Anak-Cucu Pemimpin Hamas Terbunuh, Perundingan Gencatan Senjata Terancam Macet
Haniyeh menuding Israel sengaja mengincar keluarga para pemimpin Hamas untuk memberi tekanan pada kelompok itu.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
TEL AVIV, KAMIS — Tiga anak dan empat cucu pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh akibat serangan Israel di kamp pengungsi Al-Shati, Gaza barat, Rabu (10/4/2024). Hal itu dikhawatirkan bakal mengganjal perundingan gencatan senjata yang tengah berlangsung di Kairo.
Kepala Bagian Politik dan Hubungan Internasional Hamas Basem Naim, Kamis (11/4/2024), mengatakan kepada Al Jazeera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha keras menghalangi dan melemahkan peluang gencatan senjata. Hal itu dia katakan saat menanggapi tewasnya tujuh anggota keluarga Haniyeh.
”(Netanyahu) menggunakan segala cara, termasuk cara kotor dengan membunuh anak, istri, dan pemimpin kami,” kata Naim.
Menurut Al-Aqsa TV, media Hamas, anak dan cucu Haniyeh tengah berkendara dengan mobil saat diserang pesawat nirawak Israel. Yang terbunuh akibat serangan itu adalah Hazem, Amir, dan Mohammad serta empat anak mereka, yakni Mona, Amal, Khaled, dan Razan.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Haniyeh membenarkan anggota keluarganya terbunuh akibat serangan Israel. ”Musuh kami digerakkan keinginan balas dendam dan nafsu membunuh, mereka tidak menghormati hukum apa pun,” ujarnya.
Haniyeh, yang kini mengasingkan diri di Qatar, mengatakan, terbunuhnya tujuh anggota keluarganya tidak akan memengaruhi sikap Hamas. Ia menuding Israel sengaja mengincar keluarga para pemimpin Hamas untuk memberi tekanan terhadap organisasi militer itu.
”Siapa pun yang mengira bahwa dengan membunuh anakku, Hamas akan mengubah pendiriannya adalah delusional,” ucapnya.
Militer Israel mengklaim tiga anak Haniyeh adalah milisi Hamas. Mereka disebut melancarkan sejumlah aksi militer di Gaza tengah. Namun, Israel tidak memberi komentar soal tiga cucu Haniyeh yang juga tewas akibat serangan mereka.
Sebelumnya, anggota Kabinet Perang Israel Benny Gantz mengatakan, secara militer Hamas telah dikalahkan. Sebagian besar milisi Hamas telah dihancurkan dan sisanya bersembunyi. Gantz juga menyebut kemampuan tempur Hamas telah dilumpuhkan.
”Perang melawan Hamas masih akan berlangsung. Anak-anak yang kini duduk di bangku sekolah menengah masih akan berperang di Jalur Gaza,” kata Gantz.
Gencatan senjata
Anak Haniyeh merupakan tokoh paling signifikan yang terbunuh sejak perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023. Serangan Israel terhadap keluarga Haniyeh dikhawatirkan bakal mengganjal perundingan gencatan senjata yang tengah berlangsung di Kairo, Mesir.
Amerika Serikat yang merupakan sekutu terdekat Israel ikut menekan Israel agar segera melakukan gencatan senjata di Gaza. Gedung Putih tidak setuju dengan rencana Netanyahu melancarkan serangan darat ke Rafah, kota di Gaza selatan, yang dipadati lebih dari 1 juta pengungsi perang.
Beda pendapat antara Washington dan Tel Aviv semakin parah setelah tujuh sukarelawan World Central Kitchen terbunuh akibat serangan udara Israel. Netanyahu menyebut peristiwa itu sebagai ketidaksengajaan, tetapi hal itu tetap membuat Presiden AS Joe Biden murka.
Dalam wawancara dengan Univision yang disiarkan pada 9 April, Biden mengkritisi cara Netanyahu menangani perang yang menyebabkan warga Gaza di ambang kelaparan. Biden meminta Israel segera membuka akses bantuan kemanusian ke Gaza.
Saat ini, Israel telah membuka lebih banyak pintu masuk di Gaza utara agar truk yang membawa bantuan kemanusiaan bisa masuk. Namun, sejumlah lembaga kemanusian menyatakan Israel tetap memberlakukan pembatasan ketat dan antrean truk di perbatasan amat panjang.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, perang telah mengakibatkan lebih dari 33.000 warga Palestina terbunuh. Data tersebut tidak membedakan milisi dan warga sipil, tetapi disebutkan korban yang tewas kebanyakan adalah anak-anak dan perempuan. (AP/REUTERS)