Setelah Serangan Iran, Israel Intensifkan Gempuran di Gaza
Pesawat tempur dan tank Israel meluncurkan belasan kali serangan di Gaza setelah pasukan infanteri mereka mundur.
Oleh
IWAN SANTOSA
·2 menit baca
GAZA, SENIN - Pascaserangan Iran, militer Israel semakin mengintensifkan serangan ke Jalur Gaza. Kelompok Hamas, Senin (15/4/2024), mengatakan, Israel meluncurkan belasan serangan udara pada Minggu malam.
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengumumkan, jumlah korban tewas sudah mencapai 33.797 jiwa dan korban luka-luka mencapai 76.465 orang. ”Korban tewas bertambah 68 orang dalam 24 jam terakhir,” demikian keterangan Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza.
Iran mengerahkan setidaknya 300 pesawat nirawak ke wilayah Israel pada Minggu (14/4/2024). Ini serangan udara pertama Iran terhadap Israel. Israel mengklaim bisa mencegat serangan tersebut sehingga tidak menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa.
Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, meski diserang Iran, Israel tidak kehilangan fokus dalam operasi militer di Jalur Gaza. ”Hamas masih menyandera warga kita,” katanya. Diperkirakan 34 sandera telah tewas dan sisanya diyakini masih ditahan sejak pecah perang pada 7 Oktober 2023.
Walau para juru runding sedang memperjuangkan gencatan senjata, timbul kekhawatiran Israel akan terus memaksa melancarkan serangan ke Rafah, kota terakhir di selatan Jalur Gaza. Sebelah utara dan tengah Jalur Gaza sejauh ini sudah porak–poranda akibat dibombardir Israel dalam enam bulan terakhir.
Militer Israel memobilisasi dua brigade cadangan untuk bertugas di wilayah tengah Jalur Gaza menggantikan pasukan yang sebelumnya bertugas. ”Kita juga masih memantau sandera di sekitar Rafah. Kita mengupayakan segala daya untuk memulangkan mereka,” kata Hagari.
Media Hamas melaporkan, pesawat tempur dan tank Israel meluncurkan belasan kali serangan di Gaza setelah pasukan infanteri mereka mundur. Sejumlah saksi melaporkan, serangan itu menghantam kamp pengungsi Nuseirat dan menewaskan sejumlah orang. Bentrokan juga dikabarkan terjadi di Gaza utara dan tengah sepanjang malam.
Adanya kabar burung tentang pembukaan perbatasan oleh Israel di sekitar kota Gaza mengakibatkan ribuan orang Palestina bergerak ke wilayah utara. Israel membantah dan menyatakan tidak ada pembukaan perbatasan.
Seorang pengungsi, Basma Salman, mengatakan, ”Walau rumah saya sudah hancur, saya ingin ke sana. Saya tidak bisa hidup di selatan. Di sana terlalu padat pengungsi, bahkan bernafas pun susah. Kondisinya sangat buruk.”
Menanggapi rencana gencatan senjata yang diajukan Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir, dalam perundingan sejak 7 April 2024, Hamas menegaskan tetap menuntut gencatan senjata secara permanen dan penarikan mundur tentara Israel dari Jalur Gaza.
Badan intelijen luar negeri Israel, Mossad, mengatakan, sikap Hamas sebagai penolakan terhadap usulan gencatan senjata dan berusaha mengeksploitasi ketegangan dengan Iran.
Meski demikian, AS menyatakan terus mendorong perundingan untuk mencapai perdamaian. ”Kami tidak melihatnya sebagai kebuntuan dalam upaya diplomasi. Sudah ada beberapa kesepakatan. Kita akan melihat beberapa sandera dibebaskan, penghentian serangan, dan tambahan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza,” tutur Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung John Kirby. (AFP)