Ditemukan Kuburan Massal 180 Jenazah di Rumah Sakit yang Ditinggalkan Tentara Israel
Di kantong jenazah ditemukan tulisan huruf Ibrani. Sebagian jenazah ditemukan dengan tangan terikat di belakang badan.
GAZA, SENIN — Sebanyak 180 jenazah ditemukan dikubur secara massal di halaman Rumah Sakit Nasser, yang ditinggalkan tentara Israel, setelah serangan ke Khan Younis, Gaza selatan. Badan Pertahanan Sipil Palestina di Jalur Gaza, sepanjang Sabtu-Minggu (20-21/4/2024), menemukan kuburan massal itu di halaman rumah sakit tersebut. Jenazah yang ditemukan kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak.
Kompleks rumah sakit tersebut ditinggalkan tentara Israel yang mulai ditarik mundur pada 7 April 2024. Sebagian besar kota Khan Younis kini tinggal puing-puing setelah dibombardir Israel selama enam bulan lebih.
Hingga kini sudah lebih dari 34.000 warga Palestina di Gaza tewas. Diyakini masih banyak jenazah yang belum ditemukan karena tertimbun puing bangunan yang hancur luluh lantak dibom militer Israel.
”Di halaman Rumah Sakit Nasser ditemukan 180 jenazah di kuburan massal yang dibuat tentara Israel. Jenazah yang ditemukan meliputi perempuan lansia dan anak-anak, serta pria muda. Kantong tempat jenazah ditemukan ada huruf Ibrani dan sebagian jenazah ditemukan dengan tangan terikat di belakang,” kata reporter Al Jazeera Hani Mahmoud.
Baca juga: Iran-Israel Mereda, Gaza Tetap Membara
Menurut Mahmoud, banyak keluarga mencari kerabatnya yang hilang sejak 20 hari terakhir di sekitar lokasi penemuan kuburan massal. Umm Mohammed al-Harazeen, warga setempat misalnya, datang ke area RS Nasser untuk mendapatkan kabar tentang suaminya yang hilang sejak pasukan Israel memasuki Khan Younis. ”Kami sudah berupaya mencarinya, tetapi belum mendapat kabarnya,” ujar perempuan tersebut.
”Kami menanti semua jenazah digali dari kuburnya untuk memperoleh keterangan jumlah para syahid,” kata Mahmud Bassal, juru bicara Badan Pertahanan Sipil Palestina di Jalur Gaza, kepada kantor berita AFP. ”Pada sebagian jenazah ditemukan mereka tidak berpakaian, yang secara jelas mengindikasikan (para korban itu) mengalami penyiksaan dan tindakan kejam,” lanjut Bassal.
Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan, tim penyelamat Palestina terus mencari sisa jenazah para syuhada dalam beberapa hari terakhir. Dipercaya masih banyak jenazah belum ditemukan.
Pada awal pekan lalu, kuburan massal juga ditemukan di halaman RS Al-Shifa yang dikepung selama dua pekan oleh serdadu Israel. RS Al-Shifa adalah rumah sakit terbesar di Jalur Gaza.
Baca juga: Tragedi Bucha Terulang di Gaza, Puluhan Orang Tewas dengan Tangan Terikat
Belum ada tanggapan dari militer Israel terhadap temuan kuburan-kuburan massal tersebut. Militer Israel hanya menyatakan akan mengecek informasi tersebut.
Pada Perang Bosnia tahun 1995, temuan kuburan massal di Srebrenica berujung pada proses pengadilan dalam kasus kejahatan perang yang dilakukan Serbia terhadap warga Muslim Bosnia di Pengadilan Internasional di Den Haag, Belanda, tahun 2006.
Baca juga: Genosida Srebrenica, Warisan Pembantaian Manusia Setelah Holocaust
Israel terus menyerang
Dalam perkembangan terakhir, militer Israel kembali menggempur sekitar kota Rafah, Minggu (21/4/2024). Sedikitnya 22 orang tewas, 18 korban di antaranya adalah anak-anak.
Menurut keterangan RS Kuwait di dekat Kota Rafah, serangan pertama Israel pada Minggu pagi menewaskan seorang pria, istrinya, dan anak yang berusia tiga tahun. Sang istri dalam keadaan hamil, bayi yang dikandung berhasil diselamatkan oleh tim medis RS Kuwait.
Militer Israel hampir sepanjang hari menghantam kota Rafah. Kota di perbatasan Gaza-Mesir ini menjadi tempat pengungsian lebih dari 2,3 juta penduduk Gaza yang sudah tidak lagi memiliki tempat tinggal.
Serangan kedua dilakukan Israel, menewaskan 17 anak-anak dan dua perempuan dari keluarga yang sama.
Adapun serangan udara Israel pada Sabtu malam menewaskan sembilan orang, termasuk enam anak-anak. ”Satu keluarga tewas diserang militer Israel yang menyasar hunian warga tempat mereka berlindung. Masyarakat sudah trauma dan tidak percaya ada tempat yang aman. Mereka mengungsi dari satu tempat ke tempat lain,” demikian laporan Hani Mahmoud di Al Jazeera.
Israel sudah lama berencana menyerang Rafah meski mendapat tekanan internasional, termasuk dari Amerika Serikat, agar mereka tidak melancarkan serbuan tersebut. Mengenai posisi AS, penolakan mereka terhadap rencana serangan Israel ke Rafah seolah hanya pepesan kosong. Kongres AS baru saja menyetujui paket bantuan senjata senilai 26,3 miliar dollar AS untuk Israel dalam sidang DPR, Sabtu (20/4/2024).
Baca juga: DPR AS Akhirnya Setujui Bantuan Senjata bagi Ukraina dan Israel
Khan Younis, lokasi tempat RS Nasser, berada di sebelah utara Rafah. Setelah mundur dari RS Nasser, serdadu Israel menyerbu kembali rumah sakit tersebut.
Pada 21 Februari 2024, tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berupaya mengevakuasi 140 pasien dari RS Nasser yang dikepung militer Israel. Sebagian pasien di RS Nasser meninggal karena tidak mendapat bantuan pernapasan dengan oksigen. Hingga 21 Februari, sudah tiga kali tim WHO mengevakuasi pasien dari RS Nasser.
Juru bicara WHO di Jalur Gaza, Ayadil Saparbekov, mengatakan, hingga 20 Februari, WHO dan sukarelawan medis sudah mengevakuasi 51 pasien dari RS Nasser ke wilayah lebih di Jalur Gaza. ”Kami mengevakuasi pasien ke rumah sakit lapangan di kota Rafah,” ujarnya.
Saat itu, militer Israel mengepung RS Nasser, lalu mundur sesaat. Tidak lama kemudian, mereka menyerang RS Nasser lagi. Tidak ada komentar militer Israel atas berita yang dilansir kantor berita Palestina, WAFA, tersebut.
Baca juga: DK PBB Tolak Keanggotaan Penuh Palestina gara-gara Veto AS
Kementerian Kesehatan Palestina memberitakan, RS Nasser kekurangan makanan, air minum, dan obat-obatan. Lantai dasar rumah sakit itu dibanjiri air got akibat saluran pembuangan hancur.
Hingga 21 Februari 2024, dari 34 rumah sakit di Jalur Gaza, hanya 13 rumah sakit yang masih berfungsi.
Serangan Israel ke Jalur Gaza dilancarkan setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Sekitar 1.200 orang di Israel tewas dan sekitar 250 warga lainnya disandera di Gaza. Selama enam bulan terakhir Israel membombardir Gaza, menewaskan lebih dari 34.000 warga Gaza, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
(AP/AFP)