Amankan Pasokan Listrik untuk Industri, Vietnam Pacu Impor Batubara
Vietnam ingin meyakinkan investor asing bahwa pabrik-pabrik di negara itu tak akan mengalami kekurangan pasokan listrik.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
HANOI, SELASA - Vietnam mengimpor lebih banyak batubara tahun ini untuk mengamankan produksi listrik. Langkah ini diambil Vietnam setelah mendapatkan banyak tekanan dari investor asing yang beroperasi di negara itu supaya ada jaminan pasokan listrik bagi pabrik-pabrik dan industri.
Data Bea Cukai Vietnam, Selasa (26/3/2024), memperlihatkan bahwa pada periode Januari hingga 15 Maret 2024 impor batubara Vietnam meningkat hampir dua kali lipat, yakni naik 88 persen, dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Merujuk pada data tersebut, sebagian besar impor batubara Vietnam berasal dari Australia dan Indonesia. Pada periode Januari-Februari 2024, produksi tambang dalam negeri Vietnam juga meningkat sebesar 3,3 persen. Produksi dalam negeri itu biasanya memenuhi sekitar setengah dari permintaan di seluruh Vietnam.
Kombinasi pasokan dari impor dan produksi domestik membuat rata-rata stok batubara Vietnam pada Januari-Februari 2024 lebih banyak 8 juta metrik ton per bulan. Dibandingkan rata-rata bulanan selama dua tahun terakhir, pasokan itu hampir 9 persen lebih tinggi.
Data Bea Cukai Vietnam menyebutkan, volume impor batubara yang meningkat itu seiring dengan upaya Pemerintah Vietnam untuk meyakinkan investor asing bahwa pabrik-pabrik di negara itu tidak akan mengalami kekurangan pasokan listrik seperti yang terjadi pada tahun 2023.
Media The Guardian, 26 Mei 2023, melaporkan bahwa Vietnam dilanda gelombang suhu panas dan kekeringan sebagai dampak dari El Nino. Hal itu mengakibatkan volume air pada waduk-waduk yang menjadi sumber penggerak pembangkit listrik di Vietnam berkurang. Dampaknya, pasokan listrik secara nasional, baik untuk permukiman maupun untuk industri, berkurang.
Pemadaman listrik pun terjadi. Di sentra industri, pengelola industri harus menambah pasokan listrik dengan mengoperasikan genset.
Vietnam selama ini dikenal sebagai negara tujuan perusahaan-perusahaan multinasional, seperti Samsung Electronics dari Korea Selatan, Foxconn dari Taiwan, dan Canon dari Jepang, untuk mendirikan pabrik-pabriknya dan berproduksi.
Vietnam menghadapi tekanan yang semakin besar setelah tahun 2023 negara tersebut tidak dapat menjamin pasokan listrik selama gelombang panas terjadi pada musim panas. Beberapa pabrik terpaksa menghentikan sementara produksinya.
Dalam pertemuan antara Perdana Menteri Pham Minh Chinh dan investor asing, pekan lalu, Chinh berjanji tidak akan ada lagi kekurangan listrik yang tak terprediksi di Vietnam. Dua pejabat asing yang hadir, yang tak mau disebut identitasnya, mengatakan komitmen Chinh itu meyakinkan. Akan tetapi, langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut belum jelas.
Phan Xuan Dung, peneliti Vietnam pada lembaga kajian ISEAS di Singapura, mengatakan bahwa terbatasnya kapasitas Vietnam dalam menggunakan energi terbarukan dan komitmen untuk menghindari pemadaman listrik baru telah mendorong Vietnam untuk mengimpor lebih banyak batubara.
Komitmen untuk menjaga pasokan listrik juga memaksa pembangkit-pembangkit listrik tenaga batubara kembali berproduksi secara penuh di Vietnam. Menurut operator jaringan listrik Vietnam, Senin (25/3/2024), pembangkit listrik tenaga batubara menyumbang sekitar 60 persen dari total produksi listrik Vietnam.
Seorang pedagang di Vietnam memperkirakan, impor batubara diproyeksikan meningkat lebih lanjut pada paruh kedua tahun ini. Proyeksi itu seiring dengan perkiraan bahwa produsen baja dan industri padat energi lainnya akan meningkatkan produksinya. (REUTERS)