Cerita dan Fakta Menarik di Balik Tanggal Spesial di Bulan Februari
Tiap empat tahun sekali, Februari berumur 29 hari. Tahunnya disebut kabisat. Andai tak ada kabisat, seperti apa jadinya?
Ada yang spesial di bulan Februari tahun ini, yang tidak selalu terjadi setiap tahun. Bulan Februari tahun ini mempunyai 29 hari, bukan 28 hari. Tahun dengan bulan Februari sepanjang 29 hari, seperti pada tahun 2024, biasa disebut tahun kabisat.
Apa istimewanya satu hari tambahan di bulan Februari tahun kabisat itu?
Peristiwa empat tahunan ini menyenangkan bagi para pencinta kalender dan matematika. Bagi orang awam, perhitungannya boleh jadi membingungkan. Sebab, perhitungannya sampai pada hitungan hari, menit, bahkan terkadang hingga detik kabisat.
Namun, kita tak perlu terlalu jauh sampai ke sana. Menurut Laboratorium Jet Propulsion (JPL) pada Institut Teknologi California, AS, tahun kabisat ada untuk menjaga agar bulan-bulan tetap sinkron dengan peristiwa tahunan. Di antara peristiwa tahunan itu adalah ekuinoks di mana waktu siang dan malam bagi tempat-tempat di lintang O° sama panjang.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menerangkan, kabisat menjadi koreksi fakta tentang durasi lamanya orbit Bumi mengelilingi Matahari. Bumi berputar mengelilingi Matahari sebenarnya tidak dalam 365 hari persis dalam setahun. Namun, ada waktu tambahan—sekitar enam jam—sehingga Bumi memerlukan waktu 365 hari plus enam jam untuk mengelilingi Matahari.
Baca juga: Mengapa Bulan Februari Hanya Punya 28 Hari?
JPL mencatat, ada kriteria penyebutan tahun kabisat. Satu tahun disebut tahun kabisat jika tahun itu habis dibagi empat. Namun, tahun-tahun yang habis dibagi 100 tidak bisa disebut tahun kabisat, kecuali tahun-tahun itu juga habis dibagi 400.
Terkait hal tersebut, dalam 500 tahun terakhir, tidak ada kabisat pada tahun 1700, 1800, dan 1900—meski tahun-tahun itu habis dibagi empat. Namun, untuk tahun 2000, ada kabisat karena angka 2000, selain habis dibagi empat, juga habis dibagi 400. Begitu pula dengan tahun 1600.
Dengan rumus perhitungan yang sama, dalam 500 tahun ke depan, tidak ada kabisat pada tahun 2100, 2200, 2300, dan 2500. Kabisat bakal ada di tahun 2400.
Ahh..., penerawangan kalkulatif ini mungkin terlalu jauh ke depan. Dalam waktu terdekat dari sekarang, tahun kabisat berikutnya setelah 2024 adalah 2028, 2032, dan 2036.
Dalam waktu terdekat dari sekarang, tahun kabisat berikutnya setelah 2024 adalah 2028, 2032, dan 2036.
Penjelasan JPL dan NASA tersebut berkaitan dengan perubahan dan perkembangan sistem penanggalan pada era Kekaisaran Romawi.
Sejarah dan asal mulanya
Orang Romawi mengubah sistem kalendernya dari sistem penanggalan Bulan ke sistem penanggalan Matahari, dengan mempertahankan dasar-dasar aturan penanggalan Bulan. Alasannya, seperti pernah diuraikan laman berita ini, kalender Bulan tidak bisa digunakan untuk memprediksi musim yang penting untuk bercocok tanam.
Sistem kalender Matahari Romawi memiliki 10 bulan, dengan enam bulan masing-masing memiliki panjang 30 hari dan empat bulan memiliki panjang 31 hari. Lalu panjang tahun hanya 304 hari dan ada 70 hari tidak memiliki nama.
Baca juga: Mengapa Bulan Februari Hanya Punya 28 Hari?
Sistem penanggalan itu menimbulkan kerancuan. Raja kedua Roma, Numa Pompilius, pun mereformasi sistem kalender. Singkat cerita, reformasi Numa membuat jumlah bulan menjadi 12 bulan, dengan jumlah hari dalam setahun membentuk siklus empat tahunan. Jumlah rata-rata hari dalam setahun menjadi 366,25 hari atau lebih panjang dari perhitungan modern.
Sistem penanggalan pun berkembang dan muncul kembali kerancuan dengan kalender itu. Julius Caesar kemudian memperkenalkan sistem penanggalan Julian pada 46 Sebelum Masehi (SM).
Kalender Julian ini berdasarkan matahari: setahun dihitung ada 365,25 atau 365 hari + 6 jam. Dengan demikian, setiap empat tahun sekali, ada satu hari ekstra yang ditambahkan. Ini menjadi cikal bakal kalender Masehi modern saat ini.
Baca juga: Hari Tanpa Bayangan Singgahi Jakarta dan Sekitarnya
Kalender Julian ini dipergunakan selama 1.600 tahun tanpa masalah. Pada abad ke-16 orang-orang baru menyadari bahwa hari pertama musim semi maju 10 hari dari hari yang ditetapkan, yaitu 20 Maret.
Paus Gregorius XIII lalu merancang sistem kalender baru agar kalender Julian tetap berjalan sesuai musim. Penyelarasan kalender ini juga untuk membuat hari raya Paskah selalu jatuh dekat musim semi.
Paus Gregorius menghilangkan beberapa hari tambahan yang terakumulasi pada kalender Julian dan mengubah aturan pada hari kabisat. Paus Gregorius dan para penasihatnya membuat perhitungan rumit mengenai kapan harus ada atau tidak ada tahun kabisat.
Perhitungan itu membuat tahun kabisat bukan hanya tahun yang habis dibagi empat, melainkan juga untuk tahun penanda pergantian abad atau tahun kelipatan 100 yang habis dibagi 400.
Perhitungan itu membuat tahun kabisat bukan hanya tahun yang habis dibagi empat, melainkan juga untuk tahun penanda pergantian abad atau tahun kelipatan 100 yang habis dibagi 400. Perubahan ini membuat bulan Februari, yang memiliki 29 hari dan menjadi penanda tahun kabisat, datang setiap empat tahun sekali.
”Jika tahun matahari sempurna 365,25 (hari), kita tidak perlu khawatir tentang perhitungan rumit yang dilakukan,” kata Nick Eakes, pendidik astronomi pada Planetarium Morehead dan Pusat Sains pada Universitas North Carolina di Chapel Hill, AS.
Kalender Gregorian inilah yang kemudian menggantikan Kalender Julian dan dipergunakan di seluruh dunia sampai hari ini. Kalender Gregorian ini merupakan peningkatan besar karena mengurangi penyimpangan menjadi hanya beberapa detik.
Andai tak ada perhitungan kabisat
Lalu muncul pertanyaan, apabila tahun kabisat itu tidak ada atau tidak diperhitungkan ada, apa yang kira-kira akan terjadi?
”Tanpa tahun kabisat, setelah beberapa ratus tahun kita akan mengalami musim panas di bulan November. Natal juga akan terjadi di musim panas. Tidak akan ada salju. Tidak akan ada suasana Natal,” jelas Younas Khan, instruktur fisika pada Universitas Alabama di Birmingham.
Dengan perhitungan yang rumit dan perjalanan panjang, ternyata tahun kabisat juga punya cerita atau mitos yang menyertai. Di Irlandia, tahun kabisat menjadi tradisi di mana perempuan bisa melamar laki-laki. Namun, tradisi itu sayangnya malah dipergunakan untuk mengolok-olok perempuan.
Baca juga: Selamat Datang Tanggal Istimewa 29 Februari
Dalam dunia periklanan, tradisi itu dipergunakan sebagai strategi mengiklankan perbankan. Pada 1916, American Industrial Bank and Trust Co membuat iklan yang berbunyi, ”Di tahun kabisat, kami menyarankan setiap anak perempuan membujuk ayahnya untuk membuka rekening tabungan atas namanya di bank kami.”
Lahir 29 Februari
Ada hal menarik lainnya terkait kabisat. Lahir pada 29 Februari tahun kabisat juga tidak selalu menyenangkan. Mereka yang lahir pada tanggal itu hanya bisa merayakan ulang tahun empat tahun sekali.
Namun, perayaan ultah yang lebih sedikit itu pula bisa buat bahan candaan tentang ”usia yang lebih muda” atau ”awet muda”. Cara itulah yang dulu sering diucapkan aktris Perancis, Michele Morgan, yang berusia hingga 96 tahun.
Beberapa tokoh yang lahir pada 29 Februari adalah Perdana Menteri Perancis Pedro Sanchez dan bintang rap asal Amerika Serikat, Ja Rule. Adapun dari sosok antagonis, misalnya Aileen Wuornos, pembunuh berantai yang sosoknya diperankan oleh Charlize Theron dalam film yang meraih penghargaan Oscar, Monster.
Akibat tanggal yang muncul empat tahun sekali, mereka yang lahir di tahun kabisat juga mengalami sedikit ”kesulitan” saat mengurus dokumen kesehatan, polis asuransi, hingga urusan lainnya.
Beberapa negara meminta warga yang lahir pada 29 Februari dalam mengisi data hari lahir dalam formulir-formulir untuk menegaskan pilihan tanggal—apakah 28 Februari atau 1 Maret—saat memperbarui atau memperpanjang, misalnya, surat izin mengemudi (SIM).
Dari delapan miliar jiwa penduduk bumi, sebanyak lima juta orang lahir di tanggal 29 Februari atau di hari kabisat. (AP/AFP/SAM)