Pelaku Penyerangan dan Pembunuhan di Sydney Derita Sakit Mental
Melihat komposisi korban tewas, polisi juga sedang menyelidiki apakah perempuan menjadi sasaran khusus.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
SYDNEY, MINGGU — Kepolisian Negara Bagian New South Wales berhasil mengidentifikasi pria pelaku penikaman di pusat perbelanjaan di Sydney pada Sabtu (13/4/2024) petang. Pelaku berusia 40 tahun yang menewaskan 6 pengunjung dan membuat 12 orang lainnya terluka diketahui sebagai penderita penyakit mental.
Asisten Komisaris Polisi New South Wales Anthony Cooke, Minggu (14/4/2024), mengatakan, laki-laki bernama Joel Cauchi tersebut berasal dari Negara Bagian Queensland di timur laut Australia. Polisi sudah menghubungi keluarganya pascapenyerangan.
Sampai saat ini polisi belum mendapati bukti-bukti, informasi, atau data intelijen yang menunjukkan tindakan Cauchi pada Sabtu petang didorong oleh motivasi ideologi atau hal lainnya. ”Kami tahu pelaku menderita kesehatan mental,” ujar Cooke tanpa merinci secara spesifik.
Penelusuran pada media sosial Facebook didapat informasi, Cauchi berasal dari Toowoomba, dekat Brisbane. Ia pernah bersekolah di SMA dan universitas setempat. Tato naga berwarna abu-abu, merah, dan kuning yang khas di lengan kanannya digunakan untuk membantu mengidentifikasi Cauchi.
Dia diyakini telah melakukan perjalanan ke Sydney sekitar sebulan yang lalu dan menyewa unit penyimpanan kecil. Unit penyimpanan itu isinya barang-barang pribadi, termasuk papan boogie.
Pada Sabtu (13/4/2024) pukul 15.10 waktu setempat, Cauchi menyerang dan menikam enam orang hingga tewas di pusat perbelanjaan Westfield, tidak jauh dari pantai Bondi yang terkenal. Polisi berhasil menghentikannya dan menembak mati Cauchi di tempat.
Orang-orang yang pergi berbelanja pada Sabtu sore seharusnya aman, tidak berisiko.
Keenam korban tewas terdiri dari lima perempuan dan satu laki-laki penjaga keamanan. Mereka berusia antara 20 tahun dan 55 tahun.
Sementara itu, 12 orang lainnya masih dirawat di rumah sakit, termasuk seorang bayi berusia 9 bulan, yang ibunya meninggal dalam serangan itu. ”Dua dari enam korban berasal dari luar negeri dan tidak memiliki keluarga di Australia,” kata Cooke.
Pemerintah Australia sedang berupaya menghubungi keluarga kedua korban tewas di luar negeri. Melihat komposisi korban tewas, polisi juga sedang menyelidiki apakah perempuan memang menjadi sasaran khusus Cauchi.
Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan, warga Australia yang sebagian besar tidak terbiasa dengan insiden kejahatan dengan kekerasan kesulitan memahami serangan itu. ”Orang-orang yang pergi berbelanja pada Sabtu sore seharusnya aman, tidak berisiko. Namun, tragisnya, kita melihat banyak nyawa melayang, dan orang-orang berduka atas orang yang mereka cintai hari ini,” katanya.
”Kami juga tahu masih banyak orang yang masih dirawat di rumah sakit untuk menjalani pemulihan. Pikiran serta doa kami menyertai mereka,” ujar Albanese.
Di hadapan wartawan, Albanese juga mengapresiasi Amy Scott, perempuan polisi yang menembak mati Cauchi di tempat. Ia memuji Scott sebagai ”pahlawan” yang tindakannya telah menyelamatkan lebih banyak nyawa.
”Kami juga melihat rekaman warga Australia yang menempatkan diri mereka dalam bahaya demi membantu sesama warga negaranya. Keberanian itu sungguh luar biasa yang kita lihat kemarin,” kata Albanese menambahkan.
Menteri Besar New South Wales Chris Minns langsung terbang kembali dari Jepang setelah mendengar berita serangan itu. ”Sangat luar biasa melihat orang asing melompat, berlari menuju bahaya tanpa memedulikan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan orang lain yang tidak pernah mereka temui sebelumnya,” katanya di tempat kejadian, Minggu pagi waktu setempat.
Di luar pusat perbelanjaan itu sejumlah karangan bunga bermunculan. Satu bunga dengan pita putih bertuliskan RIP atau beristirahat dalam damai. Keluarga-keluarga berpelukan saat mereka meletakkan bunga. Pusat perbelanjaan yang menjadi tempat kejadian untuk sementara ditutup. (AFP/AP/REUTERS)