Hidup Makin Susah, Rakyat Istanbul-Ankara ”Balas Dendam” pada Erdogan
Erdogan dan Partai AKP mendapat tamparan keras setelah oposisi Turki bertahan di kota-kota besar dalam pilkada Turki.
ANKARA, SENIN — Partai penguasa di Turki, Partai Keadilan dan Pembangunan atau AKP, harus menelan pil pahit. Untuk kedua kalinya, kubu oposisi, Partai Rakyat Republik atau CHP, unggul dalam pemilihan daerah di kota-kota besar Turki, seperti Istanbul, Ankara, Izmir, Bursa, Antalya, dan Adana. Pilkada ini dipandang sebagai barometer popularitas Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Kekalahan AKP ini menunjukkan dukungan dan popularitas Erdogan anjlok gara-gara kesulitan ekonomi yang membuat hidup rakyat menderita. Erdogan mengakui kekalahan dan hilangnya popularitas AKP serta berjanji akan segera introspeksi diri.
Hasil penghitungan suara dari 92,9 persen kotak suara pemilihan daerah, Senin (1/4/2024), menunjukkan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu dan Wali Kota Ankara Mansur Yavas memimpin perolehan suara di dua kota penting dan pusat ekonomi terbesar di Turki itu.
Baca juga: Turki di Simpang Pertarungan Erdogan dan Kilicdaroglu
Lembaga penyiaran negara, TRT, menyebutkan CHP memimpin perolehan suara di 36 dari 81 provinsi di Turki. Ini kemenangan kedua CHP setelah pada tahun 2019 menghancurkan aura tak terkalahkan Erdogan.
Menanggapi hasil pilkada ini, Erdogan mengakui partainya telah kehilangan popularitas di seluruh wilayah Turki. Ia memahami rakyatnya sudah menyampaikan ”pesan”. ”Pesan” ini akan dianalisis oleh partainya dengan introspeksi diri.
Erdogan berjanji akan memperbaiki kesalahan dan kekurangannya. Dia juga berjanji akan melanjutkan kebijakan ekonomi untuk memerangi inflasi.
”Sembilan bulan setelah kemenangan kami pada pemilu 28 Mei, kami tidak bisa mendapatkan hasil yang diinginkan dalam pemilu daerah. Jika kami melakukan kesalahan, kami akan perbaiki di tahun-tahun mendatang. Jika ada yang kurang, kami akan selesaikan,” kata Erdogan yang melihat hasil pilkada ini sebagai ”titik balik”.
Baca juga: Erdogan Resmi Berkuasa hingga 2028
Kekalahan di Istanbul dianggap menyakitkan bagi Erdogan. Kota berpenduduk 16 juta jiwa itu adalah kampung halaman tempatnya dilahirkan dan dibesarkan. Erdogan juga memulai karier politiknya sebagai wali kota Istanbul pada tahun 1994.
Direktur lembaga kajian Edam di Istanbul, Sinan Ulgen, mengatakan bahwa hasil pilkada yang mengejutkan ini menunjukkan para pemilih mau menghukum AKP karena kesulitan ekonomi yang dialami. Inflasi yang meroket membuat rakyat Turki semakin kesulitan membeli barang-barang kebutuhan pokok.
Ulgen menduga banyak pendukung AKP berpaling dari AKP dengan tidak memberikan suaranya atau memilih partai lain. Jumlah pemilih dalam pilkada kali ini relatif lebih rendah dibandingkan pemilu sebelumnya.
Baca juga: Erdogan Ditantang Selamatkan Rakyat dari Krisis Ekonomi Terburuk
Kekalahan terburuk bagi Erdogan dan AKP yang dipimpinnya selama 20 tahun ini bisa menjadi sinyal perubahan dalam lanskap politik Turki yang terpecah. ”Ada pergeseran suara lintas partai, yang tidak terjadi pada pemilu tingkat nasional karena keterikatan ideologis yang lebih kuat. Kali ini perekonomian yang lebih diutamakan daripada identitas,” ujar Ulgen.
Kekalahan terburuk bagi Erdogan dan AKP yang dipimpinnya selama 20 tahun ini bisa menjadi sinyal perubahan dalam lanskap politik Turki yang terpecah.
Sekitar 61 juta orang, termasuk 1 juta pemilih, berhak memberikan suara untuk semua kota metropolitan, wali kota, dan distrik serta administrasi lingkungan di Turki. Menurut kantor berita Turki, Anadolu, jumlah pemilih yang hadir memberikan suaranya sekitar 76 persen. Angka ini rendah dibandingkan jumlah 87 persen pada tahun lalu.
”Pesan rakyat Istanbul sudah jelas. Mereka yang tidak memahami pesan rakyat akan kalah,” kata Imamoglu (53), mantan pengusaha yang masuk ke dunia politik pada 2008 dan kini disebut-sebut sebagai calon penantang presiden itu.
Hasil pilkada ini menjadi pendorong bagi oposisi yang terpecah dan mengalami demoralisasi setelah kalah dari AKP dalam pemilihan presiden dan parlemen tahun 2023. Aliansi oposisi enam partai yang dipimpin CHP hancur setelah gagal menggulingkan Erdogan pada pemilu tahun lalu.
Baca juga: Erdogan Berjanji Bawa Turki Masuki "Abad Turki"
Saat itu, mereka tidak mampu memanfaatkan isu krisis ekonomi dan respons pemerintah yang awalnya buruk terhadap gempa bumi dahsyat tahun lalu yang menewaskan lebih dari 53.000 orang. ”Para pemilih sudah memutuskan mau membentuk tatanan politik baru di Turki. Rakyat sudah memutuskan mengubah gambaran Turki selama 22 tahun dan membuka pintu menuju iklim politik baru,” kata Ketua CHP Ozgur Ozel.
Penantang Erdogan
Berdasarkan 92,92 persen kotak suara yang dibuka di Istanbul, Imamoglu mendapat 50,92 persen dukungan dibandingkan dengan 40,05 persen untuk penantang AKP, Murat Kurum, mantan menteri di pemerintahan Erdogan.
Mert Arslanalp, asisten profesor ilmu politik di Universitas Bogazici, Istanbul, menilai bahwa kemenangan Imamoglu menunjukkan dia dapat menjangkau siapa saja dan mendapat dukungan pemilih meski tanpa dukungan dari semua oposisi.
Hal ini menjadikan Imamoglu sebagai pesaing paling kompetitif secara politik terhadap rezim Erdogan. Dia bisa jadi pesaing kuat Erdogan dalam pemilihan presiden Turki tahun 2028.
”Ekrem Imamoglu adalah presiden yang kami dambakan. Sifatnya baik dan murah senyum. Dia bisa merangkul semua orang,” kata Murat Ercan (60), warga Istanbul.
Imamoglu pertama kali menjadi Wali Kota Istanbul pada 2019. Selama ini, generasi pemimpin baru dari CHP yang sangat sekuler, termasuk Imamoglu di Istanbul dan Mansur Yavas di Ankara, menawarkan alternatif yang jelas terhadap AKP pimpinan Erdogan yang berhaluan pada Islam.
Baca juga: Duel Ketat, Mungkinkah Politik Turki Putar Arah?
Guru Besar di Universitas Halic, Istanbul, Aylin Unver Noi, yakin Imamoglu bisa kuat menjadi calon presiden 2028. Apalagi, mengingat keberhasilan Imamoglu mengelola Istanbul.
”Ini kota yang besar dan jadi pusat komersial, pusat keuangan, dan pusat kebudayaan. Ini sudah seperti negara karena anggaran kotanya sangat besar. Siapa pun yang berhasil mengelola kota ini kariernya bisa cemerlang,” ujar Noi.
(Istanbul) Ini kota yang besar dan jadi pusat komersial, pusat keuangan, dan pusat kebudayaan. Ini sudah seperti negara.... Siapa pun yang berhasil mengelola kota ini kariernya bisa cemerlang.
Anggaran Istanbul melebihi 80 kota lainnya di Turki, yakni sebesar 16,05 miliar dollar AS pada tahun 2024. Anggaran kedua terbesar dipegang Ankara dengan 92 miliar dollar AS. Mengontrol kota-kota besar dan anggarannya dapat memberikan suara kepada partai-partai.
Barang siapa yang berhasil mengelolanya, popularitas akan naik di panggung nasional. Ini karena urusan kota itu langsung mengenai kehidupan sehari-hari warga, seperti penciptaan lapangan pekerjaan dan fasilitas layanan perkotaan lainnya.
Direktur penelitian di firma penasihat geopolitik di Marlow Global, Anthony Skinner, menilai kinerja Imamoglu efektif dan dia mewakili harapan bagi mereka yang menentang Erdogan dan AKP. Imamoglu tidak pernah menyembunyikan ambisinya untuk menjadi presiden.
Baca juga: Mengapa Erdogan Selalu Memenangi Pemilu Turki?
Dia belajar administrasi bisnis di Universitas Istanbul dan menyelesaikan gelar master di bidang manajemen sebelum masuk bisnis konstruksi milik keluarganya. Dia bergabung dengan partai oposisi utama dan terpilih sebagai wali kota Distrik Beylikduzu yang sedang naik daun di sisi Eropa Istanbul pada 2014. (REUTERS/AFP/AP)