Spanyol Larang Worldcoin, Jual Beli Kripto dengan Pemindaian Iris Mata
AEPD Spanyol melarang pengumpulan data iris warga untuk mendapat Worldcoin. Ada kekhawatiran soal keamanan data pribadi.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
MADRID, KAMIS — Regulator perlindungan data Spanyol, AEPD, Rabu (6/3/2024), memerintahkan penghentian sementara proyek Worldcoin, sebuah layanan pembelian mata uang kripto yang dibuat CEO OpenAI, Sam Altman, menggunakan pemindaian iris atau diafragma mata. Pemanfaatan pemindaian iris atau diafragma mata dalam layanan itu dinilai berbahaya bagi perlindungan data pengguna.
Dalam pernyataan tertulis, AEPD menyebutkan, penangguhan Worldcoin selama tiga bulan itu diputuskan setelah AEPD menerima keluhan kurang terbukanya manajemen Worldcoin dalam proses pengumpulan informasi, termasuk pengumpulan data anak-anak di bawah umur. Worldcoin juga menolak keinginan pengguna yang akan menarik kesepakatan persetujuan(consent) penggunaan data pribadi mereka oleh perusahaan.
”Pemrosesan data biometrik berisiko tinggi pada hak-hak masyarakat karena hal itu sangat sensitif,” demikian pernyataan AEPD.
AEPD melarang perusahaan induk Worldcoin, Tools for Humanity Corporation, mengumpulkan data dan menyimpan semua informasi pribadi yang telah dikumpulkan.
Sejak beroperasi tahun lalu, Worldcoin menarik perhatian jutaan orang untuk ikut serta menyerahkan data iris (diafragma) mereka. Tujuan Worldcoin mengumpulkan data iris ini adalah untuk membuat ”identifikasi dunia (world ID)” dengan cara memindai bola mata manusia melalui Orbs, alat yang dibuat untuk memindai iris mata manusia, yakni bagian mata yang berwarna.
Sebagai imbalan, orang-orang yang ”menyerahkan” data biometrik yang didapat dari iris mereka akan mendapatkan mata uang kripto Worldcoin. Hal ini menjadi daya tarik bagi orang-orang.
Di sejumlah kota besar Spanyol, seperti Madrid dan Barcelona, warga mengantre dan mendaftarkan iris mereka dengan sukarela. Dalam catatan Worldcoin per November 2023, lebih dari 360.000 warga telah mendaftarkan diri dan menyerahkan data biometrik iris mereka.
Harga satu keping mata uang kripto Worldcoin yang diciptakan oleh Sam Altman ini masih terjangkau saat ini, yakni 7,55 dollar AS atau Rp 118.255. Harganya jauh berbeda dengan mata uang kripto lain, seperti bitcoin yang telah mencapai 66.208 dollar AS per keping atau Rp 1,037 miliar per keping.
Worldcoin menilai, data warga yang mereka simpan dalam basis data mereka sangat aman dan tidak akan disalahgunakan.
Akan tetapi, banyak pakar keamanan data pribadi khawatir Tools for Humanity akan menggunakan informasi data pribadi ini dengan cara lain, seperti pemasaran yang dipersonalisasi. Perkembangan teknologi yang pesat akan membuat hal-hal yang tak pernah terpikirkan menjadi sesuatu yang nyata.
Hal ini menyebabkan negara-negara lain juga menyelidiki operasi Worldcoin, termasuk Perancis dan Jerman. Agustus 2023, Pemerintah Kenya juga memutuskan untuk menunda pendaftaran perusahaan ini untuk beroperasi di negara itu karena persoalan perlindungan data.
Worldcoin menilai tindakan AEPD untuk menghentikan pengumpulan dan pemanfaatan data iris warga tidak akurat. Jannick Preiwisch, orang yang bertanggung jawab soal perlindungan data Worldcoin, mengatakan, tindakan AEPD terhadap mereka hanya upaya untuk melindungi diri mereka sebagai lembaga.
Pada saat sama, AEPD, sebut Preiwisch, menyebarkan klaim yang tidak tepat soal teknologi yang dikembangkan Tools for Humanity.
Duplikasi data pribadi
Sam Altman, pendiri Worldcoin sekaligus pendiri ChatGPT bersama Microsoft, menyebut penggunaan iris manusia untuk pembelian mata uang kripto adalah jawaban bagi para perusahaan pengembang kripto soal keaslian sosok pembeli mata uang ini. Biasanya para pembeli mata uang kripto menggunakan nama samaran atau sosok yang tak nyata. Situasi ini membuat bisnis mata uang kripto sangat rentan bot spam dan penipuan.
Empat juta orang di 120 negara mendaftarkan iris mata mereka untuk mendapatkan atau membeli Worldcoin.
Preiswisch mengatakan, insiden di Spanyol menjadi kesempatan bagi mereka untuk memberikan penjelasan yang memadai bagi pemerintah dan otoritas berwenang, termasuk AEPD di negara itu, dalam persoalan perlindungan data pribadi. ”Kami bersyukur kini memiliki kesempatan untuk membantu mereka lebih memahami fakta penting mengenai teknologi penting dan sah ini,” katanya.
Di Jerman, pemerintah juga tengah menganalisis operasionalisasi perusahaan Tools for Humanity Corporation, terutama dalam pengumpulan data biometrik warga. Kepala DPA, otoritas perlindungan data pribadi Jerman, Michael Will, mengatakan, mereka akan berbagi hasil penyelidikan ini kepada lembaga yang sama di negara-negara Uni Eropa.
Otoritas data Portugal mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan DPA untuk menganalisis apakah pemrosesan data Worldcoin mematuhi GDPR (undang-undang data pribadi Uni Eropa). Kantor komisi informasi Inggris juga menyatakan, mereka tengah melakukan hal serupa. (AP/AFP/REUTERS)