Kursus Khusus Warga Lansia Menjamur di China
Warga lansia China masuk ”kelas” lagi. Temanya beragam, dari dansa, taici, hingga fotografi telepon pintar.
Belajarlah sampai ke negeri China. Berapa pun usia seseorang, pepatah ini terus relevan. Sebab, saat ini beragam kursus untuk warga lanjut usia menjamur di sana.
Cui Chunyun (60), pensiunan akuntan di Beijing, mengikuti kelas dansa. Ia mengikuti kelas itu untuk menjaga kebugaran dan bisa mengimbangi kelincahan kelima cucunya. Ia berharap bisa menunda masuk ke panti jompo.
Baca juga: Lansia Bukanlah Manusia Sia-sia
”Saya ingin bisa bergerak, bahkan orang yang berusia di atas 70 tahun pun masih bisa menari. Kita harus bergerak untuk hidup,” katanya, Senin (18/3/2024).
Cui hanyalah satu dari ribuan warga lanjut usia China yang mengikuti kursus. Menjamurnya kursus untuk lansia ini disebut ”ekonomi perak” yang mengacu pada warna rambut uban.
Populasi China yang menua dengan cepat memicu pasar untuk bisnis kursus yang lantas berkembang pesat itu. Fenomena ini berkebalikan dengan bisnis les untuk pelajar yang turun drastis.
Turunnya bisnis les pelajar ini dampak dari kebijakan keras Pemerintah China yang menurunkan biaya pendidikan pada 2021 untuk meningkatkan angka kelahiran. ”Industri pendidikan sedang bertransisi ke ekonomi perak,” kata Qiu Peilin, Kepala Lembaga Kursus ”Mama Sunset” di Beijing.
Saya ingin bisa bergerak, bahkan orang yang berusia di atas 70 tahun pun masih bisa menari. Kita harus bergerak untuk hidup.
Mama Sunset adalah salah satu lembaga kursus untuk warga lansia. Sejak diluncurkan pada 2023, Mama Sunset telah membuka lima cabang di ibu kota China itu. Saat ini, Mama Sunset membuka 20 kelas berbeda bagi ribuan warga China berusia 50 tahun ke atas.
Perusahaan konsultan Frost and Sullivan memperkirakan pasar pendidikan lansia di China akan tumbuh 34 persen pada 2027 menjadi 120,9 miliar yuan, naik dari 28 miliar yuan pada 2022.
Pada dekade selanjutnya, sekitar 300 juta orang China akan memasuki masa pensiun. Jumlah itu setara dengan hampir seluruh populasi Amerika Serikat.
Menurut perkiraan Euromonitor, pada 2040, satu dari setiap dua orang berusia di atas 65 tahun di kawasan Asia Pasifik akan tinggal di China. Angka ini menjadi potensi bisnis yang menggiurkan.
Baca juga: Lansia Butuh Layanan Kesehatan Terintegrasi
Perusahaan penyedia pembelajaran lansia daring terbesar di China, Quantasing, yang terdaftar di bursa Nasdaq, berencana untuk mempekerjakan lebih banyak tutor tai chi dan pengobatan tradisional. Mereka tengah berencana menambah kelas. Saat ini kelas yang tersedia di lembaga itu beragam, mulai dari pelatihan memori hingga pengeditan video.
Perusahaan itu juga berencana memanfaatkan basis murid-murid lansia untuk menjual produk dagangan. Beberapa produk di antaranya batang moxa, yang digunakan dalam pengobatan tradisional, dan baijiu, minuman keras tradisional China.
Pada kuartal IV-2023, pendapatan Quantasing tumbuh 24,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 980,5 juta yuan. Sementara peserta terdaftar pada akhir 2023 melonjak 44,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 112,4 juta orang.
Baca juga: Jepang-China Pusing Memikirkan Turunnya Angka Kelahiran
Pemerintah China tak tinggal diam. Kebijakan diluncurkan untuk membantu sektor kursus lansia, salah satunya dengan insentif pajak dan dukungan keuangan pada Januari. Pemerintah Provinsi Hebei, misalnya, menyediakan lahan dan ruang untuk cabang Mama Sunset di kota Cangzhou.
Perdana Menteri Li Qiang menjanjikan upaya lebih lanjut untuk mengembangkan ”ekonomi perak” itu. Kebijakan ini diambil sebagai bagian dari program pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Penghasilan rendah
Beberapa analis memperingatkan, membanjirnya investasi pada industri terkait warga lanjut usia harus diimbangi dengan upaya untuk membantu kesejahteraan warga lanjut usia. Di antaranya membantu mereka keluar dari perangkap pendapatan menengah terlebih dahulu.
Rendahnya pendapatan pensiun akan membatasi potensi bisnis dan industri yang menyasar warga lansia. Apalagi, para lansia juga punya kebutuhan dasar yang butuh biasa besar, seperti layanan kesehatan di masyarakat. Banyak warga lansia China yang juga bergantung kepada anak-anak mereka.
Baca juga: Tidak Terelakkan, Kemungkinan Perpanjangan Usia Pensiun di China
Rachel He, manajer riset di Euromonitor, mengatakan, populasi lansia di China merupakan basis konsumen yang menjanjikan. Namun, patut dipertanyakan apakah jumlah tersebut akan menyamai Jepang dan Korea Selatan.
Dia mengatakan, hal ini karena ketimpangan pendapatan dan sikap yang lebih konservatif di kalangan lansia China. Akibatnya, mereka cenderung tidak mau mengeluarkan uang untuk diri mereka sendiri.
Rata-rata dana pensiun bulanan di perkotaan berkisar 3.000 yuan (Rp 6,5 juta) di provinsi pinggiran dan 6.000 yuan (Rp 13 juta) di Beijing. Lembaga keuangan Nomura memperkirakan, sebanyak 160 juta orang China menerima dana pensiun perdesaan hanya sekitar 100 yuan (Rp 218.000) per bulan.
Satu kelas di Mama Sunset tarifnya 50-60 yuan dan paket 36 kelas kursus dibanderol berharga 1.980 yuan. Di Quantasing, paket satu hingga tiga bulan antara 1.980 yuan dan 3.699 yuan. Harga relatif terjangkau untuk pensiunan di perkotaan, tetapi tak bisa dibilang murah untuk para pensiunan di perdesaan. (REUTERS)