Air Limbah untuk Pemanas? Vienna Mencoba Menjawabnya
Vienna mencari alternatif sumber energi. Air limbah yang diekstrak menghasilkan panas untuk kebutuhan warga kota.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
Di negara-negara dengan empat musim, kebutuhan pemanas ruangan menjadi begitu penting saat musim dingin tiba. Pemanas bisa bersumber dari peralatan bertenaga listrik, bisa juga bertenaga gas.
Namun, pemanas bertenaga gas menimbulkan ketergantungan pada negara-negara penghasil gas. Belum lagi negara-negara konsumen bahan bakar fosil itu mesti berkutat dengan emisi karbon.
Kota Vienna, Austria, ingin mengurangi ketergantungan pada Rusia akan gas, juga emisi karbon. Bagaimana caranya? Vienna melalui perusahaan pemasok energi terbesarnya, Wien Energie, mulai memanfaatkan air limbah pabrik ataupun rumah tangga untuk menghasilkan panas yang diperlukan warga kota.
Air limbah yang selama ini tidak diperhatikan disebut-sebut sebagai sumber panas terbarukan yang menjanjikan. ”Sangat jelas, kita harus merestrukturisasi sistem energi kita agar tidak bergantung pada bahan bakar fosil atau bergantung pada negara-negara tertentu,” kata Manajer Wien Energie Linda Kirchberger, Rabu (27/3/2024).
Air limbah yang berasal dari rumah tangga atau pabrik diolah terlebih dulu sebelum disalurkan dengan pipa-pipa ke pompa panas. Vienna mengalokasikan dana hingga 70 juta euro untuk investasi tahap pertama pompa panas tersebut.
Mengutip dari situs Araner, perusahaan penyedia teknologi pompa panas, air limbah ketika dibuang ke saluran pembuangan bersuhu 25-30 derajat celsius. Ketika air limbah sudah mencapai titik pengolahan limbah, suhu turun menjadi 10-12 derajat celsius.
Hal yang menarik adalah sebuah media baru, sumber energi baru, kini dikembangkan dalam bentuk air limbah yang selalu berada tepat di bawah kaki kita.
Suhu panas yang terkandung dalam limbah perkotaan itu dapat dimanfaatkan kembali. Caranya dengan menangkap dan memanfaatkan energi panas di dalamnya. Panas ditangkap melalui proses ekstraksi di pompa panas.
Panas yang diekstraksi kemudian disalurkan ke pelanggan Wien Energie dalam bentuk air panas melalui jaringan pipa yang luas. Jaringan itu panjangnya 1.300 kilometer, terbesar ketiga di Eropa.
Saat ini Wien Energie sudah bisa mendistribusikan panas ke 56.000 pelanggan rumah tangga. Perusahaan itu berencana memperbesar kapasitasnya menjadi 112.000 rumah tangga pada 2027.
”Teknologi (untuk mengekstraksi panas) itu bukanlah sesuatu yang baru. Hal yang menarik adalah sebuah media baru, sumber energi baru, kini dikembangkan dalam bentuk air limbah yang selalu berada tepat di bawah kaki kita di kota-kota kita,” kata Florian Kretschmer, pakar pada Universitas Sumber Daya Alam dan Ilmu Hayati (BOKU) di Vienna.
Selain Vienna, kata Kretschmer, kota-kota di Skandinavia dan Swiss sudah mengekstrak panas dari air limbah. Sistem itu juga berkembang di banyak kota seperti di Hamburg, Jerman.
Menurut Kretschmer, Uni Eropa (UE) telah mendorong pemanfaatan energi dari air limbah pada 2018. Tepatnya ketika blok tersebut mengakui air limbah sebagai sumber energi terbarukan.
”Ketika UE bergerak untuk melaksanakan janjinya melipatgandakan efisiensi energi, mengganti bahan bakar fosil yang tidak efisien dengan solusi seperti pompa panas menjadi hal yang sangat penting,” kata Lars Nitter Havro, analis senior di Rystad Energy.
Meski gerakan mengganti bahan bakar fosil sudah terjadi, Havro menyebut, separuh rumah tangga di UE masih menggunakan bahan bakar fosil.
Rusia adalah pemasok gas utama UE. Namun, sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, harga energi meroket. Eropa lantas berupaya mendiversifikasi sumber energinya.
Austria yang terletak di tengah daratan Eropa masih sangat bergantung pada gas Rusia. Proyek seperti pompa panas Vienna bisa menjadi alternatif. ”Tujuannya agar kita benar-benar mandiri, menawarkan pasokan (energi) yang aman kepada Vienna, juga stabilitas harga,” kata Kirchberger dari Wien Energie. (AFP)