AUKUS Akan Perluas Anggota untuk Bendung China, Jepang Jadi Kandidat
Untuk membendung pengaruh China, aliansi AUKUS akan memperluas keanggotaannya. AS membidik Jepang sebagai kandidatnya.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Aliansi pertahanan trilateral Amerika Serikat, Inggris, dan Australia atau AUKUS akan mengumumkan anggota baru pada Senin (8/4/2024). Menurut pemberitaan Financial Times, Washington ingin Jepang merapat ke AUKUS untuk sama-sama membendung pengaruh China di Indo-Pasifik.
Anggota baru itu nantinya akan tergabung di Pilar II yang mencakup kerja sama pengembangan komputasi kuantum, persenjataan hipersonik, serta kecerdasan buatan dan keamanan siber. Seperti dilansir Financial Times (FT), AUKUS disebut tidak akan menambah anggota Pilar I yang mencakup kerja sama pengembangan kapal selamnuklir untuk Australia.
Pengumuman anggota baru AUKUS pada hari Senin hanya berselang dua hari dengan agenda pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Gedung Putih, Rabu (10/4/2024). Dalam kesempatan itu, AS dan Jepang akan mengumumkan rencana mereka meningkatkan kerja sama militer terbesar sejak 1960.
Menurut seorang sumber yang dikutip kantor berita Reuters, Biden dan Kishida diperkirakan juga akan membahas rencana perluasan keanggotaan AUKUS tersebut. Pertemuan di Washington tersebut juga akan diikuti Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
Pembicaraan mengenai anggota baru AUKUS telah muncul sejak awal aliansi itu diumumkan ke publik pada 2021.
Sebagai negara sekutu Barat di Asia, Jepang selalu muncul sebagai kandidat kuat anggota baru AUKUS.
Spekulasi tersebut menguat setelah Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel, Jumat (5/4/2024), mengatakan bahwa Jepang adalah negara pertama yang akan menjadi mitra AUKUS di Pilar II.
Menurut FT, sejumlah pejabat AS diam-diam menyambut baik pernyataan Emanuel tersebut karena bakal menambah peluang Jepang bergabung dengan AUKUS.
Pada 3 April 2024, Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell menjelaskan hubungan antara AUKUS dan Taiwan. Kepada lembaga think tank Center for a New American Security, Campbell mengatakan, kehadiran kapal selam AUKUS akan memperkuat perdamaian dan stabilitas kawasan, termasuk di selat yang memisahkan China dan Taiwan.
”Kemampuan kapal selam AUKUS akan berkontribusi besar di sejumlah skenario, termasuk kebutuhan di selat (Taiwan). Menurut saya, kerja sama erat dengan negara lain, bukan hanya secara diplomatis, melainkan juga di bidang pertahanan, akan bermanfaat menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan,” kata Campbell.
China menyebut AUKUS berbahaya dan dapat memicu perlombaan senjata di antara negara-negara di kawasan.
Meragukan Jepang
Beberapa bulan belakangan ini, Australia dan Inggris memberi sinyal keberatan soal rencana Jepang bergabung dengan AUKUS. Kedua negara juga khawatir terhadap sistem keamanan Jepang yang belum mampu menjaga informasi amat sensitif.
Kemampuan kapal selam AUKUS akan berkontribusi besar di sejumlah skenario, termasuk kebutuhan di selat (Taiwan).
Campbell mengakui bahwa Jepang memang masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah. Menurut dia, AS telah meminta Jepang untuk menyelesaikan persoalan itu.
Selain persoalan kerahasiaan, Canberra juga ingin fokus menyelesaikan program pengadaan kapal selam nuklir sebelum memperluas AUKUS dengan mengundang anggota baru.
Jubir Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri China tidak memberikan komentar saat dimintai tanggapan mengenai laporan Financial Times. Begitu pula jubir Kementerian Luar Negeri Jepang dan Departemen Pertahanan Inggris.
Adapun jubir Kemenhan Australia menyebutkan, Menteri Pertahanan Australia Richard Marles pernah menyatakan mereka akan ”mencari kesempatan untuk melibatkan mitra-mitra dekat dalam Pilar II AUKUS”. Pelibatan negara-negara tambahan akan diputuskan dan diumumkan oleh ketiga pihak (AS, Inggris, dan Australia).
Seperti dikutipThe Guardian, sesuai rencana, Australia akan membeli dua kapal selam nuklir kelas Virginia bekas pada 2032 dan 2035. Kapal selam bekas itu masih memiliki usia pakai antara 18 dan 27 tahun. Selain itu, Australia juga akan membeli sebuah kapal selam nuklir baru pada 2038.
Untuk mewujudkan rencana tersebut, Angkatan Laut AS harus membangun tiga kapal selam baru untuk menggantikan tiga kapal yang dijual ke Australia. Dalam laporan yang diminta oleh Direktur Jenderal Angkatan Laut AS Carlos del Toro, proses pembangunan kapal selam nuklir kelas Virginia Blok IV terlambat tiga tahun dan Virginia Blok V terlambat dua tahun. (REUTERS)