Derita Perempuan Gaza Terlupakan di International Women’s Day
Gerakan feminis global selayaknya lebih memperhatikan perempuan Gaza. Penderitaan mereka semakin teruk akibat perang.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN, KRIS MADA
·3 menit baca
GAZA, JUMAT — Hari Perempuan Internasional pada Jumat (8/3/2024) berlangsung dengan getir di Gaza. Setidaknya 60.000 ibu hamil kehausan dan mengalami malanutrisi sejak Israel menyerbu Gaza. Lebih dari 10.000 perempuan Gaza tewas dan puluhan ribu lain cedera akibat serbuan Israel.
Juru bicara Dinas Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, mengatakan, perempuan Gaza dalam kondisi teruk. ”Kami meminta lembaga perempuan di seluruh dunia bersama perempuan Palestina dan mendesak penghentian agresi Israel,” ujarnya di Gaza.
Lembaga Amerika Serikat, Carnegie Endowment for International Peace (CEIP), menyebut 70 persen serangan Israel merupakan perempuan dan anak. Lebih dari 500.000 perempuan Gaza terlunta-lunta.
Dokter senior AS, Alice Rothchild, mengatakan, satu-satunya cara mengakhiri penderitaan perempuan Gaza hanya lewat pengakhiran perang. Tanpa itu, setiap hari pasti akan ada perempuan Gaza tewas atau terluka. Rothchild yang puluhan tahun menjadi dokter kandungan tersebut mengatakan, gerakan feminis global selayaknya lebih memperhatikan perempuan Gaza.
Sementara aliansi LSM Inggris, Bond, menyebut bahwa lebih dari 100.000 perempuan Gaza kini tidak punya akses pada sanitasi. Tidak ada pembalut selama masa haid. Banyak perempuan Gaza terpaksa memakai kain bekas sebagai pembalut. Bahan itu meningkatkan risiko infeksi alat reproduksi.
Mengacu pada data Perserikatan Bangsa-Bangsa, setidaknya 183 perempuan melahirkan setiap hari di Gaza selama masa perang. Mayoritas melahirkan di ruangan tidak higienis. Sebagian harus dioperasi tanpa pembius.
Penderitaan perempuan Gaza masih ditambah dengan kelaparan. Banyak ibu tidak bisa menyusui bayinya karena ibu kekurangan makan dan minum.
Para pejabat Israel dengan jelas berulang kali menyatakan tidak akan mengizinkan pangan masuk ke Gaza. Sementara aparat dan warga sipil Israel terus memblokade bantuan ke Gaza.
Pengiriman bantuan
Blokade Israel membuat sekutunya, termasuk AS, tidak berdaya. Presiden AS Joe Biden menyebut perang saat ini menimbulkan korban jauh di atas perang lain di Gaza. ”Saya berusaha tanpa henti mewujudkan jeda tempur enam pekan, pembebasan semua tahanan, pembebasan semua sandera, membawa pulang sandera, dan meredakan krisis kemanusiaan,” katana.
Sejak beberapa hari lalu, karena tidak bisa menembus blokade Israel, AS mengirimkan bantuan ke Gaza lewat udara. Kini, Biden memerintahkan militer AS membuat dermaga darurat di Gaza. ”Dermaga sementara memungkinkan peningkatan besar jumlah bantuan kemanusiaan masuk Gaza setiap hari,” ujarnya.
Sebelumnya, Wapres AS Kamala Harris menyebut kondisi Gaza tidak manusiawi. ”Warga Gaza kelaparan. Kondisinya tidak manusiawi dan rasa kemanusiaan mendorong kita bertindak. Pemerintah Israel harus melakukan lebih banyak lagi untuk meningkatkan arus bantuan. Tidak ada alasan,” katanya.
Sementara Koordinator Khusus PBB untuk Bantuan Kemanusiaan di Gaza Sigrid Kaag menyebut, Pemerintah Israel tidak kunjung membuka perbatasan agar bantuan bisa masuk. Pemerintah Israel lebih memikirkan penolakan domestik pada pengiriman bantuan ke Gaza.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, mengatakan, saat ini warga Gaza membutuhkan bantuan kemanusiaan lebih banyak. ”Masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza, baik melalui jalur darat, jalur laut, maupun udara, jelas merupakan hal yang baik,” kata Dujarric setelah AS mengumumkan rencana untuk membangun pelabuhan laut.
Menurut PBB, krisis kemanusiaan di Gaza semakin meluas selama lima bulan perang. Kontrol ketat Israel terhadap truk bantuan telah menyebabkan semua penduduk Gaza sangat kekurangan makanan. Pekerja medis di Gaza utara pekan lalu melaporkan, 15 anak meninggal karena kelaparan di sana dan enam anak lain berada di ambang kematian.
Sebelum konflik, Gaza bergantung pada 500 truk yang membawa pasokan setiap hari. Badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, mengatakan, selama Februari, rata-rata 97 truk dapat memasuki Gaza setiap hari. Sementara pada Januari, rata-rata 150 truk per hari dapat memasuki Gaza. (AFP/REUTERS/AP)