Kekaisaran Jepang Merangkul Generasi Muda lewat Instagram
Media sosial diharap menghapus citra tertutup kekaisaran Jepang dan memberi kesempatan kerajaan mengendalikan narasi.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·2 menit baca
Tertutup dan tidak relevan dengan generasi muda. Barangkali itu citra keluarga kerajaan Jepang. Media sosial jadi alat untuk mengubah citra itu.
Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang telah mulai mengoperasikan akun Instagram, Kunaicho_jp. Sampai Senin (1/4/2024), ada 60 foto kegiatan keluarga kekaisaran diunggah. Akun itu sudah memiliki 270.000 pengikut.
Dalam salah satu unggahan tertulis, diharapkan masyarakat lebih paham tugas resmi keluarga kekaisaran. Instagram dipilih karena dianggap populer di kalangan orang muda.
Mayoritas unggahan merupakan foto Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako sepanjang 2024. Ada juga foto Putri Aiko, anak Naruhito-Masako.
Ada juga foto anggota keluarga kekaisaran tersenyum saat merayakan Hari Tahun Baru 2024. Unggahan lainnya juga mencakup pertemuan pasangan Kekaisaran dengan pejabat asing, termasuk Putra Mahkota Brunei Darussalam Haji Al-Muhtadee Billah dan istrinya.
Salah satu unggahan paling populer adalah video Kaisar menyapa warga yang memberi selamat pada perayaan ulang tahun Kaisar. Video itu sudah ditonton 21.000 kali dalam waktu sehari sejak diunggah.
Foto resmi
Sejauh ini, foto dan video yang diunggah baru sebatas tugas resmi keluarga kekaisaran. Belum ada unggahan yang memperlihatkan momen pribadi mereka. Badan Rumah Tangga Kekaisaran menyatakan, sedang mempertimbangkan untuk menambahkan aktivitas anggota kerajaan lainnya.
Debut media sosial keluarga kerajaan Jepang ini terjadi 15 tahun setelah keluarga kerajaan Inggris bergabung dengan X, sebelumnya Twitter. Sejak 2009, keluarga kerajaan Inggris rajin mengunggah ke media sosial.
Pejabat Istana Jepang telah mempertimbangkan untuk menggunakan media sosial untuk membuat lebih banyak orang tertarik pada keluarga tersebut. Saat ini sebagian besar penggemar keluarga kerajaan Jepang adalah generasi tua.
Tahun lalu, Badan Rumah Tangga Kekaisaran tersebut membentuk tim ahli untuk mempelajari dampak penggunaan media sosial terhadap keluarga kekaisaran. Agensi tersebut menjadi berhati-hati setelah keponakan Kaisar, Mako Komuro, dan suaminya menghadapi reaksi keras di media sosial dan tabloid.
Reaksi keras ini merupakan buntut dari situasi keuangan ibu mertuanya yang menyebabkan pernikahannya tertunda. Ia juga tidak diberi mahar karena pernikahannya tidak sepenuhnya dirayakan oleh publik. Mantan putri tersebut mengatakan, saat itu ia mengalami trauma psikologis akibat hujatan dari media, termasuk media sosial.
Para ahli mengatakan, media sosial dapat membantu membawa keluarga kerajaan lebih dekat dengan rakyatnya. Mereka sosial juga dapat digunakan sebagai alat bagi lembaga itu untuk mengontrol narasi dan merespons disinformasi.
Namun, ada kekhawatiran bagaimana monarki tertua di dunia ini dapat menjaga keseimbangan antara bersikap ramah tanpa kehilangan keagungannya dan menghindari ledakan sensasi.
Karena kekhawatiran itu, akun tersebut tidak berinteraksi dengan publik. Pengguna tidak dapat mengomentari unggahan dan hanya dapat menekan tombol “suka”. Mereka yang ingin mengirim pesan ke keluarga kekaisaran harus menggunakan situs resminya. (AP)