Sandera Tewas di Gaza, Demonstran Israel Salahkan Netanyahu
Satu warga Israel yang disandera di Gaza ditemukan tewas. Warga Israel menyalahkan PM Netanyahu sebagai biang keladinya.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
TEL AVIV, MINGGU — Ribuan orang berdemonstrasi di Tel Aviv, Israel, untuk mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera membebaskan para sandera. Gelombang protes itu terjadi menyusul penemuan satu jenazah warga Israel yang disandera di Gaza.
Demonstran memadati jalanan di Tel Aviv dan menyalakan api unggun pada Sabtu (6/2/2024) malam waktu setempat atau Minggu (7/2/2024) dini hari waktu Indonesia. Polisi berupaya memadamkan api dan membubarkan massa. Sedikitnya enam orang ditangkap dalam peristiwa itu.
Salah satu demonstran, Adina Moshe, sandera yang dibebaskan Hamas pada November, meminta Pemerintah Israel segera menyetujui kesepakatan apa pun demi membebaskan para sandera yang masih ditahan. Hingga saat ini, ada 36 sandera yang telah terkonfirmasi tewas.
”Saya memperingatkan Anda (Netanyahu), jika para sandera itu tidak kembali, darah ada di tanganmu. Anda telah mengkhianati kami, sebuah pengkhianatan yang terburuk dalam sejarah, selamanya Anda akan bersalah,” kata Moshe, seperti dikutip media Israel, Haaretz.
Pada Sabtu, militer Israel menyatakan mereka menemukan jenazah Elad Katzir (47). Ia adalah salah satu dari sekitar 250 warga Israel yang diculik pada 7 Oktober 2023. Israel meyakini, petani asal Nir Oz itu dibunuh oleh milisi Jihad Islam pada Januari 2024.
”Dia (Katzir) bisa diselamatkan seandainya kesepakatan terjadi tepat waktu. Pemimpin kami pengecut dan dipusingkan berbagai pertimbangan politik, itu sebabnya (kesepakatan) tidak terjadi,” ujar Carmit, saudara perempuan Katzir.
Warga Israel dilanda pro dan kontra terhadap strategi Netanyahu membebaskan para sandera yang masih ditahan. Netanyahu beranggapan, dengan membombardir dan terus menggempur Gaza, kelompok Hamas dan faksi-faksi perlawanan Palestina lainnya di Gaza akan menyerah dan membebaskan para sandera.
Akan tetapi, hingga enam bulan perang berkobar, Hamas dan faksi-faksi lain tidak serta-merta dapat dilumpuhkan. Perlawanan oleh Hamas dan faksi-faksi lain terhadap militer Israel masih terjadi di beberapa lokasi di Gaza.
Minggu lalu, puluhan ribu orang berdemonstrasi di Jerusalem. Demonstrasi itu merupakan unjuk rasa antipemerintahan terbesar sejak perang Israel-Hamas mulai 7 Oktober 2023 pecah.
Pada Minggu (7/4/2024), militer Israel mengumumkan nama empat tentaranya yang tewas di Gaza. Hingga kini, tentara Israel yang tewas di Gaza berjumlah 604 orang.
Keempat tentara Israel itu tewas pada Sabtu (6/4/2024) di Gaza selatan. Pada hari itu, Hamas mengklaim menyergap tentara Israel di kota Khan Younis, Gaza selatan.
Perundingan gencatan senjata
Sementara itu, secara terpisah, perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan berlanjut di Kairo, Mesir, pada hari Minggu (7/4/2024). Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengutus Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) Bill Burns. Adapun delegasi Hamas juga akan hadir dan tiba di Kairo.
Melalui pernyataan tertulis, Sabtu (6/4/2024), Hamas menyebutkan, Wakil Pemimpin Hamas, Khalil Al-Hayya, akan hadir ke Kairo hari Minggu untuk memenuhi undangan yang dilayangkan mediator Mesir.
Hamas berkeras meminta pembebasan sandera harus diikuti penghentian perang secara bertahap.
Hamas berkeras meminta pembebasan sandera harus diikuti penghentian perang secara bertahap. Mereka menyatakan akan membebaskan 40 sandera untuk mendorong gencatan senjata selama 6 minggu dan membebaskan warga Palestina yang dipenjara Israel.
Hamas juga berupaya memulangkan pengungsi ke Gaza utara dan membuka jalan untuk bantuan kemanusiaan.
Adapun Israel menyatakan, per hari akan mengizinkan 2.000 warga Palestina, utamanya perempuan, anak-anak, dan lansia, untuk kembali ke Gaza utara. Hal itu berlaku saat gencatan senjata selama enam minggu.
Perundingan itu digelar setelah komunitas internasional mengecam keras serangan Israel yang mengakibatkan tujuh sukarelawan World Central Kitchen tewas. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, hingga akhir Maret, sedikitnya ada 190 pekerja kemanusiaan tewas di Gaza.
”Kami membutuhkan jaminan keselamatan untuk sukarelawan dan juga untuk orang-orang yang kami layani,” ujar Marika Guderian, sukarelawan World Food Program.
Insiden tewasnya tujuh sukarelawan World Central Kitchen itu membuat penyaluran bantuan untuk warga di Gaza terhambat.
Sebelumnya PBB telah memperingatkan bahwa bencana kelaparan di Gaza telah di depan mata. Menurut lembaga kemanusiaan Oxfam, warga di Gaza utara saat ini bertahan hidup hanya dengan asupan 245 kalori per hari. Asupan kalori itu lebih sedikit dari satu kemasan mi gelas.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, perang telah mengakibatkan 33.137 orang di sana tewas. Data itu tidak memisahkan jumlah korban tewas antara warga sipil dan milisi. Menurut sumber yang sama, mayoritas korban tewas adalah anak-anak dan perempuan.
Wilayah Gaza selatan, Rafah, kini menampung separuh dari total populasi 2,3 juta orang. Rencana Israel melakukan serangan darat ke Rafah ditentang AS yang merupakan sekutu terdekatnya. (AP/REUTERS)