Dua atau Empat Jam Sekali, Pegawai Suaka Margasatwa Jadi ”Induk Rubah”
Para pegawai Pusat Margasatwa Richmond, Virginia, AS, berubah peran jadi ”induk rubah” saat bertugas di kantor mereka.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·2 menit baca
Richmond
Merawat hewan liar, apalagi masih bayi, harus berhati-hati dan pintar. Kalau perlu, harus berpura-pura menjadi ”ibunya”. Cara ini dilakukan para staf Pusat Margasatwa Richmond di Virginia, AS, dua atau empat jam sekali setiap hari, saat merawat dan memberikan makan seekor bayi rubah yang kehilangan induknya.
Dalam video yang diunggah ke halaman Facebook Pusat Margasatwa Richmond, Selasa (12/3/2024), Direktur Eksekutif Melissa Stanley terlihat mengenakan topeng rubah warna merah dan sarung tangan karet saat memberikan asupan makan kepada bayi rubah. Sang bayi rubah tersebut ditempatkan di atas boneka rubah.
Menurut Stanley, dengan cara itu, bayi rubah tersebut akan menganggap seperti dalam dekapan induknya. Selama memberikan makan kepada bayi rubah itu, suara-suara manusia juga diminimalisasi.
”Penting memastikan bahwa bayi-bayi hewan tanpa induk yang dibesarkan di penangkaran tidak merasa dikelilingi oleh manusia,” demikian pesan pada unggahan di Facebook tersebut.
Dalam wawancara, Selasa (12/3/2024), Stanley bercerita, bayi rubah tersebut dibawa ke suaka margasatwa, 19 Februari 2024. Rubah itu ditemukan di sebuah gang di Richmond oleh seorang pria yang berjalan-jalan bersama anjingnya.
Semula, bayi rubah tersebut dikira anak kucing. Umurnya baru kurang dari 24 jam. Tali pusarnya masih membelit tubuh bayi rubah itu.
Petugas suaka margasatwa awalnya ingin mencari induk dan sarangnya agar bayi rubah itu bisa dipertemukan dengan induknya. Sarangnya sudah ditemukan, tapi sudah tidak ada induknya.
Menurut petugas, sang induk rubah kemungkinan telah ditangkap seseorang dengan perangkap. Bayi rubah itu diperkirakan lolos dari perangkap jebakan atau terjatuh dari truk milik penangkap yang mengangkut sang induk rubah.
Para staf di pusat margasatwa itu memberikan makan kepada bayi rubah setiap dua atau empat jam sekali. Saat itu pula mereka harus mengenakan topeng rubah.
”Tujuan (perawatan saat ini) nantinya adalah melepas binatang-binatang ini kembali ke alam liar. Ini tidak hanya memberikan kesempatan kepada mereka untuk hidup terus, tetapi juga agar mereka mengenali spesies mereka sendiri dan bereproduksi guna mempertahankan populasi satwa liar,” tutur Stanley. (AP)