Pesan kepada Fed, Jangan Berharap Inflasi Turun Mulus dan Cepat
Tekanan inflasi di AS relatif kuat, memunculkan istilah ”stubborn inflation”. Jangan harap suku bunga inti turun cepat.
Oleh
SIMON SARAGIH
·4 menit baca
Jangan berharap inflasi bisa turun dengan mulus dan cepat. Jangan berharap kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral serta-merta akan membuat jutaan pihak meredam konsumsi. Bank sentral dan pemerintah sendiri perlu bertanya pada dirinya, apakah kebijakannya sudah cukup kuat untuk mendorong penurunan inflasi sesuai target.
Demikian dikatakan mantan Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis Gary Stern dalam wawancara dengan Yahoo! Finance, 1 Mei 2024. Stern berkata demikian saat mengomentari pernyataan Gubernur Bank Sentral AS (Federal Reserve/Fed) Jerome Powell bahwa Fed memutuskan untuk tidak menurunkan suku bunga inti segera.
Powell menyatakan, suku bunga inti tidak akan dinaikkan, tetapi penurunan juga tidak akan dilakukan segera. Powell dan Komite Kebijakan Pasar Terbuka (FOMC) Fed belum melihat kepastian bahwa inflasi segera menuju target 2 persen. Dengan demikian, suku bunga inti di AS tetap bertahan pada level 5,25-5,5 persen untuk jangka waktu yang lebih lama.
Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS, inflasi pada Maret 2024 sebesar 3,5 persen, naik dari Februari 2024 sebesar 3,2 persen. Sejak April 2021 dengan angka inflasi 4,2 persen, angka inflasi bulanan—jika dibandingkan dengan 12 bulan sebelumnya—tidak pernah di bawah 3 persen. Inflasi bulanan terendah di AS sejak April 2021 terjadi pada Juni 2023, yakni sebesar 3 persen, dan selebihnya selalu berada di atas 3 persen.
Dalam dua tahun terakhir, tekanan inflasi di AS masih relatif kuat dan memunculkan istilah stubborn inflation. Sehubungan dengan itu, Stern mengatakan, adalah ilusi atau membohongi diri jika berharap suku bunga bisa turun secepatnya.
Tidak yakin
Pada 5 Maret 2024, mantan Presiden Federal Reserve Kansas City Thomas Hoening juga mengatakan bahwa tidak yakin suku bunga bisa diturunkan pada Juni 2024. Alasannya, inflasi masih cukup kuat dan pertumbuhan ekonomi AS menguat.
Ekonomi AS tumbuh 1,6 persen pada kuartal pertama 2024 dan tumbuh 3,4 persen pada kuartal keempat 2023. Ekonomi AS terus tumbuh secara kuartal sejak 2022 sebesar 3,2 persen. Inflasi rendah sulit diharapkan di tengah pertumbuhan ekonomi yang menguat.
Hanya, Hoening melihat, pertumbuhan ini bukan disebabkan produktivitas, melainkan didorong subsidi yang dikucurkan selama pemerintahan Presiden Joe Biden. Hal lain adalah karena penerbitan surat utang negara yang terus berlanjut, yang pada akhirnya turut memberi tekanan pada inflasi. Jadi, menurut Hoenig, inflasi bukan hanya efek stimulus besar-besaran di AS, yakni sekitar 4,5 triliun dollar AS, saat pandemi Covid-19, melainkan stimulus setelah pandemi berakhir.
Pengalaman Hoenig selama menjabat sebagai Presiden Fed Kansas City (1991-2011) juga tidak melihat keseriusan Fed mengetatkan sektor moneter, bahkan terus mengguyur perekonomian dengan uang mudah. Ia menentang uang mudah yang tetap dilakukan saat perekonomian membaik.
Akan tetapi, hanya Hoenig sendirian yang menentang kebijakan Fed tersebut. Ia tidak melihat pengetatan secara berarti hingga sekarang ini.
Inersia
Senada dengan itu, Stern juga melihat inersia dalam penurunan inflasi di AS alias terjadi kelambanan penurunan inflasi. Maka, Stern mengatakan, tidak heran jika Powell menyatakan suku bunga tidak akan diturunkan segera.
Stern menambahkan, Fed dan semua bank sentral di dunia memilih target inflasi yang jelas, yakni 2 persen dalam kasus AS. Akan tetapi, harus diingat, inflasi itu tidak hanya ditentukan oleh kebijakan bank sentral. Ada banyak keputusan dalam perekonomian AS yang besar dan kompleks yang belum tentu searah dengan keinginan Fed.
Selain itu, ada persoalan lain dalam pasokan dan jaringan produksi yang turut memengaruhi inflasi. Ada perang dagang AS-China. Tidak heran jika Stern mengatakan agar Fed tidak perlu berharap inflasi bisa turun dengan cepat. Fed sendiri juga perlu melakukan introspeksi, apakah sudah cukup bertindak guna mengetatkan sektor moneter. Fed sebaiknya tidak berharap inflasi turun dengan sendirinya tanpa mengamati kebijakan yang dibuatnya.
Akan tetapi, Stern mengatakan juga, sejauh ini sudah ada langkah maju dalam penurunan inflasi. Fed tinggal bertahan dengan target inflasi agar bisa menuju 2 persen.
Di sisi lain, Fed memang tidak bisa tegas untuk mengetatkan sektor moneter karena khawatir perekonomian terjerembap resesi. Menurut Bloomberg, 2 Mei 2024, Fed malah akan menurunkan jumlah aset milik pemerintah yang dipegang, dari target penurunan 60 miliar dollar AS setiap bulan menjadi hanya 25 miliar dollar AS mulai Juni, khususnya untuk kepemilikan obligasi Pemerintah AS. Untuk aset swasta yang dimiliki Fed, seperti mortgage backed-securities (MBS), besaran penurunannya tetap 35 miliar dollar AS setiap bulan.
Akan tetapi, penurunan kepemilikan aset oleh Fed ini lebih banyak pada tahap wacana, tidak ada penurunan signifikan sejak era Covid-19. Jumlah aset, baik obligasi pemerintah maupun swasta, yang dimiliki Fed sekarang sebesar 7,5 triliun dollar AS.
Kepemilikan aset oleh Fed sebelum 2020 lebih kurang 4 triliun dollar AS. Kepemilikan aset oleh Fed juga serupa dengan pelonggaran moneter karena dengan membeli aset milik pemerintah dan swasta, Fed dengan sendirinya mengguyur uang ke pasar. (REUTERS/AP/AFP)