Gedung-gedung Pencakar Langit di New York Tempat Paling Aman Saat Gempa
Kota New York kerap digoyang gempa, tetapi gedung pencakar langit aman-aman saja. Gedung itu diklaim tempat teraman.
”I AM STILL FINE”. Begitu tertulis unggahan pengelola Empire State Building di akun media sosial X setelah gempa bermagnitudo 4,8 mengguncang Kota New York, Amerika Serikat, Jumat (5/4/2024) lalu. Pusat gempa berada di Tewksbury, New Jersey, dengan kedalaman hanya 4,7 kilometer dari atas permukaan tanah.
Perlu diketahui, tinggi Empire State Building 380 meter. Jika ketinggian dengan antena juga dihitung, tingginya 443 meter. Gedung ini merupakan tertinggi keempat di Kota New York, tertinggi keenam di AS, dan tertinggi ke-43 di dunia. Jaraknya dari pusat gempat, Jumat lalu, sekitar 82 kilometer.
Baca juga: Gempa Magnitudo 4,8 Hebohkan New York
Warganet dari daerah Philadelphia hingga New York dan sepanjang Long Island membanjiri berbagai platform media sosial dengan komentar dan kesaksian mengalami gempa. Rumah-rumah dan gedung-gedung pencakar langit bergoyang, tak terkecuali Gedung Empire State Building dan One World Trade Center (gedung tertinggi di AS dengan tinggi 546 meter, termasuk antena).
Akibat gempa, tidak ada kerusakan masif pada 1,1 juta bangunan di New York. Jalanan dan sistem transportasi umum pun selamat.
Gubernur New York Kathy Hochul, Sabtu (6/4/2024), mengatakan, setidaknya sudah terjadi 25 kali gempa susulan, beberapa di antaranya juga terasa di New York. Ia mengakui, warga New York tidak terbiasa dengan gempa bumi sehingga dia mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap gempa susulan.
Ketinggian gedung-gedung pencakar langit di New York bisa mencapai lebih dari 100 lantai. Melihat ketinggiannya, gedung-gedung itu seolah tampak rentan terhadap gempa bumi. Namun, para ahli bangunan mengatakan, gedung-gedung pencakar langit di New York sudah dibangun kuat agar fleksibel menahan guncangan berkekuatan sedang.
Baca juga: Gempa Besar Guncang Alaska
Wakil Presiden Eksekutif pada perusahaan teknik WSP Global Ahmad Rahimian menyebutkan, bahkan gedung pencakar langit tertua sekalipun harus terbuat dari beton dan baja kuat untuk menahan beban gravitasi pada bangunan itu. WSP Global terlibat dalam pembangunan One World Trade Center dan The Shard di London, Inggris, tertinggi di Eropa.
”Gedung bertingkat bisa menjadi salah satu tempat teraman saat terjadi gempa,” ujar Rahimian.
Gedung bertingkat bisa menjadi salah satu tempat teraman saat terjadi gempa.
Gedung-gedung pencakar langit di New York, lanjut Rahimian, pada umumnya dibangun mampu menahan gempa berkekuatan 6,5 magnitudo atau lebih. Pemimpin perusahaan DeSimone Consulting Engineering, Borys Hayda, menambahkan, gedung-gedung tinggi yang lebih modern juga memiliki peredam yang terletak di atap. Peredam ini bisa menyeimbangkan goyangan dan membantu meredam guncangan akibat peristiwa ekstrem.
”Meski kemungkinan terjadinya gempa di New York itu kecil, kami harus merancang semua jenis potensi risiko,” ujar Hayda.
Elisabeth Malsch, pemimpin Thornton Tomasetti, perusahaan teknik di New York yang terlibat dalam pembangunan Empire State Building, Gedung Chrysler, dan Jembatan Brooklyn, menjelaskan, gedung-gedung pencakar langit di New York umumnya dibangun mampu menahan angin dan gempa bumi yang umumnya terjadi di wilayah pantai timur AS.
Sudah diperhitungkan
Malsch menyatakan, pihaknya sudah membuat perencanaan gedung yang mampu menahan gempa berkekuatan besar. ”Gempa bumi yang sudah kami perhitungkan, tidak akan mungkin terjadi. Mungkin dalam seribu tahun bisa terjadi. Jadi, kami yakin gempa yang sangat kuat akan terjadi lebih dari sekali dalam seribu tahun,” ujarnya.
Baca juga: Gempa Bermagnitudo 6,5 Guncang Idaho
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebutkan, gempa bumi jarang terjadi di New York, tetapi sering terjadi di sepanjang pesisir Atlantik. Ini karena tidak ada batas lempeng aktif antara Lempeng Atlantik dan Amerika Utara. Gempa bumi dengan kerusakan sedang bisa terjadi di koridor perkotaan kira-kira dua kali dalam satu abad.
Sementara gempa berkekuatan kecil akan dirasakan kira-kira setiap 2-3 tahun. Meski dianggap gempa kecil, warga tetap panik karena belum pernah merasakan gempa. ”Saya belum pernah mengalami gempa sekuat ini. Rumah sampai bergetar dan ada suara gemuruh,” kata Dominika Uniejewska (50), warga New Jersey.
Di media-media sosial, banyak warganet malah bingung dan ragu. ”Apa yang terjadi? Ini gempa?”, ”Rumahku berguncang. Apa yang sedang terjadi? Gempa? Beneran?”, ”Saya tidak mau mati”, ”Apakah apartemen saya akan runtuh? Apakah saya akan mati?”. Bahkan, banyak beredar meme dan komentar warganet dari os Angeles yang sering digoyang gempa ke warganet di New York.
”Baru goyang sebenar saja sudah panik”, ”Baru sekali saja sudah heboh”, ”Mereka meributkan apa sih? Gempa kecil saja sudah repot”, ”Sebaiknya runtuhkan saja semua gedung pencakar langit di New York”, ”Baru pertama kali?”, ”Di California, setiap 2-3 hari sekali gempa”. Begitu sebagian komentar-komentar yang beredar.
Baca juga: 10 Gempa Paling Mematikan di Abad Ke-21, Nomor 1 di Indonesia
Dari sisi rancang bangunan, kata Malsch, gedung pencakar langit sebenarnya tidak terlalu rentan terhadap gempa dibandingkan bangunan yang lebih pendek. Ini karena gedung pencakar langit dibuat bisa bergoyang pelan untuk melindungi diri dari angin topan.
Gedung-gedung tinggi lebih fleksibel karena dirancang untuk menerima gaya dorong dan tarikan angin yang efeknya lebih besar pada gedung tinggi dibandingkan gaya dorong dan tarikan gempa. ”Jadi, gempa yang terjadi kemarin itu sekaligus ujian, apakah mereka (gedung-gedung itu) cukup kuat dan fleksibel pada gempa,” ujar Malsch.
Gempa besar
Gempa yang terjadi pada Jumat lalu bukan pertama kalinya terjadi di wilayah pantai Timur. Sejak 1950 sudah terjadi sekitar 20 kali gempa berkekuatan di atas 4,5 magnitudo. Sementara di wilayah pantai Barat bisa sampai lebih dari 1.000 kali gempa besar.
Jessica Thompson dari Program Bahaya Gempa Bumi di USGS mengatakan, selama beberapa ratus tahun terakhir New York pernah mengalami gempa besar.
Gempa besar terakhir terjadi tahun 2011. Pada waktu itu, gempa berkekuatan 5,8 magnitudo mengguncang pantai Timur. Gempa ini tercatat sebagai salah satu gempa yang paling dirasakan dalam sejarah Amerika Utara. Gempa ini menimbulkan kerugian properti sebesar 200 juta dollar AS-300 juta dollar AS, termasuk Monumen Washington di Washington DC.
Data Lamont-Doherty Earth Observatory di Universitas Columbia menunjukkan, terjadi 18 kali gempa berkekuatan 2,4 magnitudo atau lebih kuat di New York sejak tahun 1737. Pada tahun 1884, gempa berkekuatan 5,2 magnitudo di New York terasa dari Virginia hingga Maine. Tidak ada laporan tentang kerusakan bangunan.
Baca juga: Gempa Taiwan Dipicu Salah Satu Sesar Paling Aktif di Dunia
Pada Januari 2001 terjadi gempa 2,4 magnitudo di Queens dan Manhattan. Pada Oktober 2023, pusat kota Manhattan menjadi pusat gempa berkekuatan 2,6 magnitudo. Gempa bumi terbesar di New York yang tercatat berkekuatan 5,8 magnitudo terjadi pada 1944. Gempa yang sama besarnya kembali terjadi pada 2011.
Gempa lebih sering terjadi di pesisir Barat karena wilayah itu terletak di bagian patahan kerak bumi. Guru Besar Ilmu Bumi di Universitas Connecticut Robert Thorson menjelaskan, gempa di pantai Timur disebabkan kompresi batuan keras dan rapuh jauh di bawah tanah dalam waktu lama. Gempa di pantai Timur lebih sulit diketahui dan cenderung berdampak pada wilayah yang lebih luas.
Ini karena batuan pantai Timur yang lebih dingin dan keras lebih baik dalam menyebarkan energi gemeretak akibat gempa. Selain itu, juga karena populasi wilayah pantai Timur lebih padat.
Harian The New York Times, Sabtu, mengutip pakar struktur di USGS Kishor S Jaiswal yang mengatakan bahwa jika gempa yang mengguncang New York jauh lebih kuat dari gempa pada Jumat lalu, bakal berakibat fatal bagi New York. Pasalnya, menurut Guru Besar Ilmu Bumi Dortmouth College Leslie Sonder, titik pusat gempa bukan di New York.
Baca juga: Gempa Guncang Xinjiang, Puluhan Orang Terluka, Puluhan Rumah Ambruk
Dampak gempa akan bergantung pada lokasi pusat gempa, kedalaman gempa, dan kualitas konstruksi bangunan di wilayah terdampak. ”Sangat sulit memprediksi apakah sebuah bangunan akan rusak akibat gempa 5, 7, atau 8 magnitudo,” ujar Sonder.
Gempa bukan pembunuh
Direktur Pusat Kesiapsiagaan Bencana Nasional di Columbine Climate School Jeffrey Schlegelmilch mengatakan, ada pepatah yang menyebutkan gempa bumi tidak membunuh manusia, tetapi bangunanlah yang membunuh manusia.
Guru Besar Teknik Struktur Forensik Universitas Drexel Abi Aghayere juga menjelaskan, bangunan bata tua, bangunan dengan etalase toko di permukaan tanah, dan bangunan dengan rangka beton yang rapuh menjadi yang paling rentan terhadap kerusakan. Dan, bangunan seperti itu banyak di New York karena dibangun pada tahun 1800-an hingga 1930-an.
Baca juga: Gempa Turki Renggut Nyawa WNI
Peraturan bangunan untuk keselamatan gempa baru ada sekitar tahun 1930. Banyak kota besar sudah merenovasi bangunan mereka agar tahan gempa. Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey menghabiskan 50 juta dollar AS selama 15 tahun lalu untuk memperbaiki terminal bus agar tahan terhadap kerusakan akibat gempa.
Para ahli menyebut gempa yang paling signifikan di New York adalah gempa tahun 1884 dengan pusat gempa di lepas pantai Pulau Coney. Gempa itu empat kali lebih kuat ketimbang gempa pada Jumat lalu, dan pusat gempanya jauh lebih dekat ke kota. Jika gempa tahun 1884 terjadi sekarang, para ahli memperkirakan berpotensi menyebabkan kerusakan 4,7 miliar dollar AS pada bangunan, transportasi, dan utilitas.
Komisaris Bangunan Kota New York James Oddo mengaku khawatir dengan dampak gempa pada bangunan-bangunan tua. Saat ini pihaknya masih memeriksa semua bangunan di New York, terutama bangunan-bangunan tua. ”Kalau melihat ada yang bermasalah, tolong segera hubungi 311,” ujarnya. (AFP/AP)