Paus Batal Hadir di Jalan Salib karena Pertimbangan Kesehatan
Pembatalan begitu mendadak, hanya lima menit sebelum prosesi dimulai. Umat yang hadir khawatir akan kesehatan Paus.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
ROMA, SABTU — Paus Fransiskus batal hadir pada prosesi jalan salib Jumat Agung di Koloseum Roma dengan alasan kesehatan. Pembatalan pada menit-menit terakhir itu menguatkan kekhawatiran tentang kondisi pemimpin tertinggi umat Katolik tersebut.
Pembatalan terjadi saat acara akan dimulai, tepatnya pada Jumat (29/3/2024) pukul 21.10 waktu setempat atau hanya lima menit sebelum prosesi dimulai. Vatikan mengumumkan bahwa Paus akan memimpin acara tersebut dari kediamannya di Casa Santa Marta di Vatikan, Roma.
”Untuk menjaga kesehatannya menjelang misa besok dan misa pada Minggu Paskah, Paus Fransiskus akan mengikuti Jalan Salib di Koloseum malam ini dari Casa Santa Marta,” demikian pernyataan dari kantor pers Vatikan, seperti dikutip Vatican News.
Meskipun tak hadir langsung, Paus tetap memimpin salah satu prosesi sakral dalam rangkaian Paskah Gereja Katolik itu dari kediamannya. ”Kami sekarang bersama-Mu. Kami ingin menghabiskannya dalam kedekatan bersama-Mu. Dalam perjalanan dari Getsemani ke Golgota, Engkau tidak pernah berhenti berdoa,” demikian Paus mengawali refleksinya dengan ajakan untuk merefleksikan pentingnya doa, khususnya pada Tahun Doa menjelang Yubileum 2025.
Dalam renungannya, Paus mengakui sulitnya hidup berdoa di tengah pergumulan dan kesulitan hidup. Doa, katanya, adalah kepercayaan dan persembahan ketika umat manusia berusaha untuk mendekat kepada Tuhan dalam keintiman dan dialog.
Prosesi Jalan Salib tersebut merupakan rangkaian ibadah panjang yang mereka ulang adegan Penyaliban Yesus dengan 14 perhentian. Selain memimpin ibadah, Paus juga direncanakan menyusun renungan yang dibacakan di setiap perhentian itu.
Sangat mendadak
Pembatalan itu tampak diputuskan sangat mendadak. Sebelum acara, kursi Paus sudah ditempatkan di peron di luar Koloseum tempat dia akan memimpin upacara.
Asisten dekatnya, Monsignor Leonardo Sapienza, juga sudah terlihat di lokasi dan memindahkan layar televisi di sekitar panggung agar Paus dapat melihat dengan lebih baik apa yang terjadi di dalam Koloseum. Saat Telegram Kantor Pers Vatikan mengumumkan Paus tidak akan hadir, kursi itu diambil.
Sejumlah peziarah yang hadir mengaku prihatin atas pembatalan kehadiran Paus berusia 87 tahun itu. Sekitar 25.000 peziarah memadati area tersebut untuk mengikuti prosesi penyalaan obor sebelum prosesi. Meski demikian, mereka mengaku dapat memahami alasannya.
”Tentu saja hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi orang-orang yang ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja, tetapi pasti ada alasan atas keputusan itu,” kata Marlene Steuber dari Kosta Rika.
Brian Hopp dari Chicago memahami Paus mengalami masalah kesehatan tahun ini. ”Saya yakin ini bukan keputusan yang diambil dengan mudah. Saya pikir banyak hal yang dipertimbangkan dan mungkin memprioritaskan kesehatannya untuk Paskah, yang menurut saya merupakan hal yang sangat bertanggung jawab untuk dilakukan,” katanya.
Pengumuman yang mendadak itu mengingatkan kejadian saat Paus tiba-tiba batal membacakan homili (khotbah di tengah misa) saat ia memimpin misa Minggu Palma pekan lalu. Saat itu, Vatikan telah mengumumkan bahwa Paus akan memberikan homili dan telah membagikan naskahnya kepada jurnalis.
Namun, saat ajudannya memberinya kacamata untuk membaca, Paus menyatakan bahwa dia tidak akan membaca naskah homili itu. Sesi homili itu kemudian digantikan dengan momen doa hening.
Berbeda dengan tahun lalu, pembatalan kehadiran Paus di Jalan Salib di Koloseum Roma tahun ini diumumkan secara tiba-tiba. Pada 2023, Paus memang tak dijadwalkan mengikuti acara ibadah itu karena sedang berada dalam masa pemulihan dari bronkitis. Sementara saat itu, acara digelar dalam cuaca sangat dingin.
Pengumuman yang mendadak ini mengingatkan kejadian saat Paus tiba-tiba batal membacakan homili (khotbah di tengah misa) saat ia memimpin misa Minggu Palma pekan lalu.
Hari sebelumnya, Paus memimpin liturgi Jumat Agung di Basilika Santo Petrus. Ia terlihat sehat meskipun tetap duduk di sebagian besar acara. Dibandingkan dengan prosesi Jalan Salib, liturgi Jumat Agung tak terlalu melelahkan dan tak banyak mengharuskan Paus berbicara.
Pada Kamis, ia memimpin ritual cuci kaki pada Kamis Putih di penjara perempuan di pinggiran kota Roma. Kendati dari kursi roda, Paus Fransiskus tampak kuat dan banyak berinteraksi dengan para narapidana. Ia bahkan memberikan telur paskah coklat berukuran besar kepada putra seorang umat perempuan di sana.
Pada hari Sabtu, Paus dijadwalkan memimpin tirakat (Vigili) Malam Paskah yang berlangsung semalam suntuk di Gereja Santo Petrus. Tirakat semalaman itu merupakan salah satu acara paling khusyuk dalam kalender liturgi Gereja Katolik.
Ia juga dijadwalkan memimpin Misa Minggu Paskah di piazza dan menyampaikan pidato Urbi et Orbi (Kepada Kota dan Dunia) yang merangkum krisis global dan ancaman terhadap kemanusiaan.
Kesehatan Paus
Paus Fransiskus dikabarkan menderita sejumlah masalah pernapasan, seperti flu, bronkitis, atau sejenis pilek sepanjang musim dingin. Di usia mudanya, salah satu paru-parunya diangkat. Selama beberapa pekan terakhir, ia berulang kali meminta ajudannya untuk membacakan pidato dan terdengar bernapas berat.
Selain masalah pernapasan, sebagian usus besarnya diangkat pada tahun 2021. Ia menjalani perawatan di rumah sakit dua kali pada tahun lalu. Salah satunya untuk menghilangkan jaringan parut usus dari operasi sebelumnya guna mengatasi divertikulosis atau tonjolan di dinding ususnya.
Paus telah menggunakan kursi roda dan tongkat selama lebih dari setahun karena ligamen lututnya rusak. Kendati demikian, dalam memoarnya yang baru-baru ini diterbitkan, Life: My Story Through History, Paus mengatakan bahwa ia tidak menderita masalah kesehatan apa pun yang mengharuskannya mengundurkan diri. Ia juga menyatakan masih memiliki banyak proyek yang harus diselesaikan. (AP)