Atas Perjuangan Sang Ibu, Jenazah Alexei Navalny Akhirnya Dikembalikan
Ibunda Navalny berjuang agar pihak berwenang mengembalikan jenazah anaknya. Ia bertahan di kota tempat anaknya tewas.
MOSKWA, MINGGU — Jenazah pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, diserahkan kepada keluarganya sembilan hari setelah kematiannya. Itu pun berkat perjuangan keras keluarganya. Keluarga menuduh pihak berwenang Rusia sengaja menahan jenazah Navalny demi kepentingan politik.
Ivan Zhdanov, Direktur Yayasan Antikorupsi Navalny, mengatakan, jenazah Navalny (47) diserahkan kepada ibunya, Lyudmila Navalnaya, di Salekhard, kota di Kutub Utara (Arktik), tempat Navalny dipenjara, pada Sabtu (24/2/2024).
”Terima kasih banyak. Terima kasih kepada semua orang yang menulis dan merekam pesan video. Anda semua melakukan apa yang perlu Anda lakukan. Terima kasih. Jenazah Alexei Navalny telah diberikan kepada ibunya,” tulis Zhdanov di akun Telegram-nya. Sejumlah tokoh terkemuka Rusia, melalui video, turut mendesak jenazah Navalny dikembalikan.
Sejak kematian Navalny pada 16 Februari 2024, keluarga berjuang agar jenazahnya dikembalikan. Ibunya bertahan di Salekhard demi terus meminta jenazah putranya kembali. Hingga Sabtu malam, Navalnaya masih berada di kota itu, kata sekretaris pers Navalny, Kira Yarmysh, di media sosial X.
Baca juga: Alexei Navalny, Harapan Reformasi Rusia Itu Telah Pergi
Pada Kamis, Navalnaya mengatakan, penyelidik akhirnya memberi dia izin melihat jenazah putranya. Namun, pembicaraan itu disertai upaya pemerasan soal penguburan.
”Mereka memeras saya, mereka menetapkan syarat di mana, kapan, dan bagaimana putra saya harus dikuburkan,” katanya dalam pernyataan video. ”Mereka ingin pemakaman itu dilakukan secara diam-diam tanpa upacara berkabung,” ujar Navalnaya.
Navalnaya mengatakan, dia sempat bertahan hampir 24 jam penuh di kantor Komite Investigasi Salekhard. Ia mengungkap, para pejabat di kantor itu telah menentukan penyebab kematian Navalny tersebut dan menyiapkan dokumennya, tetapi dia harus menyetujui pemakaman secara rahasia.
”Mereka ingin membawa saya ke kuburan di pinggiran dan berkata, ’Di sinilah putramu terbaring.’ Saya tidak setuju dengan hal ini. Saya ingin Anda, yang sangat disayangi Alexei, yang kematiannya merupakan tragedi pribadi, juga mendapat kesempatan mengucapkan selamat tinggal padanya,” katanya.
Mereka ingin pemakaman itu dilakukan secara diam-diam tanpa upacara berkabung.
Navalnaya pun telah mengajukan gugatan ke pengadilan di Salekhard untuk menuntut pejabat setempat atas penolakan melepaskan jenazah anaknya. Pada Selasa, ia meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengembalikan jenazah Navalny. Semua dilakukan demi bisa memberi pemakaman bermartabat untuk putranya itu.
Navalny diumumkan tewas pada 16 Februari 2024 secara mendadak di penjara di kawasan Arktik itu. Keterangan medis resmi menyebut Navalny tewas karena sebab alamiah. Sebagian publik Rusia mempertanyakannya, sebab sehari sebelum kematiannya, aktivis politik itu terlihat bugar di rekaman kamera pemantau penjara.
Selain mendadak, kematian Navalny juga terjadi hanya sebulan sebelum pemilu Rusia, 17-22 Maret 2024. Istrinya, Yulia, menuduh Putin membunuh suaminya.
Baca juga: Penahanan Navalny Picu Kritik Luas pada Kremlin
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menolak tuduhan bahwa Putin terlibat dalam kematian Navalny. Tuduhan itu, katanya, sama sekali tidak berdasar dan kurang ajar terhadap pemimpin negara Rusia.
Pada 2020, Navalny selamat dari upaya pembunuhan dengan racun saraf, Novichok. Pada 2017, ia menderita luka bakar kimia di matanya setelah menjadi sasaran serangan pewarna hijau antiseptik.
Pada tahun yang sama, pemerintahan Putin melarang Navalny mencalonkan diri sebagai presiden. Pada saat itu, ia dianggap sebagai satu-satunya kandidat yang mempunyai peluang untuk menantang Putin.
Tekanan internasional
Negara-negara Barat menjatuhkan sanksi tambahan kepada Rusia sebagai hukuman atas kematian Navalny serta peringatan dua tahun invasinya ke Ukraina. Pada Jumat, Amerika Serikat memberlakukan sanksi yang menargetkan lebih dari 500 orang dan entitas di Rusia.
Sanksi tersebut menargetkan sistem pembayaran Mir Rusia, lembaga keuangan dan basis industri militer Rusia, produksi energi di masa depan, serta beragam bidang lain. ”Langkah tersebut bertujuan memastikan Putin membayar harga yang lebih mahal atas agresinya di luar negeri dan penindasan di dalam negeri,” kata Presiden AS Joe Biden.
Dalam pernyataan pada Sabtu, para pemimpin negara-negara G7 meminta Rusia untuk mengklarifikasi sepenuhnya bagaimana Navalny meninggal. Pernyataan mereka muncul beberapa jam setelah juru bicara tim Navalny memberi konfirmasi bahwa pihak berwenang Rusia akhirnya menyerahkan jenazah Navalny kepada ibunya.
”Kami menyerukan kepada Pemerintah Rusia untuk mengklarifikasi sepenuhnya keadaan seputar kematiannya,” kata pernyataan itu.
Baca juga: Dari Tahanan, Tokoh Oposisi Navalny Serukan agar Rakyat Rusia Turun ke Jalan
Negara-negara G7 terdiri dari Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, serta Uni Eropa yang berstatus pengamat. ”Kami juga memberikan penghormatan atas keberanian luar biasa Alexei Navalny dan berdiri bersama istri, anak-anak, dan orang-orang tercintanya. Dia mengorbankan hidupnya untuk melawan korupsi Kremlin dan demi pemilu yang bebas dan adil di Rusia,” kata pernyataan tersebut.
Kepentingan politik
Kelompok hak asasi OVD-Info menyebutkan, setidaknya 38 orang telah ditahan karena menunjukkan dukungan untuk Navalny hingga Sabtu malam. Kelompok ini merupakan kelompok yang khusus melacak penangkapan politik di Rusia.
Seniman Elena Osipova (78) termasuk salah satu yang ditahan. Ia ditahan saat berdiri di jalan dengan poster bergambar Navalny dengan sayap malaikat di depan sebuah gereja. Sergei Karabatov (64) juga ditahan setelah meletakkan bunga di Monumen Peringatan Korban Represi Politik dengan catatan berbunyi ”Jangan berpikir ini adalah akhirnya”.
Aida Nuriyeva, warga kota Ufa di dekat Pegunungan Ural, ditangkap setelah mengacungkan papan bertuliskan ”Putin adalah pembunuh Navalny! Saya meminta jenazahnya dikembalikan!”.
Baca juga: Reaksi Global atas Kematian Tokoh Oposisi Rusia, Alexei Navalny
Di media sosial, sebagian warga Rusia menduga para pejabat menahan jenazah Navalny karena takut atas dukungan publik pada sosok oposisi itu. Hari Sabtu, saat jenazah Navalny dikembalikan, adalah hari kesembilan sejak kematiannya, bertepatan dengan hari ketika umat Kristen Ortodoks mengadakan upacara peringatan kematian.
Di seluruh Rusia, gereja-gereja Ortodoks ramai oleh orang-orang yang datang untuk mengenang Navalny dengan dan meninggalkan bunga di monumen umum. Warga Moskwa berbaris di luar Katedral Kristus Sang Juru Selamat di kota itu untuk memberikan penghormatan, seperti terekam dalam foto dan video yang diterbitkan oleh media berita independen Rusia, Sotavision. (AP/AFP/REUTERS)