Indonesia dan Turki sama-sama mendapat tempat khusus di negara-negara berkembang yang mencari alternatif mitra.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Hubungan Indonesia-Turki terjalin jauh sebelum kedua republik ini terbentuk. Modal sosial dan politik itu menanti diterjemahkan menjadi kerja sama ekonomi kedua negara. Tidak hanya di aras bilateral, kerja sama dapat pula diwujudkan di negara lain.
Duta Besar RI di Ankara, Achmad Rizal Purnama, mengatakan, potensi hubungan ekonomi Indonesia-Turki memang besar. Bahkan, sebagian belum dioptimalkan. ”Ada juga potensi lain yang bisa dikembangkan, kerja sama menggarap pekerjaan di negara lain,” ujarnya di Ankara, Selasa (27/2/2024).
Salah satu kerja sama erat Indonesia-Turki di sektor pertahanan. ”Saya baru saja keluar pabrik produksi senapan berat. Perusahaan ini salah satu target mitra Indonesia untuk pengembangan industri pertahanan,” ujarnya.
Sejumlah perusahaan produk pertahanan Indonesia telah bekerja sama dengan produsen pertahanan Turki. Kerja sama itu termasuk kesempatan perusahaan Indonesia membuat produk rancangan Turki lalu menjualnya ke negara lain.
Indonesia dan Turki sama-sama mendapat tempat khusus di negara-negara berkembang. Modal sosial dan politik selama puluhan tahun ini perlu diterjemahkan lebih lanjut menjadi peluang ekonomi. ”Negara-negara di Afrika dan Asia mencari alternatif mitra pembangunan. Dengan kapasitasnya saat ini, Indonesia dan Turki bisa menawarkan itu,” katanya.
Afrika punya potensi amat besar untuk digarap. Indonesia dan Turki punya potensi pendanaan dan keahlian untuk membantu Afrika memanfaatkan kekayaan tersebut. ”Turki mengerjakan lebih dari 1.000 proyek di Afrika. Ada banyak bidang lain bisa digarap,” katanya.
Perusahaan-perusahaan Turki antara lain terlibat dalam proyek konstruksi di berbagai negara Afrika. Berbagai pengusaha Turki juga mengembangkan bisnis di benua yang penduduk usia mudanya paling besar dibandingkan benua lain itu.
Selain konstruksi, bidang potensial ekspansi Jakarta-Ankara adalah farmasi. Sejumlah perusahaan farmasi Indonesia-Turki telah menjajaki kerja sama pengembangan dan pemasaran obat-obatan dan vaksin. Produk itu akan dipasarkan ke Afrika dan Asia. ”Pengalaman selama pandemi memberi Indonesia pengetahuan pada potensi ini,” kata Rizal.
Modal Turki di Afrika antara lain pengoperasian 46 kedutaan di sana. Selain itu, Turki juga menjalin kerja sama keamanan dan politik dengan puluhan negara Afrika. ”Peluang ini sudah kami jajaki dan pebisnis Turki terbuka bermitra dengan dunia usaha Indonesia,” kata Rizal.
Hubungan bilateral
Tentu saja, relasi Indonesia-Turki tidak hanya membidik potensi pengembangan di dunia ketiga. Indonesia-Turki juga terus memacu kerja sama ekonomi bilateral. Pada Februari 2024 saja, setidaknya ada dua upaya penjajakan kerja sama ekonomi kedua negara.
Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan Kipaş Holding dari Turki menjajaki kerja sama pengembangan panas bumi. ”Selama hampir empat bulan kita serius menjajaki peluang kerja sama ekonomi di bidang energi,” kata Rizal.
Selain dengan Kipaş Holding, KBRI Ankara juga memfasilitasi PGE untuk bertemu dengan beberapa perusahaan energi lainnya. PGE berharap bisa menemukan setidaknya dua mitra lain dari Turki dalam waktu dekat.
Kemitraan PGE dengan perusahaan-perusahaan Turki tidak hanya untuk bisnis di Turki. Dijajaki pula peluang ekspansi bersama ke negara ketiga.
Rizal mengatakan, Indonesia tidak hanya datang untuk mencari investasi. Di berbagai negara, Indonesia juga datang sebagai investor. ”Di Turki, total investasi Indonesia sekitar 600 juta dollar AS dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya.
Hal itu tidak lain buah paradigma baru diplomasi ekonomi. Beberapa tahun terakhir, Indonesia mulai melirik peluang usaha di luar negeri. Sebab, menggerakkan ekonomi tidak selalu berarti beraktivitas di dalam negeri saja. Investasi di negara lain bisa mendatangkan keuntungan finansial ataupun pengalaman penting bagi berbagai badan usaha Indonesia.
”Sekarang KBRI Ankara dan berbagai perwakilan Indonesia tidak segan mempromosikan peluang kerja sama ekonomi. Apa pun yang bisa membawa manfaat ekonomi bagi Indonesia akan kami fasilitasi. UMKM sampai korporasi yang melihat peluang usaha di sini, akan kami bantu,” ujar Rizal.
Rizal mengatakan, komunikasi dengan perwakilan diplomatik RI di luar negeri amat penting. Salah satunya agar calon investor memahami kondisi sosial, politik, dan hukum di negara yang akan menjadi tujuan bisnis.
Salah satu peran KBRI adalah menyediakan intelijen bisnis. Berdasarkan informasi itu, KBRI dapat memberikan pertimbangan risiko usaha di suatu negara. Informasi itu penting agar pengusaha Indonesia tidak mengalami kerugian karena salah investasi atau salah memilih mitra bisnis.