AS Desak ASML Berhenti Rawat Mesin Semikonduktor China
AS tidak puas dengan pembatasan ekspor saja. AS juga mau Belanda berhenti merawat mesin cetak semikonduktor.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Amerika Serikat meningkatkan tekanan pada produsen utama mesin cetak semikonduktor, ASML. Setelah mendesak penghentian ekspor, kini Amerika Serikat mau Belanda berhenti merawat mesin cetak semikonduktor yang diekspor ke China.
Tekanan terbaru akan dilakukan Direktur Jenderal Industri dan Keamanan pada Departemen Perdagangan AS Alan Estevez. Dilaporkan Reuters pada Jumat (5/4/2024), Estevez akan melakukan perjalanan ke Belanda pekan depan. Ia dijadwalkan bertemu pejabat Belanda dan perwakilan ASML.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Belanda membenarkan rencana lawatan Estevez. Akan tetapi, Amsterdam tidak mengungkap rincian dialog. ”Belanda selalu melakukan diskusi yang baik dengan mitra kami. Pertemuan para pejabat pada hari Senin merupakan salah satu contohnya,” demikian pernyataan Kemenlu Belanda.
Lawatan Estevez sepekan setelah Perdana Menteri Belanda Mark Rutte diterima Presiden China Xi Jinping di Beijing. Kepada Rutte, Xi menekankan bahwa Belanda dan China tidak membutuhkan hambatan dagang bilateral.
Mesin cetak
Mesin cetak semikonduktor merupakan komoditas utama impor China dari Belanda. Impor itu semakin sulit dilakukan seiring tekanan Washington pada Amsterdam.
Belanda mulai menuruti sebagian kemauan AS. Belakangan, AS tidak puas dengan pembatasan ekspor saja. AS juga mau Belanda berhenti merawat mesin cetak semikonduktor yang diekspor ke China. ”Kami bekerja sama dengan sekutu kami untuk menentukan apa yang penting untuk dilayani dan apa yang tidak penting untuk dilayani,” kata Estevez pekan lalu.
ASML memasok 60 persen mesin cetak semikonduktor global. Bahkan, penguasaan ASML mencapai 80 persen untuk segmen mesin cetak berbasis ultraviolet generasi terbaru, EUV. Mesin cetak itu membuat papan sirkuit semikonduktor.
China salah satu pembeli terbesar mesin cetak semikonduktor. Pada Januari-Februari 2024, Bea dan Cukai China mencatat impor mesin cetak semikonduktor senilai 1,05 miliar dollar AS dari Belanda.
Padahal, pada Juni 2023, Belanda mengumumkan pengetatan izin ekspor mesin cetak ke Beijing mulai 1 Januari 2024. China menanggapi pengumuman itu dengan memacu impor hingga 10 kali lipat pada Juli-Desember 2023. Harga mesin pun naik dari rata-rata 10 juta dollar AS menjadi 30 juta dollar AS per unit.
Kalah canggih
AS khawatir, semikonduktor China dibuat dengan mesin-mesin itu. Selanjutnya, semikonduktor itu dipakai untuk membuat aneka produk sipil ataupun militer yang lebih unggul dari buatan AS dan sekutunya.
Karena itu, AS menerapkan berbagai pembatasan ekspor teknologi semikonduktor ke China sejak 2018 untuk mencegah semikonduktor China lebih canggih dari AS dan sekutunya.
AS dan sekutunya terkejut kala Huawei meluncurkan ponsel Mate 60 pada September 2023. Ponsel itu menggunakan semikonduktor 7 nanometer buatan SMIC.
Ukuran semikonduktor itu mengejutkan. Sebab, AS dan sekutunya meyakini China tidak punya teknologi pembuat semikonduktor di bawah 10 nm. Semakin kecil ukuran semikonduktor, semakin canggih teknologinya dan semakin besar kekuatannya.
Semikonduktor terbaru membutuhkan mesin EUV. Sementara semikonduktor berukuran lebih besar lazimnya dibuat dengan mesin DUV. Mesin DUV menggunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 193 nm. Sementara EUV memakai sinar yang panjangnya 13,5 nm.
AS telah menekan Belanda agar menghentikan atau setidaknya membatasi ekspor mesin cetak semikonduktor ke China. Salah satu caranya dengan memberlakukan larangan ekspor produk yang mengandung suku cadang atau benda yang hak ciptanya dari AS.
Sebagian mesin ASML memenuhi kategori tersebut. Karena itu, mau tidak mau ASML berhenti mengekspor sebagian mesin ke China. (AFP/REUTERS)