AS belum pernah menunjukkan persenjataan hipersonik yang benar-benar siap dioperasikan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA — Amerika Serikat terus memacu pengujian persenjataanhipersonik. Bahkan, ada purwarupa senjata dari program yang diumumkan berhenti setahun lalu.
Pengujian terbaru diungkap Castelion pada Senin (11/3/2024) siang waktu Washington atau Selasa dini hari WIB. Perusahaan rintisan itu mengumumkan pengujian peluncur hipersonik.
“Uji terbang yang pertama ini, yang pertama dari banyak yang direncanakan pada tahun ini, menunjukkan pendekatan pengembangan kami yang pesat. Pengujian ini tonggak sejarah besar bagi perusahaan,” kata CEO Castelion, Bryon Hargis.
Castelion menguji perangkatnya Sabtu lalu. Tidak ada peledak diangkut perangkat buatan Castelion. Perusahaan itu mendapatkan 14,2 juta dollar AS dari Andreessen Horowitz dan Lavrock Ventures untuk modal pengujian. Sejak Juni 2023, Castelion sudah berulang kali menguji perangkatnya.
Castelion mencoba bersaing dengan dua raksasa pertahanan AS, Raytheon dan Lockheed Martin. Tujuan persaingan itu untuk mendapatkan kontrak miliaran dollar AS dari Departemen Pertahanan AS.
Pengujian perangkat Castelion dilakukan pada hari Stratolaunch meluncurkan pesawatnya, Talon-A. CEO Stratolaunch, Zachary Krevor, menyebut bahwa pesawat nirawak itu juga diklaim bisa mencapai kecepatan hipersonik.
Krevor tidak mengungkap secara pasti kecepatan dan ketinggian yang dicapai Talon-A. Hal yang jelas, Talon-A diluncurkan di udara. Untuk mencapai lokasi peluncuran, Talon-A diangkut ROC, yakni pesawat bermesin enam dan dua badan.
Senjata lain
Uji coba Talon dan Castelion dilakukan beberapa hari setelah Angkatan Udara AS menunjukkan purwarupa AGM-183. Rudal itu disebut salah satu purwarupa senjata hipersonik AS.
AS menunjukkan rudal itu di Guam. Sejumlah tentara AS terlihat berlatih memasang rudal tersebut di pesawat pengebom B-52.
Dalam foto yang disiarkan AU AS, terlihat rudal itu dipasangi hulu ledak. Hanya saja, tidak ada penjelasan jenis hulu ledak di rudal tersebut. AU AS hanya menyebut, latihan itu untuk membiasakan pasukan AS pada persenjataan hipersonik.
Uji coba dilakukan hampir setahun setelah program AGM-183 dinyatakan berhenti. Kala itu, Dephan AS menyimpulkan program tersebut sulit dijalankan.
Berbeda dari Rusia dan China, AS belum pernah menunjukkan persenjataan hipersonik yang benar-benar siap dioperasikan. Sementara Rusia punya sejumlah rudal hipersonik dan diklaim telah siap ditembakan kapan pun. (AFP/REUTERS)