin perusahaan tersebut, mengatakan, ”Segala sesuatunya harus diubah secara radikal agar dapat bersaing.”
Dia menyebut Seagull adalah alarm bagi industri otomotif AS yang diakuinya tertinggal jauh di belakang China dalam hal rancang bangun mobil listrik berbiaya rendah.
Setelah dibongkar, diketahui bahwa banyak ”penghematan” dilakukan oleh BYD untuk membuat Seagull menjadi kendaraan yang ramah di kantong konsumen. Tim Caresoft menemukan, misalnya, untuk mengurangi berat, Seagull menghilangkan satu motor dan satu lengan serta hanya menggunakan satu wiper. Hal ini tentu saja berdampak pada biaya dan tenaga kerja yang memasangnya.
Baca juga: Mobil Listrik, Kuda Troya China di Era Multipolar
Selain itu, BYD juga memanfaatkan keahliannya yang menjadi spesialisasinya sejak awal saat perusahaan didirikan, yaitu proses produksi baterai. Bahan baku yang digunakan adalah litium fosfat. Ini bahan yang sama digunakan untuk pembuatan baterai produk elektronik lain, seperti telepon genggam. Meski demikian, dengan baterai itu mobil bisa menempuh jarak sekitar 405 kilometer.
Tak hanya itu, efisiensi terjadi karena BYD memproduksi sendiri suku cadang kendaraannya, mulai dari motor listrik, dasbor, hingga bodi. Hal ini bisa terjadi karena skala produksi mereka besar, yakni 3 juta unit kendaraan, angka produksi BYD tahun lalu.
Walau ada ”efisiensi” dalam beberapa hal, Seagull dinilai masih memiliki beberapa hal yang berkualitas. Pintu tertutup rapat, jok dari bahan kulit sintetis dengan kualitas jahitan yang apik hingga beberapa fitur yang biasanya ditemukan di kendaraan mahal. Seagull hijau cerah juga dilengkapi enam kantong udara dan kontrol stabilitas elektronik, dua fitur keselamatan pada mobil-mobil masa kini.
Baca juga: Huawei Pura 70 Ultra, Simbol Perlawanan China terhadap Pembatasan Teknologi AS
Saat dicoba di jalan raya, akselerasinya atau pertambahan kecepatannya memang tidak seperti kendaraan-kendaraan listrik lainnya. Meski demikian, tidak ada masalah yang berarti ketika kendaraan tersebut dibawa melaju di jalan bebas hambatan.
Ancaman serius
Woychowski mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi tantangan serius pabrikan otomotif AS, mulai dari pengembangan teknologi baterai yang lebih murah, biaya tenaga kerja, hingga biaya rancang bangun yang lebih terjangkau.
”Jadi, Detroit perlu segera mempelajari kembali banyak desain dan teknik untuk memperbaiki praktik yang telah dilakukan selama satu abad dalam pembuatan kendaraan,” kata Woychowski.
Menurut Woychowski, meski bisa dikendarai, Seagull masih punya banyak celah, khususnya soal keamanan berkendara. BYD, kata dia, harus mengubah Seagull jika ingin agar produk tersebut masuk ke pasar AS, khususnya soal standar keselamatan. Perlu dana sekitar 2.000 dollar AS agar produk itu bisa memenuhi standar keamanan versi AS.
Ancaman yang besar dari produk BYD ini membuat sejumlah anggota Kongres mendesak Presiden Joe Biden melarang masuknya berbagai kendaraan listrik asal China. Akan tetapi, produk-produk ini masih memiliki celah untuk masuk ke AS melalui jalan melingkar. Salah satunya melalui Meksiko.
Ancaman yang ditebarkan Seagull dan BYD diperhatikan dengan saksama oleh orang nomor satu di Ford Motor Company, Jim Farley. Perkembangan otomotif China, khususnya BYD, menjadi perhatian serius Farley.
Ia menyebut, sebuah tim kecil yang dijuluki ”skunkworks” mendapat tugas khusus untuk merancang kendaraan listrik kecil baru yang terjangkau tanpa menghilangkan kualitas.
Farley menyebut, dua tahun lalu, produsen otomotif China kesulitan menembus pasar Eropa. Kini, menurut Farley, mereka menguasai 10 persen pasar kendaraan listrik. Besar kemungkinan, pasar AS akan jadi target berikut untuk dijajal.
Farley mengungkapkan, Ford sedang bersiap untuk menghadapi kemungkinan serbuan mobil China di AS. ”Jangan anggap remeh apa pun,” kata Farley. (AP)