Aparat Kian Brutal Hadapi Gelombang Demo Pro-Palestina di Kampus-kampus di AS
Protes pro-Palestina di kalangan mahasiswa AS meluas. Mereka tak mau bubar. Apalagi setelah aparat brutal pada mereka.
AUSTIN, JUMAT — Unjuk rasa pro-Palestina di kalangan mahasiswa Amerika Serikat terus menyebar ke berbagai perguruan tinggi di seluruh wilayah di negara itu. Ratusan mahasiswa ditahan, Kamis (25/4/2024). Untuk membubarkan aksi mahasiswa tersebut, sejumlah perguruan tinggi memanggil aparat kepolisian.
Bentrokan parah pun tidak terelakkan. Di beberapa universitas, aparat kepolisian menggunakan gas air mata dan pistol kejut listrik untuk membubarkan unjuk rasa. Sejumlah mahasiswa yang ditangkap, tangan mereka diikat di belakang badan dengan tali. Tidak sedikit dari mereka diringkus setelah terbanting di tanah.
”Mereka menyebut kami teroris, mereka menuding kami bertindak brutal. Tetapi, merekalah yang memanggil polisi ketika para mahasiswa duduk membentuk lingkaran,” ujar mahasiswa di Columbia University, New York City, yang mengaku bernama Mimi kepada kantor berita AFP.
”Polisilah yang membawa senjata, polisi juga yang membawa pistol kejut listrik. Kami hanya ingin suara kami didengar,” lanjut Mimi.
Baca juga: Aksi Pro-Palestina di Kampus Elite AS
Ia mengaku sudah tujuh hari mengikuti unjuk rasa dan tinggal di kemah-kemah yang didirikan mahasiswa di halaman kampus Columbia University. Kampus ini menjadi motor gerakan unjuk rasa pro-Palestina.
Unjuk rasa kemudian meluas ke kampus-kampus di AS, termasuk sejumlah kampus elite dan bergengsi, seperti New York University, University of California, Harvard University, Yale University, Pennsylvania University, Massachussetts Institute of Technology (MIT) hingga George Washington University.
Para mahasiswa dan pengunjuk rasa di kampus-kampus tersebut ingin mengekspresikan solidaritas terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang digempur Israel, menyusul serangan kelompok Hamas ke Israel, 7 Oktober 2023. Hingga kini, lebih dari 34.000 warga Palestina di Gaza tewas akibat gempuran tersebut. Di pihak Israel, sekitar 1.200 orang tewas, sekitar 250 orang disandera di Gaza.
Para mahasiswa dan pengunjuk rasa menuntut kampus-kampus mereka memutus hubungan keuangan dengan Israel dan mendivestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki kaitan dengan militer Israel. Mahasiswa juga menuntut universitas-universitas menghentikan dana riset dari Israel untuk proyek-proyek yang menopang militer Israel dan agar mereka lebih transparan soal dana-dana dari Israel.
Baca juga: Aparat Keamanan Represif terhadap Mahasiswa AS Pro-Palestina
Namun, para pengelola perguruan tinggi khawatir aksi protes yang sudah berlangsung selama berhari-hari itu mengganggu proses perkuliahan dan aktivitas akademik, termasuk rencana wisuda bulan depan. Mereka juga mendapat laporan dari kalangan mahasiswa Yahudi bahwa aksi protes tersebut sudah berubah menjadi antisemitisme dan membuat mereka takut datang ke kampus menjelang kelulusan.
Unjuk rasa-unjuk rasa di berbagai kampus tersebut juga diikuti sebagian mahasiswa Yahudi. Mereka menolak dituding bertindak antisemitisme dan mengkritik pejabat yang mencampuradukkan tudingan antisemitisme dengan sikap penolakan terhadap Israel.
Unjuk rasa di berbagai kampus tersebut juga diikuti sebagian mahasiswa Yahudi. Mereka menolak dituding antisemitisme dan mengkritik pejabat yang mencampuradukkan tudingan antisemitisme dengan sikap penolakan terhadap Israel.
”Orang-orang di sini yang mendukung rakyat Palestina datang dari berbagai latar belakang... (disatukan oleh) rasa mencari keadilan,” kata mahasiswa pascasarjana berusia 33 tahun di University of Texas, Austin, yang mengaku bernama Josh dan berlatar belakang Yahudi kepada AFP.
Organisasi pegiat hak asasi manusia Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Warga Kulit Berwarna (National Association for the Advancement of Colored People/NAACP) mempertanyakan penggunaan kekerasan secara berlebihan terhadap warga yang melaksanakan hak kebebasan berbicara. ”Penggunaan kekerasan seharusnya hanya dipertimbangkan sebagai langkah terakhir dan harus digunakan secara proporsional terhadap ancaman yang muncul,” kata Gerald Griggs, Ketua NAACP Georgia, melalui surat.
Aparat represif
Untuk membubarkan mahasiswa, sejumlah perguruan tinggi memanggil aparat kepolisian. Di Emerson College, sebanyak 108 orang ditahan oleh aparat kepolisian yang membubarkan para pengunjuk rasa dan tenda-tenda mereka di halaman kampus.
Empat polisi dilaporkan terluka. Polisi mengklaim tidak ada mahasiswa yang cedera. Dari rekaman video berbagai media di AS, termasuk CNN, aparat kepolisian tampak menangkapi mahasiswa dengan cara represif.
”Mereka tidak perlu memakai perlengkapan antihuru-hara seperti itu. Mereka juga tidak perlu membanting orang ke tanah dengan kasar. Polisi seharusnya bisa menangkap orang tanpa menyerang mereka,” kata salah satu mahasiswa Emerson College di pengadilan.
Sebanyak 108 mahasiswa Emerson College dibawa ke Pengadilan Kota Boston. Mereka belum didakwa, tetapi akan disidang, pekan depan. Marat Erkan dari National Lawyers Guild mengingatkan, para mahasiswa itu melakukan protes damai dan tidak sepantasnya mendapatkan perlakuan agresif dari aparat kepolisian.
Aksi protes di Emerson College hanyalah satu dari aksi-aksi protes yang terjadi di kampus-kampus di seluruh AS. Mereka terinspirasi oleh unjuk rasa pro-Palestina di Columbia University, New York. Pada 17 April lalu. lebih dari 100 orang ditangkap di kampus itu.
Marat Erkan dari National Lawyers Guild mengingatkan, para mahasiswa itu melakukan protes damai dan tidak sepantasnya mendapatkan perlakuan agresif dari aparat kepolisian.
Di Universitas Emory di Atlanta, sejumlah polisi membawa senjata semi-otomatis. Dari rekaman video terlihat polisi menggunakan senjata bius pada salah satu pengunjuk rasa yang mereka tekan ke tanah. Sementara di Universitas Texas, ratusan polisi lokal dan negara bagian menangkap 34 orang atas perintah kampus dan Gubernur Texas Gregg Abbott.
Baca juga: Mengenal Kelompok-kelompok Yahudi Anti-Zionis Israel yang Pro-Palestina
Polisi akhirnya pergi setelah berjam-jam berupaya mengendalikan massa. ”Reaksi polisi berlebihan. Karena banyak mahasiswa yang ditangkap, pasti akan ada lebih banyak unjuk rasa,” kata Dane Urquhart. mahasiswa Universitas Texas.
Kemah-kemah aksi pro-Palestina menjamur di kampus-kampus terkenal, seperti Massachusetts Institute of Technology, Tufts University, dan Harvard University. Kemah-kemah mereka masih berdiri sampai Kamis pagi waktu setempat. Columbia University masih terus berunding dengan mahasiswa untuk membongkar tenda-tenda, tetapi belum berhasil.
Wisuda dibatalkan
Pihak University of Southern California membatalkan rencana upaya wisuda yang dijadwalkan pada 10 Mei mendatang karena alasan keamanan. Sementara California State Polytechnic University menutup kampus dan membuka kelas virtual.
Baca juga: Warga AS Turun ke Jalan, Tuntut Stop Pendanaan untuk Israel
Pihak pengelola Universitas Harvard di Massachussetts berupaya membatasi akses ke Harvard Yard dan mewajibkan harus ada izin untuk mendirikan tenda dan meja. Namun, ini tidak menghentikan para pengunjuk rasa untuk mendirikan 14 tenda menyusul unjuk rasa menentang penangguhan Komite Solidaritas Palestina Sarjana Harvard, Rabu.
”Saya harap Harvard mendengarkan aspirasi mahasiswa,” kata Tala Alfoqaha, mahasiswa Harvard yang juga warga Palestina.
Menteri Pendidikan AS Miguel Cardona memperingatkan pihak berwenang tidak akan menoleransi kebencian, diskriminasi, atau ancaman kekerasan. Kemampuan untuk menerima aspirasi dan perspektif mahasiswa yang berbeda menjadi ciri khas AS.
Sejak perang Israel-Hamas, Departemen Pendidikan AS sudah menyelidiki hak-hak sipil di puluhan perguruan tinggi dan sekolah sebagai respon atas keluhan antisemitisme atau Islamofobia. Harvard dan Columbia termasuk kampus yang diselidiki.
Di Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Rabu, mengecam aksi protes pro-Palestina di kampus-kampus AS. Dia memandang mahasiswa AS sebagai antisemit dan menuntut unjuk rasa-unjuk rasa itu segera dihentikan.
Baca juga: Konflik Palestina-Israel Jadi Ancaman Biden di Pemilu 2024 (II)
”Apa yang terjadi di kampus-kampus AS itu mengerikan. Massa antisemitisme telah mengambil alih universitas-universitas terkemuka. Mereka menyerukan pemusnahan Israel. Mereka menyerang mahasiswa Yahudi dan kampus Yahudi. Ini tidak masuk akal dan harus dihentikan,” kata Netanyahu. (REUTERS/AFP/AP)