Kuwait menggelar lima pemilu dalam lima tahun terakhir, parlemen dibubarkan karena mengejek emir.
Oleh
IWAN SANTOSA DARI KUWAIT CITY, KUWAIT
·2 menit baca
KUWAIT CITY, JUMAT — Politisi oposisi memenangi 29 dari 50 kursi parlemen Kuwait hasil pemilu 4 April 2024. Hasil pemilu 2024 tidak jauh berbeda dari pemilu 2023.
Pemilu memilih 50 dari 65 anggota parlemen. Dari 50 anggota terpilih, hanya 11 wajah baru. ”Tidak ada perubahan radikal dari hasil pemilu kali ini,” kata Asisten Profesor Sejarah di Universitas Kuwait, Bader al Saif di Kuwait City, Jumat (5/4/2024).
Salah satu anggota yang tetap terpilih adalah Janan Bushahri. Politisi perempuan itu menang pemilu 2022 dan 2023. Pengamat dari Pusat Transparansi Jordania, Hilda Aljeilat, menilai pemilu Kuwait aman dan tanpa tekanan. ”Tidak ada tekanan dan tidak ada politik uang. Semua berjalan lancar dan pengamat diberi akses bebas dalam meninjau lokasi tempat pemungutan suara,” ujarnya.
Pemilu damai di Kuwait tetap menjadi suatu hal yang positif dan menjadi contoh. Terlebih masyarakat tetap antusias memilih di tengah suasana bulan Ramadhan.
Soal relasi pemerintah dan parlemen, Shahabian menyebut hal itu persoalan di banyak negara. Amerika Serikat juga bolak-balik buntu soal hal tersebut.
Pengamat dari CSIS Amerika Serikat, Leon Shahabian, mengatakan, pelaksanaan pemilu Kuwait berjalan baik. Pemilu kuwait dapat menjadi model di kawasan. ”Media asing, akademisi, pengamat-pengamat, semua diberi akses penuh ke TPS dan bertemu warga serta petugas pemungutan suara,” ujarnya.
Pemerintahan baru
Pemilu kali ini adalah yang pertama dilangsungkan di bawah pemerintahan Emir Sheikh Meshal al-Ahmad al Sabah. Partisipasi pemilih mencapai 62 persen hingga pemungutan suara berakhir pada tengah malam kemarin. Total ada lebih dari 830.000 warga Kuwait yang berhak memilih di lima daerah pemilihan.
Sheikh Meshal adalah putra mahkota tertua yang naik takhta di usia 83 pada Desember 2023. Ia menggantikan saudara tirinya, Syekh Nawaf, yang wafat tahun lalu.
Dalam pidato perdana, Meshal mau membenahi kabinet dan parlemen demi menjalankan reformasi. Ia membubarkan parlemen pada Februari 2024. Alasannya, parlemen melanggar konstitusi karena menggunakan kata-kata kasar kepada emir.
Sejak lima tahun terakhir, Kuwait sudah tiga kali menggelar pemilu. Parlemen kali ini, antara lain, perlu menyetujui calon putra mahkota baru Kuwait.