Israel Khawatir dengan Penyelidikan Jurnalis ”The New York Times”
Kasus Schwartz menambah daftar dugaan bias media-media AS dalam melaporkan perang Gaza.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN, KRIS MADA
·2 menit baca
NEW YORK, SENIN — Koran Amerika Serikat, The New York Times, memeriksa salah satu jurnalis lepasnya, Anat Schwartz. Pemeriksaan itu memicu kekhawatiran Israel pada narasi yang disampaikannya ke dunia.
Juru bicara The New York Times, Danielle Rhodes Ha, membenarkan pemeriksaan itu. ”Kami mengerti bahwa salah satu jurnalis lepas yang bekerja untuk The Times telah menyukai sejumlah unggahan media sosial. Ekspresi suka itu pelanggaran yang tidak dapat diterima pada kebijakan perusahaan kami. Kami sedang menelaah masalah itu,” ujarnya pada Minggu (25/2/2024) siang waktu New York atau Senin dini hari WIB.
Schwartz diketahui menyukai dan menggunggah ulang sejumlah materi anti-Palestina. Ia juga menyukai dan mengunggah ulang materi-materi yang mengampanyekan genosida pada Palestina.
Dilaporkan media Israel, Yedioth Ahronoth, sejumlah pejabat Israel khawatir dengan penyelidikan pada perempuan itu. Pemeriksaannya dikhawatirkan berdampak buruk pada propaganda Israel di luar negeri.
Schwartz diketahui pernah bekerja di Aman, badan intelijen militer Israel. Sejak November 2023, Schwartz mulai menulis di The New York Times.
Ia, di antaranya, menulis soal dugaan kekerasan seksual oleh Hamas. Tulisan itu memicu kritik keras, termasuk dalam internal The New York Times. Sebab, sejumlah materi dalam laporan itu diketahui hasil rekayasa. Akibatnya, sebagian tulisan dan siniar berdasarkan laporan Schwartz ditarik.
Sejumlah media Israel bahkan melaporkan orang-orang yang diklaim sebagai narasumber Schwartz menyangkal laporan-laporan perempuan itu. Media Israel, Haaretz, melaporkan narasumber Schwartz dalam artikelnya tidak kunjung ditemukan. Padahal, polisi perlu memeriksa mereka untuk menyusun gugatan pada Hamas dan berbagai kelompok bersenjata di Gaza.
Bias meluas
Kasus Schwartz menambah daftar dugaan bias media-media AS dalam melaporkan perang Gaza. Bersama Washington Post dan LA Times, The New York Times terindikasi lebih mengutamakan Israel dibandingkan dengan Palestina.
Dalam pemeriksaan berita-berita tiga media itu pada Oktober-November 2023 ditemukan, korban Israel disebut 16 kali lebih banyak dibandingkan dengan Palestina. Untuk orang Israel digunakan istilah pembantaian, pembunuhan, atau kata-kata lain yang menyiratkan kekejian.
Sementara untuk orang Palestina, hanya disebut meninggal saja. Tidak disebut apakah mereka tewas karena pengeboman atau penembakan.
Berulang kali media-media AS menggunakan istilah ”Orang Muda Palestina” alih-alih ”anak-anak”. Istilah itu untuk menyebut korban tewas di Gaza akibat serangan Israel.