Mengapa Eropa hingga India Dilanda Gelombang Unjuk Rasa Petani?
Protes petani berkecamuk di beberapa negara. Mereka menuntut kebijakan yang lebih berpihak pada kesejahteraan petani.
HOLIC, JUMAT — Para petani di beberapa negara di Eropa dan India berunjuk rasa memprotes kebijakan pemerintah yang dinilai tak adil dan menekan pendapatan mereka sehingga petani tak bisa hidup sejahtera.
Di kawasan Uni Eropa, petani dari 10 negara bergabung dan memblokade sejumlah perbatasan negara. Di India, ribuan petani berunjuk rasa di New Delhi, menuntut pemerintah menaikkan harga panen.
Protes petani di Uni Eropa (UE) terkait dua hal utama. Pertama, soal kebijakan lingkungan hidup yang diterapkan oleh 27 negara UE yang semakin membebani petani, seperti Kesepakatan Hijau (Green Deal) dan Kebijakan Pertanian Bersama (CAP) UE.
Kedua, masuknya gandum dan biji-bijian dari Ukraina ke pasaran negara mereka dengan harga murah.
Baca juga: Petani Uni Eropa Tertekan Aturan Perlindungan Lingkungan
Para petani di Ceko, Slowakia, Polandia, dan sekitar tujuh negara UE lainnya berunjuk rasa di sepanjang perbatasan Ceko pada Jumat (23/2/2024). Mereka memblokade beberapa pintu penyeberangan negara menggunakan traktor.
Tuntutan mereka adalah pengurangan mata rantai birokrasi dan perubahan kebijakan pertanian ramah lingkungan yang diterapkan UE. Selain itu, mereka juga mempersoalkan harga komoditas impor hasil pertanian yang murah.
Para petani mengatakan, pasar menghadapi distorsi dan harga rendah yang disebabkan oleh surplus di tengah murahnya gandum impor dari Ukraina dan produk pertanian dari negara lainnya. ”Kami tidak memprotes UE, kami memprotes keputusan Komisi Eropa yang salah,” kata Andrej Gajdos dari Kamar Pertanian dan Pangan Slowakia.
Komisi Eropa adalah badan eksekutif atau pelaksana kebijakan-kebijakan yang diputuskan Uni Eropa.
Para petani mengeluh bahwa kebijakan lingkungan hidup yang diterapkan oleh 27 negara UE menekan pendapatan mereka dan membuat produk mereka lebih mahal daripada produk impor dari luar UE.
Beberapa aturan itu, antara lain, adalah pembatasan penggunaan bahan kimia dan emisi gas rumah kaca serta penghapusan bantuan pajak untuk bahan bakar diesel yang membuat mereka harus membeli bahan bakar dengan harga lebih mahal.
Para petani mengundang Menteri Pertanian Ceko Marek Vyborny, Menteri Pertanian Slowakia Richard Takac, dan perwakilan petani dari Polandia dan Hongaria untuk berkumpul di Hodonin-Holic, perbatasan Ceko-Slowakia.
Para petani mengeluh, kebijakan lingkungan hidup yang diterapkan oleh 27 negara UE menekan pendapatan mereka dan membuat produk mereka lebih mahal daripada produk impor dari luar UE.
Dewan Pertanian Ceko menyatakan, protes petani di seluruh UE adalah bukti ketentuan Kebijakan Pertanian Bersama (CAP) UE harus didefinisikan ulang. ”Tugas utama pertanian harus tetap menjamin ketahanan pangan, menghasilkan pangan yang berkualitas dan aman, sekaligus menjaga kelangsungan ekonomi petani,” kata dewan itu dalam sebuah pernyataan bersama.
Kamar Agraria Ceko mengatakan, sebanyak 3.000 traktor ikut serta dalam protes di seluruh wilayah Ceko. Para petani Ceko dan Polandia juga memblokade sebagian persimpangan di perbatasan di sudut timur laut Ceko.
Baca juga: Giliran Petani Spanyol dan Polandia Protes Kebijakan Uni Eropa
Menurut laporan kantor berita Ceko, CTK, perbatasan Reitzenhain, Jerman, di sepanjang bagian barat laut perbatasan Ceko, juga sempat diblokade petani.
Unjuk rasa petani di seluruh Eropa terus meluas di awal tahun 2024, melanda Perancis, Spanyol, Polandia, Jerman, Spanyol, dan Italia. Pada Rabu (21/2/2024), unjuk rasa petani Perancis memblokade jalan raya sepanjang sekitar 70 kilometer di bagian selatan negara itu. Mereka juga membuang produk pertanian mereka di jalanan di Paris.
Di Madrid, Spanyol, ribuan petani mengendarai traktor ke pusat kota Madrid. Protes tersebut merupakan yang terbesar yang terjadi di ibu kota Spanyol. Selama dua pekan sebelumnya, protes petani tersebar di sejumlah lokasi di Spanyol.
Baca juga: Petani Belanda Memrotes Kebijakan Pengurangan Emisi
Banyak traktor mengibarkan bendera Spanyol dan beberapa petani membawa spanduk bertuliskan, ”Tidak ada kehidupan tanpa pertanian” dan ”Petani dalam Kepunahan”. ”Dengan aturan sekarang ini, mustahil untuk hidup dari industri perdesaan,” ujar Silvia Ruiz (46), peternak dari wilayah utara-tengah Burgos, Spanyol.
Korban tewas di India
Di India, unjuk rasa ribuan petani berlanjut pada Kamis (22/2/2024). Para petani negara mulai berunjuk sejak pekan lalu. Unjuk rasa sempat berhenti dua hari karena tewasnya salah satu pengunjuk rasa.
Pria muda itu tewas dengan luka di kepala dalam aksi protes tersebut. ”Para pemimpin petani percaya bahwa solusinya adalah melalui perundingan, tapi pada saat yang sama polisi menyerang kami,” kata Daljeet Singh, seorang petani dari Gurdaspur di utara India.
Baca juga: Petani India Terus Berdemo, Aksi Solidaritas hingga Amerika Serikat
Gerakan petani di negara itu, yang disebut ”Delhi Chalo” atau ”Berbaris ke Delhi”, menuntut perubahan undang-undang yang menetapkan harga minimum untuk hasil panen dan penghapusan pinjaman. Sebagian besar petani itu berasal dari Punjab.
Massa petani ini dihadang oleh kepolisian di daerah sekitar 200 kilometer (km) dari New Delhi untuk mencegah mereka mencapai ibu kota. Kepolisian memblokade jalan dengan barikade beton dan paku logam di jalan. Polisi juga menggunakan gas air mata yang dijatuhkan dengan pesawat nirawak (drone), meriam air, dan peluru karet.
Setelah tewasnya satu pengunjuk rasa, barisan petani itu mendapat dukungan dari kaum Sikh. Ratusan Nihang, yaitu anggota kelompok pejuang Sikh yang selama berabad-abad menjadi pembela agama Sikh, turun bersama para petani itu. Sebagian menggunakan kuda mengawal barisan.
”Permintaan kami tidak ilegal. Kami telah memberi tahu bahwa kami ingin pergi ke Delhi dengan damai, tapi pemerintah bersikap seolah-olah kami berasal dari negara musuh,” kata Sukhwinder Kaur (56), petani yang lain.
Tanggapan pemerintah
Pemerintah berusaha meredakan amarah petani. Perdana Menteri Slowakia Robert Fico mengatakan akan mempertahankan larangan impor dari Ukraina.
Sebelumnya, UE sepakat memperluas akses pasar selama satu tahun lagi bagi Ukraina. Kebijakan perluasan akses pasar ini merupakan bentuk solidaritas terhadap Ukraina, yang diinvasi Rusia sejak Februari 2022.
Spanyol dan Komisi Eropa, badan eksekutif Uni Eropa, telah memberikan beberapa konsesi dalam beberapa pekan terakhir. Namun, para petani mengatakan hal tersebut tidak cukup.
Di Perancis, Rabu, Perdana Menteri Gabriel Attal berusaha meyakinkan upaya percepatan sejumlah langkah di sektor pertanian untuk membuat pertanian lebih menguntungkan dan sederhana. ”Dalam beberapa minggu terakhir, di seluruh Eropa, para petani membuat diri mereka didengar dengan teriakan kemarahan mereka, sebuah tangisan yang datang dari lubuk hati mereka,” kata Attal.
Attal menjanjikan rancangan undang-undang pada musim panas. Ia juga berjanji mempermudah dan mengurangi biaya bagi petani untuk mempekerjakan pekerja musiman, termasuk dari luar negeri.
Attal mengatakan, pemerintahnya berupaya melindungi petani Perancis dari impor ayam, telur, gula, dan sereal dari Ukraina. ”Solidaritas dengan Ukraina jelas penting, tapi hal ini tidak boleh merugikan petani kita,” katanya.
Di India, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan, pemerintahnya berkomitmen untuk kesejahteraan petani dan menjalankan misi untuk menjadikan mereka wirausaha dan eksportir. Namun, Modi belum memberikan pernyataan soal harga minimum panen seperti yang dituntut petani. (AP/AFP/REUTERS)