Harmoni Alam di Perdesaan Melbourne
Mornington Peninsula membuktikan, menjaga harmoni alam dan mengembangkan keunikan dapat menggerakkan ekonomi warga.
Kawasan Mornington Peninsula, perdesaan di selatan kota Melbourne, Australia, dihidupi oleh satu semangat yang sama: kesadaran untuk bergerak bersama harmoni alam. Ekonomi mereka pun tumbuh bersama harmoni tersebut. Selain dari hasil bumi untuk warga lokal, pesona alam yang dijaga lestari menarik pelancong dari seluruh penjuru dunia.
Mornington Peninsula berjarak sekitar satu jam perjalanan dengan mobil dari pusat kota Melbourne. Rute ke tempat itu melalui jalan berliku di antara hutan-hutan semak dan pinggir pantai. Sekilas, tak terlihat kehidupan di kawasan tersebut. Sebagian besar perumahan dan permukiman Mornington Peninsula tersembunyi di semak-semak yang terkesan liar.
Meskipun akhir pekan pada Sabtu (2/3/2024), jalanan menuju kawasan itu sepi tanpa kemacetan. Jalan menuju Mornington Peninsula dari Melbourne ini mengingatkan perjalanan dari Jakarta ke Puncak, tetapi tanpa kemacetan yang membuat perjalanan melepas stres justru menjadi sumber stres baru.
Di balik semak-semak itu, sejumlah usaha pertanian berbasis alam bersemi. Dari peternakan lebah, usaha pembuatan minuman anggur, pembuatan minyak zaitun, hingga pertanian stroberi mengusung semangat kesadaran alam. Pesona ”hijau” di kawasan pantai selatan Australia itu ternyata juga menggiurkan dari sisi bisnis turisme.
”Peternakan lebah kami dari awal sampai sekarang berdasarkan pada prinsip kelestarian alam,” kata John Winkles, pemilik Pure Peninsula Honey, salah satu usaha madu di peternakannya di Mornington Peninsula, Sabtu.
Baca juga: Wisata Historis Pangkalan Udara Tersembunyi Zeljava di Kroasia
Peternakan lebah Pure Peninsula Honey itu berawal dari dua sarang lebah liar yang dia temukan lebih dari 30 tahun lalu. Ia merawat sarang lebah itu dan akhirnya memindahkannya ke kotak sarang.
Dengan modal dua ratu lebah liar, sekarang Winkles memiliki usaha rumahan dengan 30 jenis produk madu manukka serta turunannya berupa permen, lilin lebah, dan kosmetik dari pelembab wajah hingga pelembab bibir berbahan dasar madu.
Jenis madu andalannya adalah madu manukka yang ia jual seharga Rp 650.000 dalam gelas kaca ukuran 250 gram. Beragam madu olahan yang dia sediakan berbahan organik, seperti madu jahe, madu lemon, dan madu kayu manis.
Peternakan lebah kami dari awal sampai sekarang berdasarkan pada prinsip kelestarian alam.
Manukka merupakan jenis tanaman semak-semak yang banyak tumbuh di Negara Bagian Victoria, Australia. Salah satu jenisnya adalah pohon kayu putih.
Pengunjung bisa mencicipi beragam madu itu sebelum memutuskan membeli. Di sana, Winkles dan istrinya, Felicity, juga memajang satu sarang lebah yang dikelilingi kotak kaca sehingga pengunjung bisa melihat aktivitas lebah di dalamnya.
Pada siang di awal musim gugur itu, peternakan Winkles ramai oleh penduduk lokal yang sudah biasa membeli produknya. ”Warga di sini percaya khasiat madu manukka ini untuk obat dan nutrisi. Jika mereka terluka, madu ini dioleskan ke luka agar cepat sembuh karena mengandung antibiotik alami,” kata Felicity.
Dengan berpegang pada prinsip harmoni alam, Winkles melakoni hidupnya mengikuti rotasi bunga. Setiap hari kecuali musim dingin, Winkles akan berburu bunga. Dengan truk trailer, Winkles mengangkut sarang-sarang lebah ke lokasi yang sedang banyak bunganya agar lebah-lebahnya bisa mengumpulkan madu. Ia biasa pergi bersama belasan peternak lebah lain di kawasan itu.
Baca juga: Australia-Selandia Baru Buka Perjalanan Udara Bebas Karantina
Cara ini memang merepotkan dan membuat Winkles jarang di rumah. Namun, lanjutnya, dengan cara ini mereka menghasilkan madu asli kualitas tinggi karena tak menggunakan bahan buatan apa pun. Peran para peternak lebah ini juga penting bagi kelestarian alam dan para petani di Victoria. Sebab, lebah-lebah mereka membantu menyerbuki tanaman buah, sayuran, dan benih.
Beragam penelitian mengungkap, dunia tengah mengalami krisis lebah karena jumlahnya yang terus menurun. Padahal, peran lebah sangat penting untuk menghasilkan 30 persen pangan dunia.
Menurut The City Journal, populasi lebah madu Australia telah menurun akibat perubahan iklim, penyakit, dan pestisida. Antara tahun 2006 dan 2016, Australia kehilangan lebih dari 100.000 sarang lebah madu komersial, yang berarti lebih dari 20 persen sarang lebah penghasil madu hilang dalam satu dekade.
Petani muda
Selain peternakan lebah, terdapat pertanian organik Torello Farm di Mornington Peninsula. Saat ini, pertanian itu mengusung misi melawan fenomena komunitas petani yang menua karena semakin sedikit generasi muda yang bertani.
Mark Brancatisano dan Sophie O’neil, pemilik Torello Farm, membuat kerja sama dengan para petani muda di sana. ”Kami membagi lahan dengan anak-anak muda di sini yang mau bertani. Selama ini, generasi muda di sini bukannya tidak mau bertani, melainkan kesulitan akses lahan karena harganya terlalu mahal,” kata Brancatisano.
Lahan mereka seluas sekitar 200 hektar di kawasan Tuerong dibagi pemanfaatannya bersama para petani muda berusia 18-30 tahun. Untuk musim gugur kali ini, William Guymer (18), salah satu petani muda yang ikut dalam kerja sama, menanam labu dan kol yang dikelilingi tanaman bunga seperti lavender dan beragam jenis marigold.
”Bebungaan ini penting agar serangga yang menguntungkan datang ke sini,” kata Claire Barnes (32), manajer kebun yang memandu para petani muda di sana dan memiliki gelar S-2 di bidang pertanian.
Selain wisata pertanian, kawasan Mornington Peninsula ibarat oasis untuk melepas penat warga Melbourne. Di tengah alam yang hijau, beberapa tempat menyediakan aktivitas melepas ketegangan. Salah satunya, Green Olive at Red Hill, sebuah pertanian anggur, lemon, dan zaitun di kawasan perbukitan yang memadukan wisata kebun dan restoran.
Restoran yang menyediakan hidangan Mediterania itu hanya menggunakan hasil bumi lokal demi mengurangi jejak karbon. Pada akhir pekan itu, puluhan warga Melbourne menggelar alas di padang rumput seraya menikmati santap siang.
Anak-anak mereka berlarian sembari menggoda bebek liar dan unggas yang berkeliaran. ”Di sini juga banyak kanguru dan koala karena ada lahan yang kami biarkan liar,” kata salah satu pegawai Green Olive at Red Hill.
Baca juga: Desa Wisata Dipromosikan Menjadi Ikon Baru
Terdapat juga kebun stroberi Rocky Creek yang menyediakan wisata petik buah. Perkebunan yang sudah diturunkan ke generasi keempat itu menjanjikan rasa stroberi yang sama seperti 50 tahun lalu. ”Sekarang ini banyak stroberi, tapi rasanya sudah berubah, tidak seenak dulu,” ucap petani stroberi generasi ketiga yang sekarang mengelola Rocky Creek, Mick Geelaise.
Saat dibandingkan dengan stroberi ”modern” di supermarket di Melbourne, rasa stroberi Rocky Creek lebih tajam dan lebih segar. Sebagian besar stroberi yang dipasarkan terasa hambar karena ditanam secara nonorganik, baik secara hidroponik maupun dengan pupuk kimia. ”Kami menjaga tanah kami karena stroberi tidak akan mau tumbuh baik apabila tanahnya tidak subur,” ujar Geelaise.
Kesederhanaan kebun Rocky Creek begitu kontras dengan PT Leo Estate. Restoran bintang empat ini memadukan wisata pertanian, pembuatan minuman anggur, dan karya seni. Berdiri di punggung perbukitan di tepi pantai, PT Leo Estate mempunyai Taman Seni Rupa seluas 330 hektar yang berisi setidaknya 60 karya seni dari seniman terkemuka dunia.
Karya seniman kontemporer Brian Donnely alias KAWS amat mudah dikenali sangat mirip dengan yang pernah dipasang di kawasan Candi Prambanan, Jawa Tengah. Karya itu tergeletak membelakangi pantai bersama karya-karya seni rupa seniman nyentrik Jepang, Yayoi Kusama, dan seniman-seniman dunia lain.
Sebut saja karya George Rickey, Tony Cragg, Inge King, Boaz Vaadia, Tomokazu Matsuyama, Barry Flanagan, Julian Opie, Bruce Armstrong, dan Lenton Parr yang ditata di ruang terbuka dengan latar belakang lautan luas. Satu paket makan malam di PT Leo Estate dibanderol 165 dollar Australia (Rp 1,7 juta) per orang.
Dengan berbagai keunikan, para petani dan pengelola wisata Mornington Peninsula tetap mengukuhi bergerak bersama harmoni alam. Mereka membuktikan menjaga alam pun menggerakkan ekonomi warga.