Rumah Bersejarah Suu Kyi Dilelang, Tak Ada yang Mau Membeli
Rumah dua lantai itu pernah menjadi tempat tinggal Suu Kyi saat menjalani tahanan rumah selama 15 tahun.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
Rumah bersejarah milik keluarga mantan pemimpin MyanmarAung San Suu Kyi dilelang seharga 150 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,36 triliun. Tak ada satu pun pembeli yang mengajukan penawaran.
Vila bergaya kolonial itu terletak di tepi Danau Inye, Yangon. Rumah dua lantai itu pernah menjadi tempat tinggal Suu Kyi saat menjalani tahanan rumah selama 15 tahun.
Properti seluas 7.800 meter persegi itu awalnya dimiliki ayah Suu Kyi, Aung San, yang merupakan perintis kemerdekaan Myanmar. Setelah Aung San dibunuh pada 1947, rumah itu diberikan pemerintah kepada istrinya, Khin Yi, yang meninggal pada 1988.
Proses lelang rumah bersejarah Suu Kyi dilaksanakan pada Rabu (20/3/2024). Lelang itu merupakan hasil dari putusan Pengadilan Negeri Yangon atas sengketa kepemilikan antara Suu Kyi dan kakak laki-lakinya, Aung San Oo.
San Oo ingin menjual properti itu dan meminta setengah bagian dari hasil penjualan. Awalnya, tuntutan yang diajukan San Oo pada tahun 2000 ditolak pengadilan.
Lima belas tahun kemudian, San Oo mengajukan lagi tuntutan yang sama. Pengadilan Negeri Yangon Barat kemudian memutuskan agar kepemilikan properti itu dibagi dua secara rata untuk Suu Kyi dan San Oo.
San Oo tidak puas dan berulang kali mengajukan banding agar rumah itu bisa segera diuangkan. Mahkamah Agung akhirnya mengabulkan tuntutan San Oo untuk melelang rumah itu pada Agustus 2022.
Rumah bersejarah
Pada 1988, popularitas Suu Kyi melejit setelah dia memimpin demonstrasi besar untuk memprotes kekuasaan junta militer Myanmar pada 1988. Ia dijebloskan menjadi tahanan rumah pada 1989, satu tahun sebelum pemilu.
Partai yang dipimpin Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), memenangi pemilu 1990, tetapi militer menghalangi mereka untuk berkuasa. Suu Kyi kemudian ditetapkan menjadi tahanan rumah dan sejak itu tinggal di vila warisan orangtuanya di tepi Danau Inye.
Setelah bebas dari tahanan rumah pada 2010, Suu Kyi tetap tinggal di vila tepi danau itu. Di sana ia sering menerima kunjungan para jurnalis dan diplomat.
Suu Kyi terpisah dari suami dan anaknya yang saat itu berada di Inggris. Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan hanya berteman seorang asisten rumah tangga. Ia membunuh waktu dengan bermain piano, membaca cerita detektif, dan bermeditasi.
Meskipun junta berusaha mengasingkan Suu Kyi, kepopulerannya di mata masyarakat tidak meredup. Ratusan orang terus berkumpul di depan rumah Suu Kyi untuk mendengarkan pidatonya tentang demokrasi dan gagasannya soal gerakan tanpa kekerasan untuk melawan militer.
Setelah bebas dari tahanan rumah pada 2010, Suu Kyi tetap tinggal di vila tepi danau itu. Di sana ia sering menerima kunjungan para jurnalis dan diplomat. Sejumlah pemimpin dunia waktu itu seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon juga pernah berkunjung ke sana. Obama bahkan menyebut rumah itu sebagai ikon demokrasi.
Suu Kyi meninggalkan rumah di Yangon tersebut pada 2012 setelah partai NLD memenangi pemilu. Ia pindah ke ibu kota Myanmar di Naypyidaw untuk mengatur pemerintahan negara.
Namun, Suu Kyi akhirnya dikudeta oleh junta pada 1 Februari 2021. Bersama sejumlah pemimpin NLD, dia didakwa atas berbagai kasus, mulai dari impor dan kepemilikan walkie-talkie ilegal, pelanggaran protokol pandemi Covid-19, pelanggaran undang-undang kerahasiaan negara, penghasutan, kecurangan pemilu, hingga korupsi.
Suu Kyi divonis 27 tahun penjara setelah melewati proses pengadilan yang dinilai publik internasional tidak netral dan amat dipengaruhi junta. Peraih Nobel Perdamaian 1991 itu tak pernah lagi terlihat di publik setelah dikudeta. Ia hanya tampak satu kali dalam sebuah foto buram yang diedarkan oleh media pemerintah. (AFP/AP/REUTERS]