Israel menyatakan tidak akan menghentikan perang meskipun PBB telah menyerukan gencatan senjata.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
NEW YORK, SELASA — Israel menyatakan tidak terikat kewajiban moral untuk menghentikan perang jika Hamas belum melepaskan sandera. Pernyataan itu dikeluarkan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menanggapi seruan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyetujui gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas di Gaza.
Resolusi gencatan senjata di Gaza disetujui DK PBB dalam pemungutan suara pada sidang di Markas Besar PBB di New York, AS, Senin (25/3/2024). Resolusi itu bisa diadopsi setelah AS abstain dalam pemungutan suara.
Selain menyerukan gencatan senjata secepatnya, resolusi itu juga mencakup seruan pembebasan sandera warga Israel tanpa syarat dan percepatan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Berdasarkan Piagam PBB, resolusi itu secara hukum mengikat untuk dipatuhi 193 negara anggota.
Pemungutan suara terhadap resolusi gencatan senjata berlangsung saat Gallant tengah berada di Washington, AS, untuk membahas situasi perang di Gaza. Menanggapi seruan PBB tersebut, ia menegaskan, perang akan tetap berlangsung.
”Kami tidak terikat kewajiban moral untuk menghentikan perang jika masih ada (warga Israel) yang disandera di Gaza,” kata Gallant pada Senin malam waktu setempat atau Selasa (26/3/2024) waktu Indonesia.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut AS telah melangkah mundur dalam posisi prinsip dengan membiarkan resolusi gencatan senjata tanpa syarat disetujui. Israel ingin gencatan senjata diberlakukan dengan syarat pembebasan sandera di Gaza.
Kekecewaan Israel terhadap sikap sekutunya di PBB itu ditunjukkan dengan membatalkan kunjungan delegasi Israel ke Washington. Itu merupakan perselisihan publik terpanas kedua negara sejak perang di Gaza pecah.
Juru Bicara Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, Pemerintah AS bingung dengan langkah yang diambil Netanyahu. Menurut dia, Israel telah menciptakan kegaduhan yang sebenarnya tidak perlu.
Kirby dan Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menyatakan, AS memilih abstain karena dalam resolusi PBB tidak ada seruan untuk mengecam keras Hamas. AS memilih abstain daripada veto karena menilai resolusi itu sedikit banyak mencerminkan pandangan Pemerintah AS untuk menyerukan gencatan senjata segera dan pembebasan sandera yang dilakukan bersamaan.
Kami tidak terikat kewajiban moral untuk menghentikan perang jika masih ada (warga Israel) yang disandera di Gaza.
Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengatakan kepada DK PBB bahwa resolusi itu merupakan titik balik yang akan menyelamatkan nyawa banyak orang. Ia juga berharap resolusi itu akan mengakhiri kekejaman terhadap warga Gaza.
Adapun Hamas menyambut baik resolusi DK PBB dan menyatakan siap melakukan negosiasi pertukaran sandera dan tahanan Israel. Hamas menyebut, gencatan senjata perlu diterapkan secara permanen.
Perang masih berkobar
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, pada 25 Maret, sebanyak 107 orang terbunuh akibat 50 kali serangan udara Israel di Gaza. Angkatan bersenjata Israel juga menyatakan, pesawat tempur dan helikopter perang mereka telah menghancurkan sekitar 50 target.
Pasukan dan tank Israel selama berminggu-minggu mengepung Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza. Baru-baru ini pasukan Israel juga bergerak untuk mengepung RS Al-Amal di Khan Younis di Gaza bagian selatan.
Militer Israel menyebut, serangan itu untuk menggempur kelompok Hamas. Mereka mengklaim telah membunuh 500 anggota Hamas di Al-Shifa dan 20 anggota lain di RS Al-Amal. Selain itu, mereka menyebut menemukan bahan peledak, roket granat, dan senjata lain.
Warga Palestina yang tinggal di sekitar Al-Shifa menyebut situasi saat ini seperti di neraka, mayat-mayat bergelimpangan di tengah jalan dan orang-orang ditelanjangi untuk diinterogasi. Hal itu mengundang kecaman internasional.
Dalam kunjungannya ke Timur Tengah, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta agar mimpi buruk di Gaza segera dihentikan. Perang Israel-Hamas telah membuat 2,4 juta warga Gaza terjebak di medan pertempuran dan dilanda kelaparan. (AP/AFP)