Tersangka Teror Moskwa Jalani Persidangan Awal
Keempat pelaku terancam hukuman penjara seumur hidup, bahkan hukuman mati. Tiga dari empat pelaku mengaku bersalah.
MOSKWA, SENIN — Empat tersangka penembakan di Balai Kota Crocus, Moskwa, Rusia, Minggu (24/3/2024) malam waktu setempat, menjalani persidangan awal di Pengadilan Distrik Basmanny. Mereka akan melakoni masa tahanan awal hingga 22 Mei dan bisa diperpanjang hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Sebanyak tujuh orang lainnya juga ditahan oleh aparat keamanan, tetapi belum ditampilkan ke publik. Mereka dicurigai terlibat dalam serangan di balai kota tersebut.
Baca juga: Serangan Berdarah atas Konser di Dekat Moskwa, Sedikitnya 60 Orang Tewas
Menurut informasi yang disebarluaskan oleh pengadilan melalui layanan pesan singkat Telegram, keempat pelaku penembakan adalah Dalerdzhon Mirzoyev, Saidakrami Murodali Rachabalizoda, Shamsidin Fariduni, dan Muhammadsobir Fayzov. Mereka diketahui berkewarganegaraan Tajikistan. Mirzoyev, Rachabalizoda, dan Fariduni mengaku bersalah.
Keempat pelaku terancam dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, bahkan hukuman mati. Hal ini diutarakan Wakil Deputi Komite Keamanan Duma (Parlemen Rusia) Yury Afonin. ”Sangat penting mengembalikan hukuman mati jika kejahatan yang dilakukan adalah terorisme,” katanya, dikutip dari laman Moscow Times.
Juru bicara Duma, Vyacheslav Volodin, juga mengungkapkan dukungannya. ”Para pelaku teror hanya memahami soal balas dendam. Kematian harus dibalas dengan kematian,” katanya.
Dilansir Moscow Times, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon membantah keterlibatan warga negaranya dalam teror yang menewaskan ratusan orang di Moskwa. ”Teroris tidak memiliki kewarganegaraan, tidak punya tanah air, dan tidak memiliki agama,” katanya.
Baca juga: Rusia Tuding Ukraina Terlibat Serangan di Dekat Moskwa, Korban Tewas Jadi 133 Orang
Rahmon sudah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyatakan berdukacita atas penembakan tersebut.
Kementerian Dalam Negeri Tajikistan telah mengeluarkan informasi bahwa identitas yang digunakan para terduga palsu. Kementerian Luar Negeri Tajikistan menyebut, dua nama yang digunakan terduga pelaku tengah berada di Tajikistan ketika kejadian berlangsung.
Menanti kabar
Keluarga dan para kerabat masih menanti kepastian mengenai para korban yang belum jelas kabarnya. Tim penyelamat masih terus mencari korban di lokasi kejadian.
Igor Pogadaev, salah satu warga, terus mencari kabar mengenai keberadaan istrinya, Yana Pogadaeva, yang menonton konser saat penembakan terjadi. Beberapa saat sebelum serangan, istrinya mengirim dua foto dari lokasi kejadian. Pogadaev bergegas menuju lokasi tak lama setelah berita mengenai penembakan itu tersebar.
”Saya berkeliling, mencari, bertanya kepada semua orang. Saya tunjukkan foto-fotonya. Tidak ada yang melihat apa pun, tidak ada yang bisa mengatakan apa pun,” kata Pogadaev kepada kantor berita Associated Press.
Dia menyaksikan api membesar dari gedung Balai Kota Crocus. Dia menelepon nomor hotline keluarga korban dengan panik, tetapi tidak mendapatkan informasi.
Baca juga: Klaim AS Tahu Rencana Serangan di Dekat Moskwa Picu Kecurigaan Rusia
Dia juga telah mendatangi sejumlah rumah sakit di Moskwa, mencari informasi tentang pasien baru. Akan tetapi, istrinya tidak termasuk di antara 182 orang yang dilaporkan terluka, juga tidak termasuk dalam daftar 60 korban yang telah diidentifikasi pihak berwenang.
Departemen Kesehatan Moskwa mulai mengidentifikasi jenazah para korban dengan menggunakan tes DNA. Hasilnya baru bisa diketahui setidaknya dua pekan mendatang.
NIIS atau bukan
Meski sudah ada klaim kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang melancarkan penembakan tersebut, Presiden Putin sama sekali tidak menyinggung kelompok tersebut saat berpidato pada Sabtu (24/3/2024) malam. Putin malah menghubungkan kejadian itu dengan Ukraina.
Amerika Serikat menilainya sebagai kesalahan. ”NIIS bertanggung jawab penuh atas serangan ini. Tidak ada keterlibatan Ukraina sama sekali,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson dalam pernyataan.
Watson menyebut, mereka berbagi informasi dengan Rusia pada awal Maret tentang rencana serangan teroris di Moskwa. AS juga mengeluarkan peringatan publik kepada warganya di Rusia.
Kelompok NIIS, Sabtu, mengunggah pernyataan di Telegram dan menyebut serangan itu dilakukan oleh empat anggota NIIS menggunakan senapan mesin, pistol, pisau, dan bom api sebagai bagian dari upaya mereka melawan negara-negara yang memerangi Islam. Berdasarkan keterangan kelompok intelijen SITE, sebuah rekaman video berdurasi sekitar 1,5 menit, diunggah di akun media sosial yang biasanya digunakan NIIS.
Baca juga: Cikal Bakal NIIS di Rusia, Mengapa Mereka Serang Jantung Pemerintahan Putin?
Video itu tampaknya direkam dari lobi gedung konser. Terlihat beberapa orang dengan wajah kabur dan suara kacau menembakkan senapan serbu ke berbagai arah, mengakibatkan korban berjatuhan.
Kelompok NIIS mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan di wilayah Kaukasus dan wilayah lain dalam beberapa tahun terakhir. Mereka beroperasi terutama di Suriah dan Irak serta di Afghanistan dan Afrika. NIIS juga merekrut anggota dari Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya.
Pernyataan Watson dan AS mengenai keterlibatan NIIS malah membuat Rusia curiga. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, dikutip dari laman TASS, menyebut, AS tampaknya tengah mencoba menyelamatkan Ukraina dengan menyebut pelaku teror di Moskwa adalah kelompok NIIS untuk menutup-nutupi keterlibatan Ukraina.
Potensi gangguan keamanan yang diduga dilakukan NIIS membuat Pemerintah Perancis siaga. Perdana Menteri Perancis Gabriel Attal, Minggu, mengumumkan rencana peningkatan keamanan setelah Presiden Emmanuel Macron mengadakan pertemuan darurat pascaserangan di Moskwa.
Perancis berulang kali mendapatkan serangan dari NIIS, termasuk serangan di Teater Bataclan pada 2015. Pasukan Perancis juga berperang melawan kelompok ekstremis di Timur Tengah dan Afrika.
Perancis sudah menerapkan kewaspadaan keamanan tinggi menjelang Olimpiade dan Paralimpiade Paris tahun ini, yang diperkirakan akan menarik jutaan pengunjung ke negara tersebut. Upacara pembukaan pada 26 Juli akan menjadi perhatian utama aparat keamanan Perancis. (AP/AFP)