Sakura Kembali Mekar Lebih Awal, Efek Nyata Pemanasan Global
Jika pengurangan gas rumah kaca tidak tercapai, ada kemungkinan bunga sakura mekar pada Februari.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
Jepang segera memasuki musim semi. Bunga-bunga sakura yang menandai awal musim semi diprediksi mekar lebih awal tahun ini di seluruh Jepang. Ini terjadi setiap tahun dalam beberapa tahun terakhir. Pemanasan global menjadi penyebabnya.
Mengutip harian Singapura, Strait Times, yang memuat penjelasan Asosiasi Cuaca Jepang (JWA), Rabu (13/3/2024), sakura akan mekar pertama kali di Tokyo. Diperkirakan sakura mulai mekar pada 19 Maret dan 23 Maret. Setelah itu, sakura akan mekar di seluruh wilayah Jepang.
BBC pada 28 Februari 2024 melaporkan kemunculan sakura yang lebih awal. Sakura diperkirakan mulai berbunga 10 hari lebih awal tahun ini. Peristiwa ini pernah terjadi pada 2023.
Banyak wisatawan domestik maupun asing yang kecele tahun lalu. Mereka menjadwalkan wisata menikmati sakura mekar pada April 2023. Ternyata sakura berbunga pada akhir Maret 2023.
Sakura yang berbunga lebih awal, menurut pejabat manajemen risiko iklim Badan Meterologi Jepang (JMA), Daisuke Sasano, terjadi akibat pemanasan global. Catatan JMA menunjukkan, suhu rata-rata di seluruh Jepang telah meningkat 1,6 derajat celcius dalam satu abad terakhir. Tahun 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat. Di Tokyo, suhu rata-rata meningkat sebesar 3,3 derajat celcius selama 100 tahun.
Tokyo disebut mengalami dampak ganda, yaitu peningkatan suhu dan fenomena efek pulau panas perkotaan (urban heat island effect). Berkurangnya wilayah hijau akibat pembukaan lahan di perkotaan menyebabkan perkotaan lebih hangat dibandingkan perdesaan.
Tokyo juga pernah mengalami sakura mekar lebih awal pada 2020 dan 2021. Awal musim sakura mekar yang maju itu dicatat sebagai yang paling awal sejak pencatatan ilmiah dimulai pada 1953. Sementara menurut dokumen sejarah Kyoto, majunya waktu berbunga itu yang paling awal sejak dicatat tahun 812.
Sakura berbunga lebih awal juga menjadi pertanda terjadinya lebih banyak perubahan. Jika pengurangan gas rumah kaca tidak tercapai, ada kemungkinan bunga sakura mekar pada Februari. "Keempat musim di Jepang mengalami pemanasan. Namun, musim semi yang hangat terus meningkat sehingga sakura cenderung berbunga lebih awal,” jelas Yoshihiro Tachibana, profesor dinamika iklim dan ekosistem pada Universitas Mie.
Asosiasi Sakura Jepang mencatat ada sembilan spesies dan lebih dari 300 varietas sakura di Jepang. Somei-yoshino merupakan varietas yang paling banyak dijumpai dan digunakan sebagai standar pencatatan. Normalnya sakura berbunga lebih dulu di selatan lalu bergerak ke utara dengan Hokkaido sebagai wilayah terakhir.
Sakura mencapai puncak mekar sepenuhnya di seluruh negeri pada April. Warna merah jambu memenuhi Jepang. Rentetan waktu berbunga yang berdekatan seperti membuat garis yang saling terhubung dari selatan ke utara, disebut sakura zensen (cherry blossoms front).
Namun dalam empat tahun terakhir, awal musim sakura berbunga sudah tak sesuai urutan. Tahun 2020 saat sakura di Tokyo mulai berbunga pada 14 Maret, di Fukuoka, pulau Kyushu di sisi selatan Jepang sakura berbunga pada 21 Maret. Di perdesaan Kagoshima sakura berbunga pada 1 April.
Pada 2023, sakura di Fukuoka berbunga 18 Maret dan di Kagoshima berbunga 24 Maret. Sementara di Tokyo sakura berbunga pada 14 Maret. “(Di seluruh negeri) sejak 1953, rata-rata tanggal mulai mekarnya sakura menjadi lebih awal, dengan kecepatan 1,2 hari setiap 10 tahun,” kata Sasano.
"Hanami" berkurang
Akibat sakura mekar lebih awal, hanami atau kegiatan menikmati sakura pun menjadi lebih singkat. Penelitian oleh Kementerian Lingkungan Hidup Jepang menemukan, waktu sakura mulai berbunga hingga mekar penuh akan memendek pada akhir abad ini. Jumlah hari untuk menikmati bunga berwarna merah muda itu akan berkurang.
Peramal cuaca pada JMC, Hiroki Ito, mengatakan, kuncup bunga sakura terbentuk pada musim panas tahun sebelumnya. Namun, kuncup tidak aktif dan baru muncul kembali pada musim dingin. Kuncup sakura kemudian tumbuh untuk berbunga saat hangatnya musim semi.
“Musim semi yang hangat menjadi penentu paling utama waktu bunga sakura mekar,” kata Richard B. Primack, peneliti dan profesor biologi pada Universitas Boston.
Menurut Primack, karena saat ini cuaca saat musim semi semakin hangat, sakura berbunga lebih awal. Wisatawan yang ingin menikmati sakura, tentu harus mencermati perubahan waktu mekar ini dan fleksibel dengan destinasi. Bila terlambat tiba di Tokyo atau Kyoto saat puncak sakura mekar, masih ada Hokkaido yang mekar pada Mei.
Meski terus datang lebih awal, sakura tetap menjadi magnet bagi turis. Jumlah turis yang datang ke Jepang pada Maret 2023 mencapai 1,82 juta orang dan pada Februari 2023 sebanyak 1,428 juta orang.
Zaitun Eropa
Bukan hanya sakura yang terdampak. Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim dengan kekeringan dan banjir ekstrem melanda Eropa.
Kekeringan ekstrim menyebabkan produksi minyak zaitun di negara-negara penghasil zaitun terbesar anjlok. Produksi minyak zaitun Eropa tercatat yang terendah selama 12 bulan pada Juni 2023. Produksi beras, gandum, dan jali (barley) di Spanyol tercatat paling rendah dalam satu dekade terakhir.
Sementara hujan yang sangat lebat yang mengguyur Perancis, Jerman, dan Polandia menyebabkan panen gandum tertunda. Gandum pun terendam. Cuaca ekstrem juga menyebabkan produksi apel dan pir di Italia dan Yunani terganggu. (AP/Reuters)